Re : Write The Dark History
Alam semesta
Mendengarkan kata ini yang terlintas dalam benak kalian semua pasti tentunya akan berbeda setiap orangnya, Bintang, Planet-planet, Lubang Cacing, atau bahkan mungkin saja Lubang hitam, semua hal yang berkaitan dengan alam semesta ini memang sangat menarik untuk ku ceritakan tapi kurasa aku takkan sanggup untuk menceritakannya dengan begitu luasnya semesta yang ada.
Mengapa tidak kita fokuskan saja kepada satu bentuk yang lebih kecil, seperti... Tata Surya!
Tapi Tata Surya juga terlalu besar untuk menggambarkan cerita yang akan kita saksikan saat ini, kita perkecil lagi fokus kita menuju sebuah planet yang paling dekat dengan matahari dulu.
Tidak... bukan Merkurius tempat itu terlalu panas.
Bukan juga Venus, panas dari planet itu bahkan melebihi panas dari planet terdekat dari matahari.
Benar!
Bumi!
Sumber dari segala kehidupan yang ada di tata surya Matahari, bahkan mungkin di seluruh Alam Semesta!
Tapi menggambarkan semua makhluk yang hidup di planet itu juga terlalu menyusahkan bagiku, lagipula saat ini planet itu sedang berada dalam ambang kehancuran, takkan terlalu menarik untuk ku ceritakan.
...Nit! Nit! Nit! Nit!...
Ah!
Suara alarm dari pesawat ruang angkasa yang sedang bermanuver itu dinaiki oleh seseorang.
Sepertinya dia sedang dalam masalah besar, kurasa kita akan melihatnya ke sana.
Kita lihat...
Seorang pemuda sedang mencoba untuk terus bertahan hidup disana, kurasa menceritakan kisah hidupnya akan menarik.
...Nit! Nit! Nit! Nit!...
Suara Alarm peringatan itu terus terdengar menggema di semua bagian pesawat, pemuda itu terus memegang stir yang ada dihadapannya dengan erat.
...Nit! Nit! Nit!...
Raut wajah pemuda itu sangat tegang bahkan akan terasa jika ada seseorang yang berdiri di sebelahnya meskipun dia memakai helm khusus astronot itu.
"Sial! Kenapa ini semua bisa terjadi." Pemuda itu mengeluhkan nasibnya.
...Nit! Nit! Nit! Nit!...
Suara dari alarm yang menandakan peringatan itu terus menerus berbunyi tanpa henti seperti seseorang yang berambisi dan tak mengenal lelah.
Dak! dak! dak!
Pemuda memukul stir yang ia kemudikan dengan keras.
"Sial!!!"
Dengan terus menerus mengeluhkan situasi yang sedang dihadapinya.
Dia samar-samar melihat sebuah kilas balik.
Kilas balik dari semua yang telah dilalui semasa hidupnya.
"Bisa-bisanya aku mengingat hal-hal yang sudah takkan kudapatkan lagi itu." Pemuda itu menertawakan dirinya sendiri.
..."..."...
Pemuda itu kehilangan kesadarannya.
...!!!...
Melayang...
Pemuda itu melayang dalam sebuah ruang yang gelap tanpa adanya satupun tanah yang bisa dia pijak.
Merasakan hal yang tak nyaman, pemuda itu membuka matanya dengan perlahan.
"Apa yang..."
"Kenapa aku bisa berada di sini?!"
Pemuda itu keheranan dengan apa yang sedang terjadi padanya saat ini.
Mencoba berjalan menuju ke arah depan tapi tak ada satupun yang dia dapatkan, yang dia lihat hanyalah kegelapan yang tak terhingga.
...
"Ah..." ucap pemuda itu dengan cukup kecewa.
"benar..."
"kurasa..."
"Aku sudah berusaha sebaik mungkin."
Menyadari hal yang menimpanya pemuda itu hanya mencoba untuk berpikir dengan positif saat ini.
"..."
"apakah ini kematian?"
Tik! tik! tik!
Suara hujan turun terdengar di sekitar pemuda itu, tapi tak ada satupun bentuk visual bagaimana hujan itu terjadi, pemuda itu merasakan basah di tubuhnya namun dia tak dapat melihat air yang mengalir padanya.
"Sangat gelap disini, tak ada satupun yang bisa kulihat."
Hujan yang tak terlihat terus berlanjut.
"..."
Terus berdiri dan mencoba duduk sesekali pemuda itu terus berpikir bagaimana tentang nasibnya yang akan datang, banyak pertanyaan yang hadir dalam benaknya.
"Tidak..." Penolakan mulai terlintas dalam kepalanya
"Apakah benar semuanya akan menjadi seperti ini setelah kematian?"
"Apa semua orang juga mengalami hal yang sama? Tapi bagaimana dengan Surga atau Neraka?"
"jika hal ini terus berlanjut."
"Aku..."
"aku.."
"Kesepian."
Menutup diri, dia mulai berjongkok seperti seorang anak kecil yang sedang merengek.
"Aku telah mencoba sejauh ini, tapi jika ini adalah akhirnya"
..."..."...
..."Aku ketakutan."...
.......
.......
.......
.......
.......
.......
...!...
...Nit! Nit! Nit! Nit!...
Suara alarm itu membangunkan pemuda yang kehilangan kesadarannya itu dan dia dengan segera menarik stir yang dipegangnya agar dapat selamat dari tarikan gravitasi bumi.
Pesawat ruang angkasa itu akhirnya bisa keluar dari tarikan gravitasi bumi dan sekarang di sinilah dia.
Dia sudah tak tertarik oleh kuatnya gravitasi bumi karena Eksofer yakni lapisan atmosfer bumi paling luar telah dia lewati dengan susah payah.
"ha... hah... hahh... hhaahh.." Pemuda itu terus mencoba mengendalikan nafasnya setelah semua hal yang telah dilaluinya barusan.
"aku..." pemuda itu mencoba untuk mengucapkan sesuatu.
"ber..." kalimatnya itu tak diucapkannya dengan jelas karena nafasnya yang terengah-engah.
"aku..." dia mencoba mengucapkannya lagi.
"berh..." namun gagal lagi karena nafas dan juga jantungnya yang berpacu dalam kecepatan tinggi belum bisa dia kendalikan saat ini.
"aku..." mencobanya lagi.
"berhasil..." sekarang dia bisa menyelesaikan kata-katanya karena nafasnya sudah bisa dia kendalikan.
"aku... berhasil.."
Ya.. dia berhasil.
"aku.. berhasil."
Tak cukup mengucapkannya sekali.
"aku. berhasil!"
Dia meneriakkan keberhasilannya.
"yah!"
"aku berhasil!"
"aku berhasil!"
"aku berhasil pergi dari planet menyedihkan itu!"
"aku berhasil!"
"berhasil bertahan hidup!"
"YAAAAHHHH!!!"
"rasakan itu para pecundang!"
"saat ini hanya aku manusia yang tersisa."
"hanya aku"
"hanya.. aku.."
"..."
Terdiam
Saat ini dia menyadari bahwa hari esok akan menjadi lebih berat dibandingkan dengan hari ini, fakta bahwa dia hanya sendirian di luar angkasa membuat semuanya menjadi...
Kesengsaraan tak berujung.
"ekhmm.. maafkan aku, semuanya... aku terlalu bersemangat.." dia meminta maaf dan membungkukkan badannya ke arah bumi karena telah menghina orang-orang di dalamnya dengan berlebihan.
"baiklah, jadi sekarang apa?"
Hening.
Tak ada seorangpun yang menjawab apa yang ditanyakan oleh pemuda itu.
"yah... tentu saja sudah jelas."
Pemuda itu pergi menuju ke arah pintu dan hendak meninggalkan ruang kendali.
Memutar kenop pintu dan menuju ke ruang tengah kapal, di sinilah dia akan tinggal dan bertahan selama sisa hidupnya berlanjut.
Sendirian.
"yah, disini takkan senyaman di rumah tapi setidaknya aku masih hidup.."
"hidup..."
Sebuah kilas balik dari ingatannya terlihat jelas setelah dia mengucapkan kata itu.
"Hiduplah.." ucapan itu dilontarkan oleh seorang wanita dengan raut wajah penuh harap.
Dak!
Dia memukul dinding besi yang ada di belakangnya dan mencoba untuk melupakan momen itu.
Tapi melupakannya bukanlah suatu hal yang mudah.
Tangisan menyedihkan keluar dari mata pemuda itu... meratapi semua yang telah terjadi.
"aku hanyalah seorang pecundang."
...
...
zztt!
Sebuah kamera menyala dan menampilkan wajah dari pemuda yang masih hidup di ambang kehancuran planet Bumi.
"baiklah... kamera sudah menyala."
"ya.. akan ku mulai laporanku... hari ini sudah genap satu bulan aku melayang-layang di angkasa tanpa arah, kurasa saat ini pesawat yang ku naiki telah mulai keluar dari orbit bumi dan semakin dekat dengan bulan."
"ini akan menjadi perjalanan tanpa ujung hahaha"
"dan, belum ada satupun petunjuk... apa yang harus kulakukan."
"aku hanya menjalankan aktivitasku seperti hari-hari sebelumnya, aku masih belum terbiasa dengan semua ini, setiap aku terbangun aku tak mengenal langit-langit yang kulihat, meskipun itu bukanlah langit karena aku tak benar-benar tidur menghadap ke atas."
"suasananya seperti biasa, hening dan sunyi."
"lalu suhu disini masih sangat dingin hahaha."
Pemuda itu menggerakkan badannya dengan maksud menunjukkan seberapa dinginnya suhu yang dia rasakan.
"yah... aku mulai kehilangan harapan untuk hidup disini, sudah selama ini dan tak ada satupun petunjuk apa yang harus ku lakukan berikutnya."
"aku sudah tak berharap lagi ada bantuan dari bumi, biar kutunjukkan." Pemuda itu membawa kameranya dan mengarahkan kamera itu ke jendela yang memperlihatkan Bumi yang sudah mulai hancur besar.
"yah, cukup menyedihkan... ini semacam pembasmian massal tapi kurasa... cukup wajar jika Tuhan murka terhadap manusia dan mulai kehilangan kesabarannya, aku juga akan murka jika mereka terus melakukan kesalahan sama yang berulang."
"hahaha, kurasa cukup sekian laporan ke 30, dan untuk yang terakhir..."
"aku berharap Tuhan menolongku dan memberikanku petunjuk menuju tahap berikutnya, aku tahu selama ini aku bukanlah hamba yang taat... Tapi aku sudah tak tahu lagi harus memohon kepada siapa jika tidak kepada Nya."
"yah, baiklah... sudah cukup."
Zzt!
Kamera berhenti merekam.
Pemuda itu meletakkan kembali kamera ke tempatnya dan pergi menuju ruang persediaan.
"makanan ini hanya cukup untuk 3 tahun, dan takkan ada lagi... ya, takkan ada lagi untuk ke depannya."
Pemuda itu menempelkan kepalanya ke dinding yang ada di depannya.
"sial, benar-benar tak ada harapan lagi."
"listrik yang entah akan bertahan sampai kapan dan juga oksigen yang makin menipis, semuanya sudah berakhir..."
"sudah berakhir... kenapa... kau menyuruhku agar terus hidup." Pemuda itu berbicara sembari mengingat kata-kata seseorang yang menyuruhnya untuk bertahan.
"kau berbicara seakan ada harapan disini."
Pemuda itu menggigit bagian bawah bibir nya dan mulai meneteskan air mata sedikit.
"tapi yang ada disini hanyalah kesengsaraan tiada akhir."
Dia mengusap air matanya.
Mencoba untuk tegar.
Situasi hatinya sangat bercampur aduk saat ini, terkadang dia tenang dan mencoba menghibur diri untuk tetap berpikir positif tapi stress lebih banyak muncul dibandingkan itu.
...
Zzt!
Kamera menyala dan merekam lagi sebuah adegan yang menampilkan seorang pemuda yang sama di tempat yang sama tapi dengan situasi yang berbeda.
"baiklah... hari ini adalah genap satu tahun aku berada di sini."
Mata pemuda itu terlihat lingkaran hitam yang menjadi bukti bahwa stress yang dialaminya terus berlanjut sepanjang hari.
"ya, seperti biasanya, persediaan makanan menipis, tapi sejak 6 bulan terakhir aku hanya makan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu dan itu membuat semuanya jadi lebih awet..."
"kurasa..."
"listrik masih berjalan dengan cukup baik, dan persediaan oksigen juga cukup banyak."
"aku masih tidak memiliki petunjuk apa yang harus kulakukan selanjutnya."
Pemuda itu mengubah angle kamera dan memperlihatkan dirinya bersama bumi di belakangnya dari balik jendela.
"bumi... sudah hampir hancur sepenuhnya.. ya, ini cepat... tapi siapa yang bisa mencegah hal itu."
"oh..."
"suara-suara aneh terdengar olehku tapi aku menghiraukannya..."
"aku terus mencoba berpikir logis, tapi suara memanggil itu setiap harinya makin jelas terdengar."
"aku menjadi kekurangan tidur dan..." Pemuda itu menghentikan ucapannya.
"hei!" Dia menoleh dan berteriak pada sesuatu.
"..."
"ah tak ada, aku hanya merasa.... sudahlah kurasa ku akhiri laporan ke 365 ku ini, aku berharap Tuhan memberikanku jalan dan kesempatan untuk keluar dari penjara tak berujung ini."
"Amin"
Zzt!
Kamera berhenti merekam.
Pemuda itu menghampiri ke tempat yang ditoleh olehnya dan seperti sebelum-sebelumnya dia berharap bahwa itu adalah sebuah petunjuk baginya.
Tapi sayang seribu sayang itu bukanlah apa-apa, tak ada apapun di tempat yang mengganggunya itu.
Dia memutuskan untuk pergi tidur karena ia sudah terbangun lebih dari 2 hari.
"ku harap aku mati." Dia menutup matanya dan pulas dengan cepat.
.
..
...
"hei"
Sebuah suara memanggilnya.
!
Dia membuka mata dan seperti saat pingsan saat bermanuver keluar dari tarikan atmosfer, dia berada di suatu tempat yang gelap gulita.
"hei"
Suara itu memanggilnya lagi.
Pemuda itu terus membalikkan badan dan mencari sumber suara yang memanggilnya itu.
"siapa kau!?"
"..." tak ada jawaban.
Dia mencoba berjalan meski tak tahu apa yang ada di depannya.
"hei"
Kali ini suara itu benar-benar dekat, arahnya dari sebelah kanannya.
Pemuda itu mengulurkan tangannya dan sebuah siluet putih transparan berwujud anak kecil terlihat pergi lari ke depan menghindari uluran tangan yang akan mengenai tubuhnya.
"ayo! kejar aku!" ucap siluet itu sembari membalikkan badannya.
Pemuda itu mengejar siluet itu tanpa berpikir panjang.
"ahahaha kau tak bisa menangkapku!" siluet itu tertawa seperti sedang melakukan permainan dengan pemuda itu.
"ayo terus kejar aku!"
Pemuda itu terus mengejar dan mengejar siluet yang terus menghindarinya.
"kau bisa melakukan ini lebih baik benar bukan!"
"teruslah kejar aku!"
Menghindar menghindar dan menghindar dia terus menghindari uluran tangan dari si pemuda itu dan Hap!
"ahh kau menangkapku! hihihi." suara tawa itu adalah suara seorang anak perempuan.
"aku tahu kau bisa melakukannya."
"benar bukan.."
"Lynn!"
!
Sebuah nama diucapkan oleh siluet itu dan dengan cepat kegelapan yang ada di sekitarnya berubah menjadi sebuah tempat di tebing dekat pantai dan hanya ada dua orang di sana.
Seorang anak perempuan dan juga...
Lynn seorang pemuda yang berhasil selamat dari kehancuran dunia.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Cellestria
Kakak jangan lupa huruf kapital 🤭
2023-02-08
0
Rudi R
Wee.. re write film kesukaanku
2023-01-07
1
Arlingga El Mustafa🇮🇩🇹🇷
Hadir,,, 👋
2023-01-01
0