Wanita itu memiliki mata berwarna putih dengan pupil abu-abu perak, rambut panjang tergerai hingga ke ujung kaki dan senjata kipas bergerigi yang memiliki aura khas tersendiri.
Untuk sesaat Kang Jian dibuat membeku. Kedatangan Cahaya Keenam dari Taring Merah di lingkungan istana Kaisar adalah salah satu keteledoran yang tidak bisa dimaafkan, para penjaga yang mengawas di depan sudah seharusnya menghentikan wanita itu sebelum masuk terlalu jauh ditambah lagi dia membawa pasukannya, orang-orang topeng merah silang berpencar di segala penjuru.
Chao Mi, Sang Penguasa Lembah Api, dia adalah pendekar paling berbahaya dari pesisir barat Kekaisaran Feng. Ilmunya sudah mencapai tahap tertinggi dan kemampuan bertarungnya bahkan bisa mengimbangi 14 Pedang Suci. Gusar nampak di raut wajah Kang Jian. Saat ini bantuan belum datang, dari kejauhan pun Kang Jian bisa mendengarkan suara pertempuran.
Kelihatannya bukan hanya di tempatnya pertarungan terjadi. Namun saat ini sudah jelas, Chao Mi sedang mengincar Xue Zhan. Kang Jian tidak bisa membiarkan itu terjadi begitu saja.
Dia segera memegang gagang pedang, melihat Chao Mi mulai menunjukkan gelagat ingin menyerang duluan. Dengan jarinya, pedang terbuka. Kilat terang muncul saat bilah pedang memantulkan cahaya matahari yang begitu terik.
Senyum licik tergambar di bibir merah meronanya, wanita itu menunjuk ke belakang.
"Kau berpikir kerikil-kerikil itu mampu menahanku?"
Lalu terdengar tawa renyah darinya. Kang Jian bersiaga, jika wanita dapat melewati penjagaan yang luar biasa ketat di istana tentu dia bukanlah musuh yang boleh diremehkan. Apalagi gelarnya sebagai Cahaya Keenam, satu dari enam orang terkuat di organisasi yang kini telah mengguncangkan seluruh Kekaisaran semenjak penyerangan besar-besaran mereka belakangan ini.
"Apa yang kau cari di sini? Kalau kau ingin menyerang Kaisar aku yakin kelompok kalian akan langsung dihabisi. Membunuh orang-orang terkuat Kekaisaran Diqiu? Kelihatan seperti membuang-buang waktu," pendapat Kang Jian menarik senyuman yang lebih lebar lagi di wajahnya.
Kang Jian membelalakkan matanya, dia menoleh ke belakang dan melihat seseorang bersembunyi di dekat pintu. Mata merah dan tanduk di kepalanya, kini Kang Jian mengerti apa yang diincar wanita itu.
"Kau juga sama, kau mengetahui identitasnya dan ingin menyimpan kekuatannya sendirian? Begitu egois, aku benci laki-laki egois sepertimu, walaupun kau sangat tampan dan sesuai dengan kriteriaku ..." Sekilas wanita itu tersipu. Namun setelahnya tatapan matanya berubah.
"Rasanya ingin sekali ku sayat kulit wajahmu yang indah itu untuk ku awetkan dan kutatap sepanjang malam," tawa melengking terdengar kembali. Kang Jian mengeratkan cengkraman tangan pada pedang.
Pertarungan tak bisa terhindarkan lagi, dalam sekejap tempat itu berubah menjadi medan tempur. Chao Mi memiliki keahlian bertarung jarak jauh, oleh karena itu setiap kali Kang Jian melepaskan serangan langsung wanita itu segera menghilang dan menyerang dari sisi lain.
Serangan dari atas udara mengagetkan Kang Jian, Chao Mi datang dari atas.
Hantaman di lantai berbatu menimbulkan bunyi retak yang cukup besar, Kang Jian melompat jauh kurang dari sedetik sebelum lawan menghabisinya.
"Mau menghindariku?"
Kang Jian refleks menoleh ke belakang, sebelum lelaki itu menghindar Chao Mi telah menciptakan perangkap. Sebuah kungkungan cahaya melingkupi satu tempat sampai lima meter. Kang Jian terperangkap tidak bisa ke mana-mana, sementara itu Chao Mi mulai mengangkat senjatanya.
Pedang cahaya putih tercipta oleh angin dari kipas raksasanya. Chao Mi tersenyum penuh kemenangan. "Bukan hal sulit menyingkirkan keroco sepertimu!"
Tidak ada jalan untuk melarikan diri. Kang Jian bersiap menerima serangan itu mentah-mentah, serangan Chao Mi semakin dekat dan pedang tersebut akan menikam Kang Jian bagaimana pun juga. Sampai tiba-tiba suara seseorang menghentikan Chao Mi.
"Hentikan!"
Chao Mi menahan serangan sesaat, tertarik melihat incarannya keluar dari kandang.
"Apa kau ketakutan, adik kecil?" Nada bicaranya yang tadi menyeramkan dibuat-buat menggemaskan. Dia berjongkok di depan Xue Zhan, memasang wajah prihatin.
"Jujur saja, kakak tidak tega melihat anak-anak kecil seperti kalian ketakutan dibuat orang jahat ini. Kau baik-baik saja? Ada yang terluka? Kudengar Kaisar Ziran akan menjatuhkanmu hukuman mati, padahal kau masih begitu muda dan sama sekali tidak bersalah ..."
Setetes air mata jatuh membasahi pipinya, Chao Mi menyentuh wajah Xue Zhan.
"Anak-anak kecil seperti kalian?" ulang Xue Zhan, masih berharap akan satu hal. Lin Yu Mei, akhir-akhir ini dia begitu merindukan tingkah laku menyebalkan adiknya itu. Kesedihan menyusup dalam ruang hatinya, Chao Mi menyadari sorot mata Xue Zhan.
"Kau pasti ketakutan dan tidak berdaya, Kakak ada di sini untukmu, ikutlah dengan kakak, ya? Kami tidak akan memberikanmu hukuman mati, kau akan memiliki banyak teman di sana dan tidak ada rumah yang lebih baik selain ikut denganku."
"Jangan mau ikut dengannya, Xue Zhan!"
Kang Jian berusaha keluar dari sana tapi percuma saja. Selagi Chao Mi masih mengalirkan kekuatannya ke perangkap tersebut maka itu akan terus memenjarakan Kang Jian.
"Orang itu," tunjuk Chao Mi pada Kang Jian. "Dia begitu menginginkan Kitab Phoenix Surgawi darimu, setelah kau dijatuhi hukuman mati dia akan mengambil kitab itu untuknya dirinya sendiri. Kau masih begitu polos, Xue Zhan. Tapi aku mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padamu, untuk kebaikanmu."
"Tidak mungkin, Guru ..."
Xue Zhan menatap Kang Jian, percaya tidak percaya, sementara Chao Mi terus berbicara di sebelahnya, membuatnya mulai mempertanyakan sikap Kang Jian.
"Wanita itu licik, Xue Zhan! Jangan lupakan kau sudah menjadi muridku. Aku tidak pernah menginginkan Kitab Phoenix Surgawi itu, aku hanya-"
"Mengikuti peraturan, bukan begitu, Guru?" Xue Zhan tertunduk, Kang Jian terdiam tidak percaya. Chao Mi masih terus memprovokasi anak itu, tatapan kebencian terlihat di mata merah Xue Zhan. Kekhawatiran di wajahnya kian jelas. Chao Mi akan mengambil Xue Zhan bersamanya.
"Tidak pernah ada manusia sebaik Guru, itu membuatku curiga. Pasti ada yang kau inginkan dariku. Aku rela untuk itu ... Tapi kau memintanya dengan membunuhku. Kau membawaku ke Istana Kaisar untuk diadili walaupun aku tidak membunuh sesiapa pun..."
Sesaat Kang Jian tak mampu berkata-kata, semua itu dia lakukan atas perintah Kaisar Ziran. Misi yang diberikan laki-laki itu memang adalah tanggungjawabnya, termasuk membawa Xue Zhan kehadapan Kaisar.
"Sekarang aku mengerti, apa maksud dari peraturan yang Guru katakan."
Chao Mi menyeringai Iblis di belakang Xue Zhan yang sudah termakan omongannya. Seakan-akan menertawakan Kang Jian.
"Maaf, Guru. Aku berhenti menjadi muridmu. Aku akan mengikutinya dan mencari rumah baruku."
"Pilihan yang tepat, Zhan'er. Kau berada di tangan yang tepat. Kami akan menerimamu selalu asalkan kau mau berlatih untuk menjadi Cahaya berikutnya."
Xue Zhan mengepalkan tangan, merasa keputusannya sudah bulat.
"Aku punya satu permintaan."
Chao Mi yang sudah terlanjur senang segera menjawab.
"Apa?"
"Boleh aku membunuhnya?"
Chao Mi dan Kang Jian sama-sama terkejut, hanya saja sekarang posisi Kang Jian terancam. Chao Mi terbahak dan meminta salah satu pasukannya memberikan pedang pada Xue Zhan.
"Tentu saja, sebagai tes untuk melihat seberapa besar kesetiaanmu pada kelompok. Majulah, Xue Zhan. Bunuh gurumu yang munafik dan egois itu. Dia pantas mendapatkannya."
Kang Jian menggeleng, dia tidak percaya bahkan Xue Zhan langsung yang menginginkan hal tersebut.
"Sekali lagi, maaf, Guru."
Xue Zhan berdiri di depan perangkap cahaya, mengangkat pedangnya. Dalam sesaat Chao Mi terhenyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Imam Iswanto
anak cerdad
2023-02-23
0
Nuralina
❤️❤️❤️💪
2023-01-08
1
Uchy
Chao Mi,,, apa kau menyesal
.???
2023-01-05
1