Ketika sudah hampir sampai ke rumah singgah terlihat mata Xue Zhan berkaca-kaca, Jiazhen Yan yang telah menunggu menangkap ekspresi itu dengan wajah serius.
"Aku baru mau bertanya soal keputusan Yang Mulia."
Tampangnya semakin khawatir ketika Xue Zhan menundukkan kepalanya.
"Oi, oi, jelaskan. Kau menangis karena apa? Apa yang dikatakan Yang Mulia, hukumanmu bagaimana?"
"Aku ..."
Xue Zhan banjir air mata.
Jiazhen Yan mulai menebak, membuatnya terlihat terpuruk.
"Kau ..."
Kang Jian sempat melihatnya, mata Jiazhen Yan juga berkaca-kaca. Pemuda itu memalingkan muka sejenak. Yang terlihat di mata Kang Jian sekarang, dua cecunguk itu sedang dramatis sendiri. Dia hampir tertawa. Tapi karena suasananya sedang mendukung dia tidak mau merusaknya.
"Kapan?" Jiazhen Yan berucap kecil. Kang Jian menjawab.
"Besok. Xue Zhan akan kembali ke istana dan menyelesaikan semuanya. Sayangnya ..." Perlahan wajah lelaki itu sangat sedih. Dia menggelengkan kepala.
Jiazhen Yan tidak percaya, menatap Xue Zhan. "Benarkah? Bukankah itu terlalu cepat? Hei, yang benar saja-! Padahal ..."
Suaranya tertahan, Jiazhen Yan yang biasanya terlihat usil dan garang kini penuh dengan keputusasaan.
Xue Zhan mengangguk, matanya masih berair.
"Yang dikatakan Guru benar. Sebaiknya kau tidak usah datang besok."
Mata Jiazhen Yan terbuka lebar. Dalam gelap malam di jalan yang di terangi oleh penerangan dari bulan, cahaya api keluar dari kedua bola matanya. Ketika Jiazhen Yan marah kekuatan api di dalam dirinya akan lepas kendali. Seperti saat ini, sekujur tubuhnya penuh dengan kekuatan api yang membara.
Dia menarik kerah baju Xue Zhan, menukikkan alis kencang. "Kau menyuruhku tidak usah datang?! Aku justru ingin membakar satu istana itu, baru kali ini aku punya teman dan mereka ingin membunuhnya! Tidak akan kuampuni siapa pun dia!"
Xue Zhan terhenyak.
"Ha?" tanggapnya kebingungan.
Kang Jian memalingkan muka sambil menutup mulut, tetap saja suaranya terdengar.
"Pfft ... Haha, ah, kelepasan."
"Apa maksudnya ini, jelaskan!"
Ada yang terluka tapi bukan tangan. Melainkan harga diri Jiazhen Yan. Pemuda itu menelan emosinya, sepertinya terjadi salah paham. Maksud Kang Jian padahal mereka harus pergi menemui Kaisar Ziran besok untuk mengurus beberapa hal. Namun Jiazhen Yan menangkap lain.
"Kabar baiknya Xue Zhan dibebaskan dari hukuman dan diloloskan dalam Ujian Pendekar Pemula." Kang Jian mulai menghitung dalam hati. "Kabar buruknya ... Ada satu setan yang sebentar lagi mengamuk."
Dia menarik muridnya dan kabur pontang-panting.
"Selamatkan dirimu, Zhan'er! Haha!"
*
Dua hari kemudian, Kang Jian yang mulai dibuat kesal.
Karena Xue Zhan tidak mempunyai tempat tinggal tetap maka dia memutuskan untuk menyuruhnya tinggal di rumahnya. Kang Jian sendiri memang memiliki rumah yang terbilang sangat luas untuk digunakan sendirian.
Setiap bagian ruangan diisi oleh tanaman dan beberapa barang antik, pedang beragam bentuk dipajang di dinding. Kolam dengan patung bangau di halaman depan. Lalu berbagai tempat untuk duduk bersantai. Terkadang pembantu datang untuk membersihkan rumah tersebut, apalagi Kang Jian memang jarang tinggal di sana karena tugas dan misi.
Namun, rumah besar dan sepi itu kini tak ubahnya kandang ayam. Padahal di sana hanya ada tiga orang. Dirinya, Xue Zhan, dan Jiazhen Yan-yang senang sekali mengikuti ke mana pun mereka pergi. Para pelayannya sampai dibiarkan menunggu di gerbang rumah Kang Jian. Pemuda itu berkacak pinggang, dia tentu tidak akan kalah debat.
"Kau ini primitif sekali. Heh. Untuk apa kau mengerjakan misi kalau tidak mendapatkan imbalan? Bekerja suka rela membantu orang lain? Omong kosong!" Dia mengeluarkan ultimatum terakhir. "Tujuan mengerjakan misi adalah untuk mengumpulkan uang, bodoh!"
"Uang bukan segalanya!" sahut Xue Zhan tidak terima.
"Tapi segalanya butuh uang!"
"Uang tidak dibawa mati!"
"Kalau tidak punya uang rasanya mau mati!"
Xue Zhan dan Jiazhen Yan saling memicingkan mata, Kang Jian sampai membayangkan sinar di mata kedua mahkluk berisik itu. Mereka ribut sekali, padahal Kang Jian berniat untuk tidur karena seminggu ini dia hanya tidur 3 jam per harinya.
Xue Zhan seorang iblis. Jiazhen Yan setannya. Mereka berdua memang sangat cocok. Cocok untuk diadu.
"Sudah, sudah. Jangan berisik!" Untuk pertama kali Kang Jian meninggikan suaranya, Xue Zhan kaget. Dia baru tersadar terlampau ribut. Xue Zhan meminta maaf segera.
"Maafkan kami Guru, malah mengganggu tidurmu."
Jiazhen Yan berbalik badan hendak pergi dari ruangan depan. Namun tiba-tiba seekor kecoa berlari ke kakinya, membuat pemuda itu terlonjak dan bergidik ngeri. Dia melompat ke atas meja, menghamburkan semua gelas sekaligus benda-benda kaca hingga pecah.
Kehebohan terjadi. Xue Zhan berniat menyingkir dari sana, kecoa itu mengikutinya dan dia langsung diserang oleh api milik Jiazhen Yan.
"Singkirkan mahluk sialan itu! Mati sana!"
Xue Zhan merepet emosi.
"Matamu ketinggalan apa bagaimana? Kecoanya di sana, bukan aku yang kau bakar!"
Jiazhen Yan tidak mau dengar. Karena lagi-lagi kecoa itu datang dan mulai mengepakkan sayapnya. Spontan api di kedua tangannya membara besar. Mulai membakar kain, tirai dan rumah Kang Jian.
"Xue Zhan, tangkap!" Jiazhen Yan melemparkan sesuatu, Xue Zhan kabur. Itu adalah bangkai kecoa yang sudah gosong. Dia menangkisnya. Sampai kecoa itu jatuh di bawah kaki Kang Jian.
Kang Jian menatap kecoa yang kejang-kejang itu dengan muram. Batinnya berucap.
'Kecoa, kau pasti capek ya? Sama saya juga.'
Berselang beberapa jam hingga terik matahari mulai berganti dinginnya bulan, baru ketiganya bisa kembali beristirahat setelah insiden pagi tadi. Satu ruangan depan terbakar dan terpaksa diperbaiki. Ketiganya berkumpul di halaman belakang, Kang Jian mengajak mereka berdua untuk merayakan kelulusan Xue Zhan dan Jiazhen Yan dengan membakar ikan.
Dan kelihatannya, putra terpandang klan Jiazhen itu mulai terbiasa menikmati makanan mereka.
"Bagaimana dengan gurumu? Aku dengar kau terlibat masalah dengannya," tanya Kang Jian membuka percakapan. Jiazhen Yan memutar bola matanya jengah.
"Tidak peduli. Mau mati juga terserah. Lagipula tidak ada lagi yang bisa diajarkannya kepadaku. Tidak berguna lagi, seperti sampah."
Xue Zhan menepuk pundaknya, "Hei, jangan katakan begitu. Tidak baik. Kalau dia sampah, kau lebih sampah lagi."
Tentu saja Xue Zhan langsung mendapatkan jitakan. Berbahaya mencari gara-gara pemuda itu, padahal dia berniat membalikkan kata-kata Jiazhen Yan tempo lalu.
"Aku mengerti." Kang Jian mengalihkan, "Awalnya aku ingin mengatakan ini secara privasi, tapi berhubung Jiazhen Yan harus tahu hal ini maka aku akan memberitahukannya sekarang."
Lelaki itu menghela napas.
"Xue Zhan, kau saat ini adalah incaran Taring Merah. Salah satu kelompok paling berbahaya. Bukan hanya di Kekaisaran kita, tapi juga di Kekaisaran lain. Untuk itu, aku ingin kau mengerti posisimu tidak aman."
"Aku hanya tahu sedikit soal Taring Merah dari Ayah," ungkap Jiazhen Yan. "Mereka berasal dari Negara Api. Memakai topeng silang merah, silang di topeng itu adalah simbol bahwa mereka telah menyimpang dari jalan kebenaran. Ada enam petinggi yang disebut sebagai Para Cahaya. Keenam orang itu sangatlah mengerikan. Bahkan para Pedang Suci kita belum tentu mampu menghadapi mereka semua."
"Tapi kenapa aku?"
Kang Jian menjawab.
"Kudengar orang-orang ini memiliki tempat eksperimen tersendiri. Dan kau pasti tahu tubuhmu diincar banyak orang untuk hal buruk. Jika mereka berhasil menciptakan sesuatu dengan memanfaatkan bagian tubuhmu, itu pasti akan menjadi masalah yang sangat serius."
Xue Zhan memahaminya. Tanpa perlu Kang Jian jelaskan. Kakeknya juga mengatakan hal yang sama sebelum wafat.
"Aku tidak selamanya bisa melindungimu, bahkan Pedang Suci pun tidak tahu kapan mereka akan menyerang kita. Hanya ada satu cara untuk menangani hal ini."
Kang Jian menekankan tiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.
"Terus berlatih dan bertambah kuat. Hingga musuh tidak dapat menyentuhmu. Satu setengah tahun lagi, Ujian Pendekar Menengah akan dimulai. Jika kau ingin mewujudkan keinginanmu untuk menghapus anggapan buruk terhadap iblis, maka ini kesempatanmu, kau harus lolos dalam ujian itu."
Xue Zhan mengangguk mantap.
"Aku tidak akan melewatkan ujian ini, kali ini aku akan serius berlatih. Mohon bimbingannya, Guru."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Alan Bumi
berbahaya mencari gara-gara dengan pemuda itu,
2023-11-19
0
Risti
astagaa lucu sekali(人 •͈ᴗ•͈)
2023-08-05
0
Risti
kang Jian 💍💍(ʘᴗʘ✿)
2023-08-05
0