Xue Zhan masih telentang di atas lantai, kelelahan membersihkan rumah singgah yang serupa kapal pecah. Kepalanya menengok ke sebelah, mendapati Kang Jian duduk dengan sebuah kotak kayu di depan.
"Xue Zhan," panggil Kang Jian.
Pemuda itu terbangun cepat, pandangannya terkunci pada kotak kayu.
"Apa yang Guru katakan pada Yang Mulia sehingga beliau berubah pikiran?"
Kang Jian membuka tutup kotak kayu, Xue Zhan sempat kebingungan melihat raut muka lelaki itu. Dia menjadi lebih serius dari sebelumnya.
"Mendekatlah," pintanya, Xue Zhan menuruti.
Sesaat teringat saat di Desa Guxia dia baru sempat melihat satu cincin dari kotak tersebut dan belum melihat sisanya. Kali ini Xue Zhan dapat melihat surat, sebuah buku dengan sampul perak, serta kalung permata merah.
"Ini peninggalan ibuku," gumam Xue Zhan. Tak lama dia mengangkat jemarinya, Kang Jian juga melihat ke cincin itu dan bertanya, "Cincin itu juga?"
"Iya."
Kang Jian mempersilakan Xue Zhan membaca surat terakhir yang disimpan di dalam kotak, isinya sama seperti yang pernah diceritakan oleh Kakeknya. Tentang ramalan leluhur Ayahnya dan sebuah perang yang akan terjadi di masa mendatang.
Kang Jian tak menyangka setelah membaca surat itu Xue Zhan menjadi murung. Ada beberapa hal yang harus dia sampaikan, pertama-tama Kang Jian berpikir untuk menghibur anak itu terlebih dahulu.
"Xue Zhan,"
Xue Zhan yang dipanggil mengangkat wajah, merasa heran saat melihat wajah Kang Jian yang sangat serius. Bahkan bayangan gelap terlihat di wajah laki-laki itu, meninggalkan hawa menyeramkan.
"Ikan apa yang bisa membersihkan rumah?"
"Ha?" Tak terbayangkan bagaimana ekspresi Xue Zhan saat itu, antara bingung dan penasaran setan jenis mana yang baru saja masuk ke tubuh Kang Jian.
"Ikan sapu-sapu, hahahaa!"
Kang Jian tertawa heboh sampai menepuk-nepuk pahanya, Xue Zhan termangu. Sama sekali tidak mengerti guyonan macam apa itu. Pada akhirnya dia juga tertawa karena tawa Kang Jian yang menular seperti penyakit.
Tawa Kang Jian mereda. Dia hanya ingin mencairkan suasana dan caranya cukup berhasil. Laki-laki itu berdeham dua kali, "Kitab peninggalan ibumu yaitu Kitab Phoenix Surgawi ini diwariskan untukmu. Tapi yang harus kau tahu soal kitab ini," jelas Kang Jian menatap mata merah Xue Zhan lekat-lekat.
"Bahwa kekuatan di dalam Kitab Phoenix Surgawi sangatlah besar. Dan juga memungkinkan saat orang-orang mengetahui kitab ini bersamamu mereka akan menjadikanmu sasaran untuk dibunuh."
Melihat respon Xue Zhan, Kang Jian mengerti anak itu belum begitu memahami dunia persilatan. Apalagi tentang Kitab Phoenix Surgawi dan cincin yang melingkari jari manisnya. Semua itu memang pemberian, tapi jika Xue Zhan tak tahu cara memakainya sama saja bohong.
"Hmmm. Aku harus menjelaskan dari mana, ya ...?" Kang Jian menopang dagu, berpikir keras. Sekali membuka mata lelaki itu langsung menjelaskan dari hal paling mendasar dalam dunia persilatan.
Di dunia ini, seseorang yang dapat mencapai tingkat kekuatan tertentu dengan latihan dan pengalaman bertarung disebut dengan pendekar. Tenaga dalam adalah sumber kekuatan yang menjadi salah satu faktor penting untuk menentukan kuat tidaknya seseorang, tercipta dari perubahan energi tubuh dan spiritual yang dikembangkan melalui latihan keras serta pengalaman dalam seni bela diri. Setiap pendekar membutuhkan waktu bertahun-tahun hanya untuk meningkatkan lingkaran tenaga dalam mereka. Bahkan sering terjadi di mana pendekar tua berusia 70 tahun yang hanya mampu mencapai pendekar tingkat pemula.
Para pendekar ini dibagi menjadi beberapa tingkat, terdiri dari pemula, menengah, atas, dan elite. Untuk pendekar tingkat elite sendiri kebanyakan menjadi tetua, di tingkat teratas diangkat menjadi satu dari empat belas Pedang Suci yang bertugas melindungi Kekaisaran Diqiu.
Sekilas tentang Kekaisaran, terdapat empat Kekaisaran yang melambangkan elemen di setiap wilayahnya. Kekaisaran Diqiu untuk Negara Tanah yang dipimpin oleh Ziran Zhao, lalu Kekaisaran Feng Negara Angin. Kekaisaran Bing Negara Air, dan terakhir Kekaisaran Guang sebagai Negara Api. Terdapat satu Kekaisaran lain dan sebuah kerajaan terpisah yang sama-sama telah tumbang sehingga hanya menyisakan empat wilayah tersebut.
Kang Jian menghentikan ceritanya sejenak, kalau dilihat-lihat sepertinya kepala Xue Zhan mulai mengeluarkan asap.
"Wah, wah, sepertinya penjelasanku sulit dipahami, ya." Kang Jian menopang dagu lagi, berpikir keras.
Pemuda itu tersadar lalu menanggapi.
"Tapi dari yang kutangkap, Kitab Phoenix Surgawi ini mungkin akan membahayakan nyawaku dan untuk itu Senior menjelaskan soal para pendekar yang akan merebutnya. Jika suatu saat salah satu yang terkuat datang untuk mengambilnya dariku, maka aku juga harus sekuat mereka untuk mempertahankan kitab ini. Karena itu aku harus berlatih keras."
Kang Jian menjentikkan jari, "Benar."
Dia sepertinya mulai menyukai ketajaman pikiran Xue Zhan meski dari luar anak itu seperti orang bodoh.
"Senior Kang," panggil Xue Zhan. "Izinkan aku berguru padamu." Xue Zhan bersujud di depannya. Xue Zhan tak mau melewatkan kesempatan ini. Setelah sadar dengan apa yang akan terjadi, dia pasti akan membutuhkan seorang pembimbing untuk menuntunnya dalam dunia persilatan. Seumur hidup orang yang menerimanya hanya bisa dihitung dengan jari sebelah tangan. Dia tak bisa menemukan seorang guru yang lebih baik daripada Kang Jian.
Sebenarnya semenjak tadi Kang Jian memang sengaja membahas soal pendekar agar Xue Zhan tertarik untuk menjadi muridnya. Tak disangkanya pemuda itu lebih dulu memintanya menjadi guru.
"Kebetulan aku juga sudah muak melihat orang seusiaku sudah memiliki puluhan murid. Baiklah... Hari ini aku mengangkatmu sebagai murid pertamaku, Xue Zhan."
Dia melanjutkan, "Tapi sebenarnya aku tidak sehebat orang lain, kuharap kita bisa saling akrab satu sama lain."
"Te-terima kasih, Guru." Suara Xue Zhan bergetar, dia menangis dengan kepala masih menyentuh lantai, saat Kang Jian menyuruhnya bangun dia menolak. Karena tak mau guru barunya itu melihatnya menangis haru.
"Aku akan melakukan yang terbaik."
Sejenak Kang Jian melihat sebuah kalung permata merah, bergantian melihat Xue Zhan setelahnya.
"Sebelum itu kau harus selamat dari ancaman lainnya. Tiga hari lagi hidup atau matimu akan diputuskan. Lucu sekali baru punya murid tiga hari langsung meninggal. Guruku pasti tertawa terbahak-bahak di alam kuburnya."
Xue Zhan meringis, mengingat lagi soal Ziran Zhao. Kang Jian menyuruhnya mendekat, lalu memakaikan kalung dengan permata merah segitiga di lehernya.
"Aku yakin kalung itu diberikan untuk menjagamu, jaga baik-baik, Zhan'er."
"Baik, Guru."
"Ada beberapa kerjaan yang harus ku urus. Aku akan kembali melihatmu dalam waktu dekat. Pastikan kau tidak melakukan hal yang aneh." Kang Jian meninggalkannya, saat pintu tertutup terdengar gumaman kecil.
"Aku berjanji akan membebaskanmu dari hukuman mati itu."
Xue Zhan merapikan kembali semua isi kotak, menatanya dengan hati-hati. Ada sedikit kebahagiaan di dalam hatinya, setidaknya dia tahu ibunya pernah ada dan peduli tentangnya. Kedua orang tuanya pasti memiliki alasan meninggalkannya hidup sebatang kara.
Xue Zhan bertekad untuk menjadi lebih kuat, untuk mencari semua kebenaran di masa lalu dan membuat semua orang mengakui seorang iblis sepertinya.
Terlalu hanyut dalam lamunan Xue Zhan sampai tak sadar gelas kaca di atas meja bergetar. Beberapa barang ikut bergerak. Pemuda itu membuka pintu dan melihat beberapa orang dengan topeng merah silang telah memenuhi jalan.
Dan satu dari puluhan orang bertopeng merah, terdapat seorang wanita dengan topeng silang putih serta sebuah kipas raksasa di punggung. Sosok itu berhenti dan menoleh ke arah Xue Zhan.
"Aku menemukanmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
system
bikin pusing dialog nya , padhal ceritanya bagus
2024-12-06
0
Ayahnya Putra Fajar
kampret ikan sapu-sapu aslinya pemalas
2023-06-24
0
Erarefo Alfin Artharizki
seru ceritanya euy
2023-06-13
0