TEMPUS 6 : Mendapat Benda Yang Berbeda

Aku baru saja masuk ke dalam kamar Bang Wara. Kamar yang kondisinya selalu tertata dan bersih, sama seperti kamar Kak Elang. Bang Wara juga sedikit OCD, jadi semua letak barang-barang harus terlihat begitu rapi dan benar.

Saat masuk ke dalam kamar abangku ini, aku sudah tidak berani menyentuh apa pun sembarangan. Orang OCD akan merasa risih saat barangnya disentuh orang lain, karena bisa saja memicu perubahan tata letak yang sudah dibenarkannya sendiri.

Kulihat Bang Wara membuka laci meja kerjanya. Laci pertama, tempatnya menyimpan benda-benda yang dibutuhkan sehari-hari seperti baterai, gunting, obeng kecil, isolasi, dan pernak-pernik lainnya. Semua itu juga disimpan secara tertata menggunakan wadah demi wadah yang bentuknya sama dan ditata secara berjajar di dalam laci.

Aku sebagai perempuan, merasa kalah dengan tingkat kerapian abangku itu. Ingin juga seperti itu, namun aku ini tipe orang yang tidak sabar. Mengembalikan jaket dan kaos kaki saja selalu tidak pada tempatnya. Memang lebih nikmat jika dilempar begitu saja, hihi.

Bang Wara sudah menemukan baterai jam saku. Ukurannya kecil dan bentuknya bulat tipis seperti pil obat.

“Duduk aja di ranjang.” Suruhnya.

Aku memang masih berdiri, lalu mengangguk ketika disuruh duduk. Bang Wara juga langsung duduk di sampingku. Dia juga sudah memegang sebuah penggaris besi yang tipis, yang panjangnya tiga puluh centi meter.

Penggaris itu gunanya untuk membuka tepian penutup bagian belakang jam saku itu. Agar bisa memasukkan atau mengganti baterai jam yang tempatnya memang di bagian belakang.

Namun, kulihat abangku itu mengernyit heran ketika sudah mengarahkan ujung penggaris pada bagian belakang jam saku. Aku pun bertanya, “kenapa Bang?”

“Kok nggak ada tepiannya ya.” Gumam Bang Wara, lalu menunjukkan hal itu padaku.

Aku pun juga baru sadar, bahwa jam saku itu tidak memiliki tepian untuk akses membuka di bagian belakang. Harusnya ada tepian dan sedikit celah di bagian pemutar jarum jam, namun ini tidak ada. Aku pun keheranan. “Iya yah.. kok nggak ada sih?” Tanyaku.

“Mungkin emang didesign gitu kali, dek.” Ujarnya, yang kini memanggilku ‘dek’.

Aku mengangguk, tapi masih keheranan. “Terus buat apa dong kalau gak bisa dimasukin baterai? Disimpan aja gitu? Kok aneh…”

Bang Wara terlihat mengernyitkan dahinya. “Harusnya berfungsi dan bisa dinyalakan.” Ujarnya yakin.

“Bang Wara ada solusi?”

“Kamu tunggu saja.”

“Maksudnya?” Tanyaku yang memang tidak paham.

“Ditunggu bagaimana cara kerja jam saku itu. Barang pemberian ayah, memang akan menunjukkan cara kerjanya sendiri nanti. Dan hanya pemiliknya lah yang mengetahui cara kerja barang yang ia miliki.” Jelas Bang Wara. Lalu ia menyodorkan jam saku itu padaku.

Kulihat di bagian belakang, juga terdapat tulisan yang sama seperti pada bagian bawah kotak. Tulisan bahasa latin yakni ‘Tempus Itinerantur’, yang kata Bang Wara artinya adalah perjalanan waktu atau bahasa Inggrisnya adalah Time Travel.

Jam saku itu tidak hanya begitu saja. Namun benda itu juga sudah memiliki rantai yang bisa digunakan untuk kalung, digantung pada pinggang celana, atau bisa digantung juga pada belakang kaca spion tengah pada mobil.

“Jadi aku harus menyaksikan sendiri cara kerjanya?” tanyaku.

Bang Wara pun langsung mengangguk. “Tunggu saja.”

“Tapi beneran bakalan berfungsi Bang?”

“Iya lah, pasti berfungsi.”

“Kok abang seyakin itu?” Tanyaku penasaran.

Bang Wara terkekeh pelan. “Ya yakin lah, Lova. Kamu saja setiap hari mengalami hal aneh. Harusnya benda yang diberi ayah ini berfungsi.”

“Memangnya kalau tidak mengalami hal aneh, itu berarti benda dari ayah ini nggak akan berfungsi?”

Bang Wara mengangguk. “Iya, kayak Ravi.”

Aku pun mengangguk-anggukkan kepalaku, merasa sedikit paham dengan penjelasan itu. “Memangnya kalian semua juga mendapatkan jam saku?” Tanyaku yang penasaran lagi. Yah, mau bagaimana? Aku kan sudah seperti seorang newbie saja yang butuh dibimbing, diajari, dan masih banyak bertanya.

“Punya Elang saja yang sama seperti kamu. Dia juga dapat jam saku.”

“Terus Kak Ravi sama abang dapet apa?”

Sebelum menjawab pertanyaanku, Bang Wara berdiri dan mengambil sesuatu dari dalam tas kerja yang setiap hari ia bawa. Tas kerja kotak berwarna hitam yang terlihat elegan.

Bang Wara kembali duduk sambil menggenggam sesuatu di tangan kanannya. Sesuatu itu tampak memiliki ranting juga dan berbentuk bulat seperti jam saku milikku. Hanya salah bulatnya bulat polos berwarna, dan benda bulat itu bisa dibuka.

Tampaknya sebuah liontin. Tapi tunggu, di dalamnya juga tertampilkan angka dan jarum jam. Aku pun masih diam dan bertanya-tanya dalam pikiranku sendiri.

“Pocket watch necklace. Intinya berupa jam juga, tapi dalam bentuk liontin. Semacam kalung. Dari dulu, sudah ada foto ayah juga di sini. Bukan abang yang menempelkan, dilepas pun juga tidak bisa. Foto ayah di sini tampak menyatu dengan benda ini.” Jelas Bang Wara.

Aku pun bengong sejenak. Masih mengamati benda milik Bang Wara. Ketika liontin jam itu dibuka, sisi sebelah kanan yang kosong itu memang menampilkan foto ayah seorang diri. Ayah dalam foto itu hanya formal gayanya, layaknya seperti foto KTP.

“Mau pegang?” Tawar Bang Wara.

Tentu aku mengangguk dan langsung menerima benda itu. Kupegang pocket watch itu dan kuamati foto ayah yang sepertinya masih berusia muda, karena tidak ada kumis di sekitar bibirnya.

Aku pun tersenyum. Sepertinya benda milik Bang Wara memang yang paling khusus, karena ada foto ayah. Maklum saja, abangku ini kan memang akan pertama.

“Bagus banget Bang. Ini juga gak ada karatnya yaa..” gumamku.

“Entah mengapa bisa begitu. Yang pasti semua barang pemberian ayah ke kita-kita ini, gak akan pernah berkarat atau luntur. Sepertinya memang dari bahan logam yang langka dan awet. Akan terlihat baru terus, yang penting juga harus dilap sesekali, dijaga kebersihannya.”

“Boleh dibawa mandi?” Tanyaku.

Bang Wara terkekeh pelan. “Kamu mau pake jam saku itu sebagai kalung kah? Kok kepikiran dibawa mandi segala.”

“Aku cuman nanya aja, kali aja kalau kebawa mandi.” Ujarku.

“Lebih baik jangan, kalau airnya masuk dan rusak gimana?”

Ah, benar juga ya. Meskipun jam saku milikku ini tidak ada tepian pada bagian belakang untuk akses dibuka, namun sepertinya jam saku ini tidak waterproof seperti mascara milikku. Hm, konyol sekali aku.

“Hehe, iya yah. Terus kalau punya Kak Ravi apaan Bang?”

“Ravi dapat Kompas, warnanya juga silver begini. Kalau Elang, sama banget model jam sakunya seperti milikmu.” Jawab Bang Wara.

Mendengar jawaban itu, aku pun mendengus kecil. “Kalau gitu, pasti ada kalanya dong aku nanya ke dia? Kan dia punya benda yang sama kayak aku. Males ah Bang, nanya ke Kak Elang tuh serasa kayak ngadepin detektif kepolisian yang siap menginterogasi tersangka.” Keluhku.

“Hahahaha, santai saja. Mana mungkin Elang terus seperti itu. Elang itu juga memiliki sisi peduli, hanya saja kamu yang memang tidak dekat dengannya. Abang yakin, begitu dia tahu kamu sudah membuka kotak ayah dan memiliki benda yang sama seperti dia, pasti Elang juga akan simpati.”

“Haish, mana mungkin!”

“Nantikan saja kalau tidak percaya. Tapi ingat, pastinya fungsi jam saku kalian itu berbeda. Ah, entah juga ya. Lebih baik pastikan saja sendiri.”

Aku pun cemberut. Memastikan sendiri? Bagaimana caranya? Jam saku ini saja tidak bisa diberi baterai. Lalu cara kerjanya seperti apa ya?

Aku sangat amat penasaran. Mungkin jawabannya akan terjadi nanti malam. Jadi sekarang aku tidak mau cepat-cepat kembali ke kamar. Aku tidak mau kembali sendirian dulu.

Kuputuskan saja untuk berlama-lama di kamar Bang Wara. Sebaiknya aku bertanya saja tentang kemampuannya itu.

“Bang, boleh jelasin atau certain kemampuan yang abang punya dari pocket watch itu?” Tanyaku penasaran.

Bang Wara tampak menimbang dan menghela napas pelan. Lalu ia mengangguk. “Boleh. Tapi janji ya, jangan rusuh di kamar ini. Cukup diam di kasur saja.” Tegasnya karena mungkin khawatir aku mengobrak-abrik kamarnya.

Aku pun mengangguk patuh dan memasang cengiran. “Oke.” Balasku seraya kutempatkan badanku dengan posisi yang paling nyaman. Yakni duduk bersila sambil memangku bantal empuk milik abangku, bersiap diri menunggu Bang Wara mulai bercerita dan menjelaskan.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!