Laborasi: HASIL, PERDEBATAN, DAN PERJALANAN

...18 Desember 2026, Kepada buku harian....

...Hari ini final piala dunia akan digelar pada malam hari, paman Samsul sudah bilang tidak pulang sampai besok. Aku harap dia berhenti berjudi, orang tua itu sangat baik, tapi nasib dia dalam perjudian tidaklah baik. Pertandingan final mempertemukan Norwegia melawan wakil Asia, Jepang. Kejutan luar biasa....

...Aku masih mengingat jelas hari di mana kakiku pertama kali dibasahi laut pulau Piyambak. Pengalaman yang berkesan dan menyeramkan. Apalagi setelah pulang dari sana, Clara jatuh sakit selama tujuh hari.

...

...Dua bulan sejak berlatih di pulau Piyambak. Aku dan Clara terus berlatih, Clara juga berlatih menggunakan katana yang ditemukan di Piyambak, Clara belajar dari seorang mantan atlit nasional. Nanti akan kuceritakan lebih lanjut tentang dia....

...Di bulan-bulan ini juga aku perhatikan hubungan Zico dan Isma makin dekat, maklum saja kata Clara, pasangan baru. Aku juga heran kenapa Clara akhir-akhir ini terus membahas tentang pacaran.

...

...Uang hasil kerja keras kami telah lebih dari cukup sebagai modal berpetualang nanti, tapi aku tidak yakin untuk melibatkan Clara lebih lanjut....

...Aku akhirnya bisa mendapatkan hasil dari penelitian Profesor Setiawan setelah menunggu beberapa bulan. Profesor Setiawan berjanji akan memberikan hasilnya siang nanti setelah perkuliahan selesai....

Kahar fokus menulis buku hariannya di depan laboratorium kelautan sembari menunggu Profesor Setiawan. Kahar menulis buku itu berdasarkan saran Zico. Katanya dulu, menulis adalah teman curhat yang tak akan khianat. Kahar benar-benar telah tertular penyair kadung itu.

Siang di depan laboratorium, Clara bilang dia akan menyusul ketika urusannya di rektorat sudah selesai. Tanpa kehadiran Clara, suasana sunyi dan sepi. Hanya ada Kahar sendiri yang duduk di bangku panjang yang terletak di samping pintu masuk laboratorium. Matahari sudah tinggi menertawakan awan, sehingga cahaya yang berdesakan menyilaukan mata.

Kahar menunggu Profesor Setiawan yang sedang menyempurnakan penelitian tentang sisik ikan yang tumbuh di kulit Kahar. Penelitian ini sangat menarik penting bagi Kahar karena sisik ikan ini mungkin bisa menjadi petunjuk jati diri Kahar. Profesor Setiawan yang merupakan salah satu profesor terkemuka di Fakultas Perikanan dan Kelautan begitu disegani oleh para mahasiswanya berjanji akan memberikan hasilnya hari ini.

Kahar merasa sedikit gugup saat menunggu Profesor Setiawan. Namun, Kahar juga sangat penasaran dengan hasil penelitian yang akan diberikan oleh Profesor Setiawan. Kahar berharap bahwa hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang siapa Kahar.

Setelah beberapa saat, akhirnya Profesor Setiawan keluar dari laboratorium dengan wajah yang penuh dengan kepuasan. Kahar merasa sangat senang karena bisa mendapatkan hasil penelitian yang telah ditunggu-tunggu. Profesor Setiawan memberikan hasil penelitiannya kepada Kahar dengan ramah dan sambil tersenyum.

“Ini sungguh gila,” kata Profesor Setiawan dengan nada yang antusias. Mata profesor Setiawan menatap Kahar dengan begitu ketakjuban.

“Apakah hasilnya sudah diketahui, Prof?’ tanya Kahar.

“Saya belum selesai meneliti sisikmu seratus persen, tapi penemuan bahwa DNA sisikmu sama dengan DNA yang ditemukan pada bakteri kuno berusia sepuluh ribu tahun yang terkubur di dalam bongkahan es di Antartika. Ini bisa bermakna bahwa kau, Kahar Muzakar, mungkin bukan seorang manusia,” jelas Profesor Setiawan.

Mata Kahar menolak untuk percaya. Lidahnya gemetar untuk mulai berbicara. Keringat mulai basahi sedikit sudut tubuh Kahar. Kahar tidak percaya setiap fonem yang berlompatan keluar.

“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, Profesor?” tanya Kahar dengan nada tidak percaya.

Profesor Setiawan menyeringai pada Kahar. “Saya tahu ini terdengar tidak masuk akal, Kahar, tapi hasil penelitian ini sudah saya ulangi berulang kali-kali dan hasilnya selalu sama. Sisik kulitmu memang memiliki DNA yang sama dengan makhluk kuno yang ditemukan di Antartika.”

Kahar masih merasa tidak percaya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sisik kulitnya bisa sama dengan DNA makhluk yang hidup ribuan tahun yang lalu. Profesor Setiawan merasa bahwa Kahar masih membutuhkan waktu untuk memproses informasi ini. Ia meminta Kahar untuk pulang dan berpikir tentang penemuan ini dengan tenang. “Kita bisa bertemu lagi besok dan membicarakan ini lebih lanjut, Kahar,” katanya.

Kahar setuju dan pulang dengan perasaan bingung. Ia tidak tahu harus memikirkan apa lagi tentang penemuan ini. Apakah ini artinya ia memiliki hubungan dengan makhluk kuno yang ditemukan di Antartika? Atau mungkin ini hanya kebetulan saja? Kahar tidak tahu jawabannya, tapi ia tahu bahwa ia harus membicarakan ini dengan Profesor Setiawan lagi besok.

Saat hendak memalingkan pandangannya dari laboratorium, Kahar melihat Clara dan Isma yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Mereka terlihat ceria dan sepertinya baru saja menyelesaikan urusannya di rektorat.

“Kahar!” sapa Clara dan Isma dari kejauhan.

Clara yang hari ini menggunakan kemeja hijau dengan jaket tampak sangat bergaya, sedangkan Isma menggunakan kaos polos yang bertuliskan ‘Viva La Revolution’. Kahar hentikan langkahnya, menunggu dua orang temannya menghampiri.

“Jadi bagaimana urusanmu itu?” tanya Kahar pada Clara.

“Bagus, semua sudah selesai, Bang,” balas Clara begitu bersemangat. “kau sendiri, bagaimana hasilnya?” tanya balik Clara.

“Hasil apa maksudmu?” sahut Isma menanyakan pertanyaan Clara. Clara tersentak, dia lupa kalau ada Isma.

“Bukan apa-apa, aku hanya sedang melakukan penelitian bersama Profesorku, ini bukan hal yang menarik untuk dibicarakan,” sambar Kahar mengalihkan pembicaraan. Isma mengangguk tidak banyak bertanya lagi.

“Ini dia Kahar-mu, ayo pulang,” ajak Clara. Clara menyetujui dan lalu menarik tangan Kahar pergi dari laboratorium. Kahar menarik diri lebih dekat dengan Clara.

“Hasilnya di luar nalar,” bisik Kahar.

...****************...

Di kampus pada siang hari setelah ujian akhir semester, suasana terasa sangat sepi dan sunyi. Banyak mahasiswa telah kembali ke kosan setelah menyelesaikan ujian, sehingga tidak banyak yang terlihat berkeliaran di sekitar kampus. Namun, mungkin masih ada beberapa mahasiswa yang masih duduk-duduk di taman kampus, terlihat santai dan menikmati suasana siang yang teduh. Beberapa mahasiswa mungkin juga masih terlihat sibuk dengan kegiatan mengumpulkan dan mengajukan tugas akhir atau skripsi mereka. Di beberapa tempat di kampus, terdengar suara orang yang sedang berbincang atau tertawa, menambah suasana yang ceria dan ramai meskipun tidak sebanyak sebelum ujian.

Ketenangan yang pas bagi Kahar untuk membicarakan rencana selanjutnya bersama Clara.

Kahar dan Clara duduk di bangku taman kampus sambil menikmati suasana siang yang indah setelah selesai mengikuti ujian akhir semester. Mereka berbincang tentang beberapa hal yang terjadi selama semester ini, tapi Kahar tampak sedikit bingung dan tidak fokus. Clara akhirnya sadar bahwa ada sesuatu yang mengganggu Kahar, dan ia bertanya apa yang terjadi.

"Bang, ada apa? Kau terlihat tidak fokus sejak tadi," tanya Clara.

Kahar menghela nafas panjang, lalu berkata, "Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatakan ini padamu. Aku ingin mengatakan ini sudah lama dan aku takut kalau kau akan marah atau tidak mengerti."

"Apa yang membuatmu begitu bingung, Bang? Kau bisa berbicara dengan aku tentang apa saja," kata Clara dengan lembut.

"Baiklah, aku akan mengatakannya dengan jujur. Aku tidak bisa mengajakmu ke Sumatera Selatan," kata Kahar dengan nada rendah.

Clara terkejut mendengar kata-kata Kahar. "Kenapa tidak, Bang? Kita sudah merencanakan perjalanan itu bersama sejak lama."

"Aku takut. Aku takut kalau kau akan terluka atau terjadi sesuatu yang buruk padamu di sana. Aku tidak ingin kehilanganmu," jawab Kahar dengan air mata mengalir di pipinya.

"Tapi Bang, aku merasa bahwa aku harus ikut serta dalam perjalanan ini bersamamu, sebagai bagian dari perjalanan hidupmu. Aku tidak ingin kau merasa sendirian," kata Clara dengan nada sedih.

Kahar dan Clara terlibat dalam perdebatan panjang tentang perjalanan ke Sumatera Selatan. Setelah banyak mempertimbangkan, Kahar akhirnya memutuskan untuk pergi sendirian.

“Tidak, Bang. Kau tetap di sini.” Kahar sekali lagi menegaskan argumentasinya.

“Aku sudah berlatih menggunakan katana, kau tidak perlu khawatir.” Tangis mulai jatuh. Kahar menggelengkan kepala. Matanya berkata tidak. Clara sangat sedih dengan keputusan Kahar, dan ia tidak bisa menahan air matanya yang jatuh di pipinya.

"Aku akan selalu mencintaimu. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu," kata Kahar dengan nada lemah.

"Aku akan selalu menunggumu, Bang. Jaga diri dengan baik di sana," kata Clara dengan nada sedih. Kahar mencium Clara dengan lembut sebelum Kahar mulai berbicara lagi.

"Aku tahu kau hanya ingin yang terbaik untukku, Bang,” kata Clara dengan air mata masih mengalir di pipinya. "Tapi aku merasa bahwa aku harus ikut serta dalam perjalanan ini bersamamu. Aku tidak ingin kau merasa sendirian di sana."

Kahar merasa sulit untuk mengatakan tidak pada Clara, tapi ia tahu bahwa ia harus memikirkan keamanan Clara di atas segalanya. "Aku akan berusaha untuk mengerti. Tapi aku harus yakin bahwa kau akan aman di sana. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Clara mengangguk dengan air mata masih mengalir di pipinya. "Aku akan baik-baik saja, Bang. Aku akan selalu menunggumu dan merindukanmu.”

“Aku sudah merindukanmu.”

Kahar memeluk Clara dengan erat, merasakan kepedihan yang mendalam di dalam hatinya. Dia tahu bahwa Kahar harus pergi sendirian ke Sumatera Selatan untuk memecahkan misteri hilangnya ayah Kahar, tapi ia tidak ingin meninggalkan Clara. Namun, ia tahu bahwa ia harus melakukannya demi keluarganya dan demi Clara yang ia cintai.

Akhirnya, Kahar melepaskan pelukannya dan berdiri. "Aku harus pergi. Aku akan kembali secepat mungkin. Aku akan selalu mencintaimu," kata Kahar dengan suara lemah.

Clara mengangguk dengan air mata masih mengalir di pipinya. "Aku akan selalu menunggumu, Kahar. Jaga diri dengan baik di sana dan ingatlah bahwa aku selalu ada di sisimu."

Kahar mencium Clara sekali lagi dengan lembut sebelum beranjak pergi. Clara terdiam di tempat, menonton Kahar pergi dengan hati yang berat. Ia merasa tidak siap untuk melepaskan Kahar, tapi ia tahu bahwa ia harus memberi ruang bagi Kahar untuk melakukan apa yang harus dilakukannya.

Setelah Kahar pergi, Clara terdiam di tempat, merasa kehilangan tanpa Kahar di sisinya. Dia merasa bahwa Clara harus bersikap kuat untuk Kahar, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia hanya bisa berdoa agar Kahar selamat di perjalanan dan kembali kepadanya secepat mungkin.

...****************...

Terminal Kampung Rambutan. Suasana pagi menyedihkan, untuk pertama kali Clara harus berpisah dengan Kahar. Dua orang itu harus berpisah. Kahar juga telah berbohong dengan paman Samsul dan ibunya bahwa dia pergi ke Sumatera Selatan untuk keperluan penelitian akademik.

Ini adalah pertama kalinya Kahar pergi ke Sumatera Selatan, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi di sana. Dia telah memendam mimpi untuk menemui titik koordinat ayahnya, tapi sekarang dia merasa bahwa mimpi itu akan menjadi kenyataan.

"Jadi ini perpisahan?" tanya Zico yang mengantarkan kepergian Kahar.

"Aku akan segera kembali."

Clara yang ikut mengantarkan hanya diam dan terus menahan air matanya. Clara tidak sanggup untuk berkata-kata, dia telah menghabiskan kesedihannya kemarin.

"Jangan sampai terjadi hal buruk padamu," kata Clara akhirnya.

Kahar menghela nafas panjang, lalu memasukkan tasnya ke dalam bus yang akan mengantarnya. Dia merasa sedikit lega setelah memastikan bahwa semua hal baik-baik saja untuk dia tinggalkan. Barang Kahar sudah masuk dengan aman ke dalam bus dan dia siap untuk pergi.

Kahar melirik jam tangannya, lalu merasa terkejut karena tahu bahwa waktunya untuk berangkat sudah dekat.

"Aku benar-benar harus pergi." Kahar segera naik ke dalam bus.

"Kami akan menjaga Clara di sini," ujar Isma memenangkan Clara.

Kahar memutuskan untuk duduk di kursi terdepan di bus, agar dia bisa melihat pemandangan di luar jendela dengan lebih jelas.

Setelah beberapa menit, bus akhirnya berangkat menuju Sumatera Selatan. Kahar merasa sedikit lega setelah tahu bahwa perjalanannya sudah dimulai. Dia tidak tahu apa yang akan menunggunya, rencana Kahar sudah terbentang di luar sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!