Muller dan Laz kemudian menghampiri Lee yang sedang fokus memandang ke arah rumah lamanya itu.
"Tuan, apakah Anda pemilik rumah ini atau kenalan mereka?" tanya Muller.
"Aku hanya penasaran apa yang terjadi dengan rumah ini, karena di kelilingi garis polisi selama ini," jawab Lee dengan tenang dan memakai kaca mata hitamnya.
"Sepuluh tahun yang lalu terjadi pembunuhan dan perampokan," jawab Laz
"Apakah kasusnya belum terpecahkan? sehingga garis polisi tidak dilepaskan?" tanya Lee dengan berpura-pura.
"Pelakunya hingga kini belum tertangkap, dan mereka telah hilang seperti ditelan bumi," jawab Laz.
"Kasihan korban yang harus tewas sia-sia, hingga saat ini pembunuhnya masih lolos dan hidup bebas," kata Lee dengan sengaja dan masuk kembali ke dalam mobilnya.
"Apakah dia sedang merendahkan kinerja kita?" tanya Muller.
"Sepertinya iya, Pak," jawab Laz.
"Bukankah ini agak keterlaluan?" tanya Muller yang merasa kesal sambil melihat mobil pergi menjauh.
"Pak, sepertinya wajahnya tidak asing," ucap Laz sambil mengaruk kepalanya.
"Iya, tapi di mana kita pernah melihatnya," jawab Muller yang telah lupa bahwa dirinya pernah melihat foto putra Javier itu.
"Kalau saja dia ada hubungan dengan keluarga Anderson, bukankah seharusnya kita memiliki datanya? saat itu kita sudah selidiki semua orang yang kenal dengan keluarga korban," ungkap Laz.
"Ayo kita ke kantor dan mencari datanya, mungkin saja ada petunjuk," kata Muller.
Lee yang sedang menyetir telah mengenal dua polisi tersebut, selama menyamar sebagai ghost, ia sudah beberapa kali berhadapan dengan para polisi itu.
"Tidak berguna, selama ini tanpa hasil. banyak terjadinya perampokan dan pembunuhan di saat itu. tapi dia masih saja gagal menangkap satu pun perampok itu," ketus Lee yang sedang menyetir.
Departeman polisi.
Muller mencari data-data orang yang bersangkutan dengan keluarga Anderson. ia membongkar semua dokumen yang dia simpan selama ini di lemari kerjanya. Laz membantu mencari data tersebut. terdapat beberapa lembar foto yang terselip di dalam dokumen itu. lalu Laz melihat satu-persatu foto tersebut.
"Pak, foto ini...," ucap Laz yang terhenti saat menatap foto seorang pemuda sepuluh tahun yang lalu.
"Ada apa?" tanya Muller.
Laz memberikan foto tersebut kepada atasannya. Muller membulatkan mata besarnya saat melihat foto itu, tentu saja suatu kejutan bagi dirinya.
"Pemuda ini adalah pria tadi, Lee Anderson. dia tidak mati dan sudah muncul," ujar Muller.
"Pak, apakah kita terlepas kesempatan kita?"
"Sia.lan, ke mana dia selama ini? kenapa dia masih hidup? apakah di saat itu dia sempat kabur atau...diselamatkan orang," ujar Muller dengan heran.
"Siapa yang selamatkan dia saat itu? tetangga yang di sana tidak melihat siapapun yang ke sana," kata Laz.
"Lalu, apakah rumah itu ada ruang bawah tanah?" tanya Muller.
"Pak, saat itu kita bongkar semuanya dan tidak ada ruang rahasia sama sekali," ujar Laz.
"Aneh sekali! kita harus mencari orang ini sampai dapat," ucap Muller.
"Dia sudah pergi," kata Laz.
"Sampaikan perintah kepada rekan-rekan kita untuk mencari Lee Anderson!" perintah Muller.
"Siap, Pak," jawab Laz.
"Kenapa kali ini dia kelihatan sangat tenang dan seperti tidak ada kejadian. dan tatapannya juga tidak asing. ini pertama kali kami bertemu jadi tidak mungkin aku pernah bertemu dengan dia," batin Muller.
Di sisi lain Angel sedang makan di warung tepi jalan, ada tiga preman yang menghampirinya.
"Gadis cantik, apa perlu kami temankan?" tanya salah satu preman itu yang dengan sengaja duduk semeja dengan Angel.
"Aku tidak mengundang kalian," jawab Angel sambil meneguk minumannya.
"Gadis cantik, kamu butuh teman, kalau tidak kamu akan merasa kesepian."
Angel dengan santai mengambil sumpit dan mengaduk mi di mangkoknya.ia mengabaikan tiga pria yang sedang ingin mengusik dirinya.
Salah satu preman itu mendekatkan tangannya ke pundak gadis itu, Angel langsung menahan tangan kiri preman itu dan kemudian mematahkan pergelangan tangannya.
Krek
"Aarrgh...," teriakan pria itu yang kesakitan.
"Wanita ja.lang," bentak preman lainnya yang ingin melayangkan tangannya ke arah Angel. Angel langsung melempar mangkok mi miliknya ke arah wajah pria itu.
"Aarrggh...," jeritan preman itu yang terluka di wajahnya.
Prang...
Suara pecahan mangkok yang jatuh ke lantai.
Teman mereka menyerang Angel dan kemudian Angel menikam mata pria itu dengan mengunakan sumpit.
Srek..
"Aarrggh...," teriakan preman itu yang matanya di tancap sumpit
"Preman tidak berguna," bentak Angel yang mengambil semua sumpit yang di mejanya dan melempar ke arah tiga preman itu. lemparan yang dilakukan oleh Angel menancap tubuh tiga preman tersebut.
Srek...
"Aarrghh...."
Srek...
"Aarrghh...."
Srek...
"Aarrghh...."
Jeritan mereka yang kesakitan dan terkapar di lantai. tubuh mereka ditancap oleh puluhan sumpit dan mengeluarkan darah. tidak lama kemudian mereka bertiga tidak sadarkan diri.
"Paman, uang ini sebagai ganti rugi," kata Angel yang meletakan beberapa ratusan dollar di atas meja. sesaat kemudian Angel meninggalkan warung makan itu.
Pemilik warung hanya terdiam melihat aksi gadis cantik itu yang hanya dalam sekejap mengalahkan tiga preman itu.
Setelah satu jam kemudian.
Muller mendatangi lokasi kejadian bersama anak buahnya. mereka melihat dengan heran kondisi tiga pria itu yang tidak sadarkan diri. puluhan sumpit yang menancap tubuh tiga preman itu.
"Paman, apakah bisa jelaskan apa yang telah terjadi?" tanya Chanz.
"Tiga preman ini menganggu pelanggan saya, dan pelanggan saya itu menghajarnya dengan sumpit," jawab pemilik warung.
"Pelanggan paman pria atau wanita?" tanya Laz.
"Wanita muda," jawab pemilik warung.
"Wanita muda? bagaimana caranya dia bisa melakukan ini?" tanya Laz dengan heran.
"Mungkin saja dia memiliki tenaga batin sehingga sumpit bisa dijadikan sebagai senjata," kata Mob.
"Wanita ini sudah mempelajari ilmu membunuh, jadi tidak sulit baginya membunuh orang dengan sumpit," ujar Muller.
"Apakah dia termasuk pembunuh profesional seperti Ghost?" tanya Mob
"Bisa di katakan begitu juga," jawab Laz
"Pak, kita harus mencari wanita muda ini mulai dari mana?" tanya Chanz.
"Sebarkan saja fotonya," jawab Mob.
"Memang kamu memiliki fotonya?" tanya Muller, Laz dan Chanz dengan serentak.
"Tidak," jawab Mob.
"Kalau tidak ada bagaimana sebarkan fotonya?" tanya Laz.
"Kita bertanya saja pada pemilik warung, kita bisa menyuruh dia melukis wajah wanita itu," jawab Mob.
"Paman, apakah bisa membantu kami untuk melukis wajah gadis itu?" tanya Muller.
"Mata saya sudah rabun dan tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita itu, apa lagi cuaca sudah malam mana mungkin bisa melihat dengan jelas," jawab pemilik warung.
"Paman, wanita itu duduk di sini dan paman berdiri di sini, jarak kalian hanya beberapa langkah. tidak mungkin paman tidak bisa melihat wajahnya," ujar Laz yang menunjuk ke arah posisi Angel tadi.
"Saya rabun dekat, Pak. oleh sebab itu saya tidak bisa melihat dengan jelas," jawab pemilik warung.
"Rabun dekat? lalu kenapa paman bisa melihat dia adalah wanita muda?" tanya Chanz dengan heran.
"Walau mataku rabun tapi telingaku sangat tajam, suara wanita itu sangat merdu oleh sebab itu paman bisa tahu kalau dia wanita muda," jawab pemilik warung.
"Sia-sia saja bertanya padanya," gumam Mob.
"Paman, kalau wanita itu datang lagi tolong hubungi kami!" kata Muller yang menyerahkan kartu nama kepada pemilik warung tersebut.
"Baiklah," jawabnya.
Tidak lama kemudian Muller dan anak buahnya pergi meninggalkan warung makan.
"Aku tidak begitu bodoh memberitahu kalian, wanita itu sudah menghajar tiga preman yang meresahkan itu. aku malah merasa gembira dan bisa berjualan dengan tenang di sini," batin pemilik warung itu.
"Pak, apakah kata paman itu bisa dipercaya?" tanya Laz yang masuk ke dalam mobil bersama rekan lainnya.
"Selidiki saja siapa tiga pria itu, dan juga kita awasi tempat ini. mungkin saja dia akan muncul lagi. aku yakin dia bukan wanita biasa," ujar Muller.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
G
lanjut
2022-12-22
0
Rangrizal28
keren thor....lanjut
2022-12-22
0