"Kami di ajarkan jangan bersimpati pada siapapun dan juga jangan ada perasaan pada siapapun di dunia ini," batin Angel.
Rose Hitam.
"Mama, peluru yang melukai Angel memang milik Nacy, dan kelihatannya karena ulah dia Angel gagal dalam misinya," ujar Monica.
"Wanita ini tidak berguna, sudah tahu kalau aku ingin membunuh Alvin, tapi dia masih saja mengagalkan Angel. untuk apa aku melatih dia selama ini. kalau dia tidak bisa diharapkan," kata Rose dengan kesal.
"Mama, apa rencana kita selanjutnya?"
"Untuk saat ini tidak ada, Alvin Salveston terlepas kali ini. anggotanya pasti lebih berhati-hati," jawab Rose.
"Baik, Mama," jawab Monica.
"Tetap awasi Angel! dia bisa saja berubah menjadi senjata mematikan bagi kita, pikirannya sulit ditebak."
"Mama, apakah mencurigai dia akan mengkhianti kita?"
"Semua muridku aku paling mengerti gerak-gerik mereka. akan tetapi gadis ini aku tidak bisa menebaknya," jelas Rose.
"Dia terlalu diam dan menurut, apakah ini bahaya?"
"Aku hanya tidak ingin suatu saat dia menjadi kacang lupa kulit," jawab Rose.
"Selagi dia tidak tahu identitas aslinya, maka dia tidak akan melawan kita," kata Monica.
"Aku lalai dalam satu hal," ujar Rose.
"Lalai dalam satu hal?"
"Sesuatu yang ada pada dirinya, kalau saja diketahui Alvin Salveston maka semua akan terungkap. oleh sebab itu pria itu harus cepat mati," jawab Rose.
"Mama, apa yang harus kita lakukan? anggota Black Eagle jumlahnya tidak sedikit dan dari mereka ada beberapa yang ahli dalam ilmu bela diri dan juga menembak," ucap Monica.
"Undang beberapa kelompok mafia! aku ingin berunding dengan mereka. kerja sama mereka sangat penting."
"Kita akan mengunakan mereka untuk melawan kelompok Black Eagle," kata Monica.
"Hm...dan kita tidak perlu mengorbankan anggota kita," ujar Rose.
Keesokan harinya
Di pagi hari itu Lee sedang duduk di kursi samping tempat tidur Lezo, pengawal terpercaya Alvin terluka sehingga harus berbaring di atas kasur untuk beberapa hari perawatan.
"Lee, kapan kamu pulang?" tanya Lezo.
"Semalam, setelah mendengarkan kabar bahwa papa angkat terluka, aku segera pulang," jawab Lee.
"Bos hampir saja tewas di tangan gadis itu, tapi ada satu hal yang membuat kami penasaran."
"Ada apa?"
"Kenapa di saat dia ada kesempatan membunuh bos, tapi dia malah tidak melakukannya. pertama kali dia bisa melakukannya kalau dia ingin. akan tetapi dia berhenti dan terkena tembakan dari komplotannya. setelah dia bunuh komplotannya dia langsung pergi begitu saja. kelihatannya gadis ini tidak berniat sama sekali," ungkap Lezo
"Rose Hitam dan Black Eagle menjalani latihan yang sama. tidak akan melepaskan sasaran mereka walau apapun yang terjadi," ujar Lee.
"Aku merasa penasaran dengan gadis itu, tidak biasanya anggota Rose Hitam melepaskan sasaran mereka," ucap Lezo.
"Bagaimana dengan parasnya?"
"Dia sangat cantik dan lincah sekali, dia memiliki mata yang indah. aku rasa dia adalah murid yang paling cantik di kelompok Rose Hitam" jawab Lezo.
"Aku akan menyelidikinya," ucap Lee.
"Mungkin Beautiful Devil yang adalah buronan polisi dia juga, selama ini Rose Hitam selalu saja muncul dan membunuh orang. bisa jadi Beautiful Devil ada hubungan dengan kelompok Rose Hitam," ujar Lezo.
"Nama Beautiful Devil sudah tidak asing, aku merasa penasaran. nama ini selalu saja dikaitkan denganku. pihak kepolisian mencurigai kami dari satu kelompok. dan tentu saja ini membuatku merasa penasaran. sebenarnya dia sehebat apa," kata Lee.
"Lee, menurutmu setelah ini apa rencana mereka? walau mereka gagal tapi dengan sikap Rose tidak akan diam begitu saja. dia pasti akan memikirkan cara untuk melawan kita lagi," ujar Lezo.
"Apapun rencananya aku tidak akan tinggal diam, biarkan saja. kalau saja dia muncul lagi aku akan berhadapan dengan mereka," ucap Lee.
"Tapi, bagaimana dengan misi balas dendammu?"
"Aku akan menunda, karena papa angkat sedang terluka. dan aku juga ingin mencari wanita itu," jawab Lee.
"Saat ini aku sedang terluka dan tidak bisa melakukan apapun," kata Lezo.
"Istirahat dan jangan banyak bergerak dulu! aku akan mengurus urusan di luar!" ujar Lee.
"Terima kasih, ada kamu di sini aku lebih tenang," ucap Lezo yang menghela nafas lega.
Setelah dua jam kemudian.
Lee mengendarai mobilnya dan menuju ke suatu tempat. setelah beberapa menit kemudian ia menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana yang sudah lama terbengkalai.
Lee keluar dari mobilnya dan melepaskan kaca mata hitam.
Ia memandang dengan tatapan hampa dan sedih, matanya berkaca-kaca saat melihat ke arah rumah yang banyak debu dan berserakan.
"Sepuluh tahun lamanya aku tidak pernah kembali, karena tidak ada keberanian mengingat masa lalu. akan tetapi selama ini aku tetap tidak bisa melupakannya," gumam Lee.
Lee mendatangi rumah lamanya dan berdiri cukup lama di depan. ia mengingat keluarga bahagia yang pernah dia miliki di saat dulu. akan tetap hanya dalam waktu semalam semua telah berubah menjadi duka.
"Pa, Ma, Adik, sudah sepuluh tahun, akhirnya aku kembali dan aku masih belum bisa melupakan bayangan-bayangan itu. sekuat apapun diriku masih tetap lemah. aku berlatih selama ini demi memburu sekelompok pembunuh itu. dan kini baru dua yang mati di tanganku," batin Lee
Di sisi lain Muller dan Laz sedang berjalan ke arah rumah itu sambil berbincang.
"Pak, kenapa kita ke sini lagi?" tanya Laz.
"Kasus ini belum terpecahkan, pelaku masih belum ditemukan. selama ini aku merasa tertekan dengan kasus ini," jawab Muller.
"Kenapa merasa tertekan? bukankah sudah biasa karena ini juga bukan pertama kali. perampok itu merampok dan membunuh banyak orang," ujar Laz
"Aku penasaran ke mana perginya putra korban, hingga saat ini tidak ada kabarnya," kata Muller
"Untuk apa masih memikirkan itu, sudah sepuluh tahun berlalu. kalau dia tidak muncul berarti sudah meninggal dibunuh oleh si bejat itu," ujar Laz.
"Banyak yang masih belum terjawab tanda tanya kita, orang yang ingin mengambil uang milik korban. dan siapa dalang semua ini. korban menganti Pin itu karena dia sudah tahu akan ada bahaya yang mendatanginya. aku masih binggung soal ini," ucap Muller.
"Pak, kelompok bejat itu sudah tidak ada kabar, sepertinya mereka sudah menghilang atau pensiun," kata Laz.
Muller yang sedang berjalan tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.
"Ada apa, Pak?" tanya Laz yang melihat atasannya itu terdiam.
Muller memandang pria yang berdiri di depan rumah yang masih ada garis polisi.
"Apakah kita mengenalnya?" tanya Laz yang melihat ke arah pria itu.
"Tidak, siapa dia? kenapa dia melihat rumah itu terus?" tanya Muller dengan penasaran.
"Mungkin dia kenal pemilik dulu," jawab Laz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rangrizal28
hati2 Lee,sdh ada polisi yg datang
2022-12-22
2