Sore telah datang. Saat mencari Xue Zhan, Kang Jian tidak menemukannya di mana-mana dan akhirnya pergi ke rumah singgah. Sudah hari kedua sebelum hari hukuman pemuda itu diputuskan, pasti muridnya sangat tertekan. Dia berniat menghibur murid satu-satunya itu.
Ketika tiba di rumah singgah tidak ada sesiapa pun yang ditemuinya, tapi saat melihat ke halaman belakang yang luas terlihat Xue Zhan tengah berlatih pedang. Keringat membasahi seluruh badannya. Xue Zhan pulang lebih awal dari mereka dan memanfaatkan waktunya untuk melatih teknik berpedang yang telah Kang Jian ajarkan kemarin.
Dia mengulang gerakan yang sama hingga posisinya memegang pedang dan caranya berdiri lebih sempurna dari sebelumnya.
Melihat keseriusan di wajah Xue Zhan, Kang Jian tergelitik. "Ada apa, Zhan'er? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"
"Aku hanya berlatih, Guru. Tidak ada apa-apa."
"Wajahmu mengatakan demikian. Bagus untukmu berlatih, tapi ingat jangan berlebihan. Lukamu kemarin mungkin masih bisa kambuh lagi."
Xue Zhan mengangguk tanpa menatapnya, Kang Jian menyenderkan punggung di sebuah pepohonan rindang. Memperhatikan gerakan Xue Zhan saat ini, muridnya itu mulai menunjukkan perkembangan. Dia tipe yang mudah belajar dan menyesuaikan diri.
Namun tetap saja masih terdapat banyak kesalahan dalam gerakannya sehingga mau tak mau Kang Jian bangun dan membenarkan posisi tangan dan kaki Xue Zhan.
"Yang benar seperti ini, jika musuh datang dan kakimu terbuka terlalu lebar kau akan kesulitan untuk menghindar."
Xue Zhan mempraktekkan apa yang dia ajari Kang Jian, tiga kali mencoba hingga akhirnya gurunya itu mengangguk. Xue Zhan melanjutkan latihan.
"Maafkan aku, gara-gara aku Guru diremehkan oleh orang lain," ucapnya pelan. Kang Jian tentu masih dapat mendengar. Dia tertegun, entah dari mana Xue Zhan mendengar hal itu.
"Tidak, mereka tidak pantas mengukur nilai diri kita, Xue Zhan. Abaikan suara-suara sumbang itu. Jangan jadikan omongan mereka sebagai tolak ukur terhadap dirimu sendiri. Kau memiliki kekuatan dan pengetahuan yang mumpuni, akan lebih baik jika aku mengasahnya."
Xue Zhan berhenti sesaat, pandangannya tertunduk, tanpa sadar dia mengepalkan tangannya.
"Aku sudah cukup mendengar orang-orang mencemooh, membenci dan menghinaku. Tapi jika Guru juga terkena imbasnya aku begitu kesal. Jika aku mengatakan aku yang-"
"Zhan'er," panggil Kang Jian lembut, dia menepuk pelan sebelah pundak Xue Zhan sambil menatapnya dalam.
"Di saat orang lain menghinamu, apakah kau harus menjelaskan siapa dirimu?"
Mulut Xue Zhan ingin menjawab, tapi jika dia mencerna kata-kata Gurunya, dia menangkap sesuatu yang selalu dilewatkannya.
"Kau tidak perlu menjelaskan apa pun tentang dirimu, orang yang membencimu lebih ingin mendengar keburukanmu dari pada kebaikanmu. Dibanding itu tetap fokus dengan dirimu sendiri, lebih berguna daripada menanggapi mereka."
Detik itu Xue Zhan terdiam sangat lama.
Kalimat Kang Jian, seolah memutar seluruh isi kepalanya. Ke semua masa lalu di mana dia selalu menunduk murung hanya karena orang-orang yang menghinanya. Menangis karena diperlakukan dengan buruk. Dan mengamuk karena ingin mengatakan dirinya bukanlah orang jahat.
Dia selalu berjalan dengan melihat ekspresi orang-orang yang jelas membencinya.
Tetes air mata jatuh di sebelah matanya, Xue Zhan tanpa sadar menangis. Kang Jian yang terkejut bereaksi spontan
"Wah, wah! Aku membuat muridku yang sebiji jagung ini menangis, bagaimana ini? Jangan katakan kau mengundurkan diri menjadi muridku? Aih, aku ini bujang kesepian yang selalu ditanya mana muridmu? Tenanglah, Zhan'er! Kita bicarakan ini baik-baik, mengerti?"
Kang Jian kelabakan sendiri, dia memegang kedua pundak Xue Zhan harap-harap cemas. Sejak tadi sikap Xue Zhan begitu berbeda, membuatnya takut muridnya itu tiba-tiba meninggalkannya.
Xue Zhan tertawa, "Aku ... Aku baru menyadari sesuatu dan itu membuatku menangis. Maaf, aku sedikit berlebihan. Andai sejak dulu aku tidak memikirkan omongan orang lain, aku mungkin akan lebih kuat dari ini dan mengikuti jejak Kakek untuk menjadi prajurit ...."
"Jika seperti itu, aku dan kau tidak akan pernah bertemu dan menjadi Guru-murid."
Kang Jian tersenyum sesaat, lalu menanyakan hal lain. "Omong-omong si bangsawan cerewet itu di mana?"
"Maksud Guru, Jiazhen?"
Kang Jian mengangguk. Xue Zhan teringat akan sosok lelaki bermata semerah api nan dingin itu. Dia adalah orang dengan wibawa menyeramkan kedua setelah Ziran Zhao.
"Ayahnya datang dan membawa Jiazhen Yan. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, dia mungkin tidak diperbolehkan ke sini lagi mengingat siapa diriku."
"Ayahnya, ya? Kenapa dengannya? Apa terjadi sesuatu antara dia denganmu?"
Xue Zhan membuang napas berat, dia juga merasa demikian. Lelaki itu tidak begitu menyukai Xue Zhan, bahkan ketika tangan lelaki itu hampir menyentuh pundaknya Xue Zhan sempat membayangkan bagaimana lelaki itu memutar tulang tangannya sampai remuk.
"Dia orang yang tegas dan tidak banyak bicara, mungkin karena itu Jiazhen Yan tidak begitu betah di kediaman klannya dan lebih sering kabur. Kelihatannya kali ini bocah berisik itu tidak akan kemari, masuklah, hari sudah gelap."
Xue Zhan mengangguk pelan. Ketika suara berat keluar dia segera menoleh ke belakang mendapati seseorang berjalan ke arahnya. Kang Jian juga bereaksi sama, dia kembali ke sisi Xue Zhan. Dengan kecemasan terlihat di wajahnya.
"Jadi ini tempatmu singgah sementara, Xue Zhan."
Xue Zhan bahkan belum memberi tahu namanya kepada lelaki tersebut.
Suara penuh penekanan, aura mematikan dan tatapan tajam nan dingin. Jiazhen Wu. Lelaki berusia 35 ke atas itu memang berjalan tenang menuju ke arah Xue Zhan.
"Kudengar Anda mengangkat Xue Zhan menjadi murid. Sebuah kabar yang mengejutkan setelah sekian lama mantan murid jenius Lembah Abadi ini akhirnya memiliki murid."
Kang Jian bersikap hormat. "Tentu saja, aku mengangkat Xue Zhan menjadi muridku karena dia memang memiliki kemampuan tersendiri dan akulah yang harus menjadi penempanya. Daripada itu, apa yang Senior lakukan di sini? Bukankah ini hampir malam? Tidakkah sebaiknya anda kembali ke kediaman karena mungkin banyak yang mencari Anda."
Jiazhen Wu tersenyum penuh arti. "Seperti dulu, kau selalu tidak nyaman saat aku datang, Kang Jian. Aku tidak berniat menyakiti muridku. Aku hanya ingin berbicara sebentar padanya."
Xue Zhan mulai merasakan tanda bahaya. Mungkin Jiazhen Wu begitu kesal dengannya sampai ingin memelintir ginjalnya, tatapan lelaki itu menyatakan demikian. Bagaimana Xue Zhan tidak berpikir buruk.
Jiazhen Wu berjongkok hingga kepala mereka sejajar. Kedua pundak Xue Zhan dicengkeram, dia sempat terlonjak.
"Xue Zhan ..."
"Ma-maaf, aku tidak bermaksud mengganggu anak Anda. Dia datang tiba-tiba dan entah bagaimana caranya sampai memukul gurunya sendiri di akademi. Mohon hukum aku jika Anda merasa aku bersalah!" ucapan itu membuat Jiazhen Wu terhenti sesaat.
Dia tersenyum tipis.
"Justru aku ingin mengatakan terima kasih ku padamu."
Dia melanjutkan, "Anakku tidak pernah memiliki teman karena temperamennya yang tinggi. Dia selalu kesepian dan berakhir dengan merusak perabot rumah, mengerjai pelayan klan dan membuat onar di kota. Mungkin itu caranya melampiaskan kekesalan. Aku merasa menjadi ayah yang buruk. Tapi ketika mendengarnya mendapatkan teman baru, jujur saja aku sangat bahagia," terangnya.
Ketika itu Xue Zhan baru menyadari mata yang tajam itu sedikit berair. Di balik sosok tegas dan kejamnya, Jiazhen Wu sangat menyayangi anak tunggalnya itu.
"Berteman baiklah dengannya, maaf mungkin anakku merepotkanmu. Tidak peduli siapa identitasmu, aku tidak akan melarangnya berteman dengan siapa pun. Justru aku yang khawatir apakah ada orang yang kau berteman dengannya, hahaha."
Xue Zhan tersenyum kecil, "Kukira apa ... Hahaha, aku sempat berpikir yang tidak-tidak. Maaf, tentu saja aku tidak keberatan berteman dengannya walaupun dia cerewet, banyak gaya, menyebalkan, hidup lagi."
Kang Jian ingin menjewer telinga Xue Zhan, dia hanya bisa tersenyum ke arah Jiazhen Wu yang tertawa lepas.
"Hahaha. Dia memang anak yang merepotkan."
"Kalau mau membicarakan seseorang langsung di depan mukanya, lah!" seru Jiazhen Yan amat kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Alan Bumi
kau = mau
2023-11-18
0
Ayahnya Putra Fajar
wkwkwkwkwk kampret
2023-06-24
0
Ayahnya Putra Fajar
abaikan suara-suara sumbang fokus berlatih
2023-06-24
0