Berjalan pulang.
Alena menjadi lebih ceria dibanding sebelumnya.
Melihat ini membuat Lynn mengingat kembali bagaimana sikapnya yang berusaha untuk menjadi dewasa saat pertama kali dia bertemu dengannya.
"Itu saat-saat yang layak dirindukan, tak kusangka aku bisa menjalani kehidupan selama ini."
"apa yang sedang kau pikir Lynn?"
Alena yang berjalan disamping Lynn mendengar apa yang dikatakan olehnya.
"Yahh, kau tahu... Tinggal bersamamu dan juga merawat Laurissa, semua itu harus kau tanam pada kepalamu Alena, kita akan meninggalkan kota."
Alena tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Ada apa Alena?" Lynn menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri Alena yang berdiam.
"Kapan kita akan berangkat?"
"Hmm? Entahlah, tapi yang pasti kita menuju desa dulu saat ini."
"Hahh..."
Alena menghembuskan nafas lega.
"Ada apa denganmu Alena?"
"Tak ada... hanya saja kupikir kita sekarang langsung menuju tempat yang akan kau tuju."
"Ahahaha, tentu saja tidak Kita belum pamit kepada orang-orang, lagipula aku takkan berangkat sampai bayi Rigel dilahirkan... Aku akan menunggu sampai saat itu."
Alena mengerutkan dahinya.
"Kau sungguh berteman baik dengan Rigel, bukankah awalnya dia sangat mencurigaimu."
"Yahh, begitulah... Dia bersikap baik kepada semua orang."
Kerutan di dahinya hilang, Alena langsung berjalan ke arah sebelumnya mereka tuju.
"Apa yang kau tunggu, bukankah kita akan menuju desa?"
Lynn berdiri dan mendekati Alena yang berjalan tanpa berbicara apapun lagi.
Anak kecil itu memang tak bisa diprediksi.
.........
"Lynn, lihat itu." Alena menunjuk ke arah depan.
Di ujung panorama.
Terlihat sebuah desa yang akan ditujunya.
Schlomit, sebuah desa yang damai dengan banyak orang baik di dalamnya.
Walau tak lama waktu yang dihabiskannya di desa ini, tapi Lynn sudah mengenal banyak orang, dan juga profesinya sebagai seorang pedagang membuatnya lebih mudah mendapatkan kenalan.
Perlakuan orang-orang sekitar padanya juga sangat baik, dia benar-benar diterima disana.
"Yap, kita sudah sampai... Menurutmu apakah aku harus memberikan ucapan selamat saja atau memberikan sesuatu pada Rigel, Alena?"
"Kurasa ucapan juga sudah cukup, tapi mungkin membawa buah-buahan bersamamu tak ada salahnya." Saran Alena.
"Ya... Kurasa aku akan membeli buah di pasar, apa kau ingin sesuatu?"
"Tak ada.."
"Baiklah."
Lynn dan Alena melanjutkan perjalanan mereka menuju panorama itu.
Tak lama kemudian mereka sampai di desa.
Lynn pergi menuju pasar dan Alena pergi menuju rumah Laurissa sendirian.
Dia membeli beberapa jenis buah yang akan diberikan untuk Rigel dan istrinya.
"Baiklah, aku sudah membeli semuanya... Sekarang kemana aku harus pergi lebih dulu, apakah aku harus pulang menuju rumah Laurissa dulu, atau aku langsung pergi menuju rumah Rigel." dia terdiam membawa sebuah keranjang di samping toko buah-buahan.
Setelah beberapa saat Lynn memutuskan untuk pergi menuju rumah Rigel.
Dia menundukkan kepalanya dan melihat tangan kanannya yang sedang memegang sebuah keranjang berisi buah-buahan.
"Hei!" Sebuah suara panggilan itu mengarah pada Lynn.
Dia berbalik menuju arah suara yang memanggilnya.
Dia bisa melihat sebuah lambaian tangan, tapi tak bisa melihat wajah orang yang memanggilnya itu karena banyaknya orang yang berlalu lalang di depannya.
Lynn mendekati lambaian tangan itu.
Melewati kerumunan yang menghalangi sosok yang melambaikan tangannya itu, Lynn terus mengejarnya dan tibalah dia di tempat orang yang melambaikan tangannya itu.
Dia melihat ke wajahnya langsung dan mengetahui dengan jelas siapa yang ada di depannya.
"Hei Lynn." Ucap orang itu.
"Ah... Halo."
"Ellie..." Lynn menjawabnya dengan segan dan tak ingin mengacaukan situasinya karena dia tak mengetahui apa yang sedang dilakukan wanita yang ditemuinya dalam mimpi di desa penuh orang itu.
"Ada apa? Kenapa kau bertingkah seperti segan begitu padaku?"
"Tak ada, hanya saja..." Lynn tak tahu harus mengucapkan apa.
"Ekhm... Dimana Alena, Ellie?" Lynn mencoba menanyakan keberadaan Alena, karena sebelumnya Alena terlibat dalam hubungan antar keduanya.
"Ha? Siapa?" Dia berkata sambil mengubah raut wajahnya menjadi masam.
Lynn langsung menyadari kalau dia mengacaukannya, saat ini Alena tak terlibat dalam kejadian ini.
"Ahh, tidak... Jangan pikirkan itu, omong-omong ada apa kau memanggilku." Lynn dengan cepat mengubah topik pembicaraan.
Situasinya memang aneh, tapi apapun yang terjadi yang Lynn harus lakukan hanyalah beradaptasi, dia bahkan masih tak mengetahui dimana dia berada saat ini, jadi meskipun hal ini terjadi sesekali dia sudah paham untuk tak terlalu serius memikirkannya dan menjadikannya salah satu list pertanyaan untuk Teala yang berada di Añýa.
"Tak ada, hanya saja kurasa sangat aneh melihatmu berkeliaran di tengah keramaian seperti ini, jadi aku memutuskan untuk menyapamu hehehe." Mukanya yang masam berubah menjadi biasa dan dia mulai menjahili Lynn.
"Memangnya aku ini apa menurutmu."
"Entahlah... Serigala.. mungkin."
"Hah... Aku tak mengerti bagaimana caramu berpikir."
Ellie tertawa puas setelah menjahili Lynn dengan kata-katanya.
Disisi lain, Lynn hanya mencoba menganalisis jawaban yang tepat tanpa maksud apapun, tapi setelah melihat Ellie tertawa puas, dia ikut tertawa bersamanya.
Tawa yang dihasilkan itu bukanlah sebuah tawa palsu seperti jawabannya, tapi tawa itu adalah sebuah tawa yang tulus.
.........
Setelah beberapa saat percakapan dengan Ellie yang menjahilinya.
Ellie tiba-tiba terdiam.
"Yahh.. baiklah, aku harus pergi Lynn, lihat disana." Dia bersikap aneh dan menunjuk ke satu arah dengan tangan kanannya.
Lynn melihat ke ujung telunjuk Ellie dan melihat Rigel di sana, menggendong sebuah kain di dadanya.
"Ahh itu Rigel."
"Lihat Ellie, dia menggendong an-" ucap Lynn sambil memutar wajahnya kembali menuju tempat dimana Ellie berada, tapi.
Menghilang.
Ellie yang baru saja berbincang dengannya tiba-tiba hilang entah kemana.
Ini memang menimbulkan banyak pertanyaan dalam kepalanya, tapi dia hanya berdiam dan menghirup nafasnya dengan dalam untuk menenangkan pikirannya untuk menghadapi Rigel yang sedang menuju ke arahnya.
"Hei Lynn, apa yang sedang kau lakukan." Rigel menghampiri Lynn.
"Ahh, tidak.. aku baru saja berbincang dengan seorang teman."
Rigel langsung melihat ke sampingnya, tapi dia tak melihat siapapun.
"Dimana temanmu?"
"Ahh, dia langsung pergi barusan.. kau lihat kan kerumunan orang-orang ini, walau dia masih disini dia takkan terlihat."
"Benar juga, ahh lihatlah anakku ini Lynn, bukankah dia terlihat kuat seperti ayahnya." Rigel menunjukkan bayi yang sedang digendongnya dengan penuh kegembiraan di wajahnya.
"Yah..." Lynn mengulurkan tangannya dengan spontan karena ingin menggendong bayi itu.
Rigel memberikkan bayinya kepada Lynn.
"Hati-hati dengan kepalanya, jangan sampai dia kehilangan sandaran."
Lynn menggendong bayi itu dan menggerakkan badannya sehalus mungkin.
"Yahh, dia akan menjadi seseorang yang kuat seperti ayahnya, omong-omong siapa namanya?"
"Iena, namanya Iena."
"Nama yang bagus."
"Tapi Iena, maafkan aku tak bisa melihatmu tumbuh, aku akan pergi setelah ini."
"Oh, jadi kau akan pergi sekarang Lynn?"
"Sebenarnya tidak, mungkin esok pagi... Tadinya aku akan pergi ke rumahmu tapi berhubung kau ada disini aku tak perlu pergi kesana, yahh.. kurasa aku akan langsung pergi menuju satu tempat lebih dahulu."
Lynn menyerahkan Iena kembali pada Ayahnya dan memberikkan juga keranjang yang berisi buah kepada Rigel.
"Aku menitip salam untuk Lilie, maafkan aku tak bisa melihatnya."
"Tak apa, dia sedang beristirahat saat ini dan aku mengambil cuti jadi aku mencoba mengenalkannya pada matahari."
"Yahh, kurasa... Sampai jumpa lagi Rigel."
"Ya! Sampai jumpa Lynn."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Poka😖
mantap Thor, tapi di ch ini kayak gimana yah... agak datar gitu kebanyakan scene yang gak ada hubungannya sama sekali sama cerita
2022-12-28
1