Melihat kedatangan Edward, seketika saja orang yang memukuli dan membentak-bentak papa dan adik Edward langsung saja terdiam dan membeku di tempatnya berdiri. Ia tak menyangka kalau Edward akan pulang hari ini, pasalnya informasi yang ia dapatkan dari salah satu bodyguard Edward mengatakan kalau Edward akan kembali satu minggu lagi.
"Bodyguard yang tak berguna, malah menjebloskanku dalam masalah. Awas saja kau, akan ku beri perhitungan nanti" batin seseorang yang telah memukuli papa dan adik Edward yang tak lain adalah sang nyonya besar, Madeline Amber.
Bahkan kini wajah Amber tampak pucat pasi seperti maling yang tertangkap basah mencuri karena saat ini ia juga tengah membawa tongkat baseball di tangannya. Hal itu membuat Edward semakin yakin bahwa alat itu yang digunakan ibunya untuk memukuli papa dan adiknya.
"Ed, ini tak seperti yang kamu lihat. Semuanya hanya salah paham. Mama hanya ingin mengajari mereka" ucap Mama Amber mencoba berkilah dengan wajah yang terlihat sangat panik takut Edward akan menendangnya dari mansion.
"Lalu seperti apa yang anda maksud? Kalau memang mansion ini saja tak aman untuk papa dan adikku, lalu harus dimana lagi aku merawatnya? Ini mansion tempat tinggal manusia, bukan neraka tempat tinggal setan dan iblis. Kalau saja kau bukan seseorang yang melahirkanku, sudah ku pastikan bahwa di dalam mansion ini, hari ini juga akan terjadi upacara penghormatanmu yang terakhir" ucap Edward dengan mata yang menatap tajam ke arah ibunya.
"Anda itu seorang ibu dan juga istri yang harusnya menyayangi anak dan suaminya dalam kondisi apapun. Bukan malah menambahi mereka luka. Saya akan membawa pergi papa dan adik saya dari mansion ini. Semoga setelah anda tahu kebenarannya, anda akan sadar dan menyesal karena telah melukai orang-orang yang tulus menyayangi anda" lanjutnya dengan menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah wajah Mama Amber.
Mama Amber yang mendengar kalimat panjang yang diucapkan oleh Edward pun hanya diam mencerna semuanya. Sedangkan Reno yang sedari tadi melihat perdebatan anak dan ibu itu pun akhirnya segera mendekat ke arah Edward apalagi melihat tangan Edward satunya sudah mengepal kuat, itu artinya emosinya bisa saja meledak saat ini.
"Ayo Ed, kita bawa paman dan Alika" ucap Reno dengan menepuk bahu Edward agar segera meredam emosinya.
Edward pun segera berbalik setelah mengubah mimik wajahnya dan meredam emosi yang bergejolak di dadanya. Reno segera saja mengambil kursi roda milik pamannya dan Edward mencoba untuk mengangkat papanya naik untuk duduk di kursi roda. Namun sepertinya akan ada halangan karena Alika yang sedari tadi memeluk papanya erat sambil masih menangis.
"Jangan... Jangan bawa" ucap Alika dengan memeluk erat papanya.
"Alika, papa cuma pindah duduk ke kursi roda nggak kemana-mana kok. Kan lantainya kotor nanti kita bisa sakit kalau terlalu lama duduk di lantai yang kotor" bujuk Papa William dengan lembut ambil mencoba melepaskan pelukan Alika.
Papa William sebenarnya sudah sangat lemas karena harus menahan sakit akibat pukulan dari istrinya selama sebulan terakhir ini. Namun ia mencoba bersikap biasa saja di hadapan Edward karena tak ingin anaknya itu kepikiran. Terlebih Alika, ia harus kuat demi melindungi anak perempuan satu-satunya itu. Mama Amber tak pernah mengijnkan maid dan pekerja lainnya untuk memasuki kamar miliknya dan Alika walaupun hanya sekedar untuk mengobati lukanya. Selama ini ia hanya mengandalkan P3K yang tersedia dikamarnya untuk mengobati luka-lukanya dan Alika.
Ia tak habis pikir dengan istrinya itu yang berubah semenjak kejadian itu. Dulunya istrinya itu sangat baik dan menyanyangi ia dan juga Alika, namun setelah kondisinya yang lumpuh dan anak perempuannya yang depresi sikap Mama Amber berubah 180 derajat. Sering memarahinya dan membentak-bentak padahal ia dan anaknya tak melakukan apa-apa. Ia sangat yakin kalau ada seseorang yang mempengaruhi istrinya itu agar berbuat tak baik pada keluarganya atau mungkin memang itu sifat tersembunyi istrinya yang sebenarnya.
Alika yang mengerti maksud dari ucapan papanya itu pun hanya menganggukkan kepalanya dan melepaskan pelukannya sebagai respons. Setelah di lepaskan, Papa William segera saja diangkat oleh Reno yang sedari tadi hanya melihat. Mata Alika mengedar ke segala arah dalam kamar itu dan seketika saja tatapannya terpaku pada mata nan tajam seseorang namun menyiratkan kelembutan. Tanpa rasa takut, Alika tersenyum manis pada pemilik mata tajam itu yang tak lain adalah sang kakak, Edward. Edward yang melihat itu tertegun karena melihat senyum yang sangat indah dari sang adik. Setiap kali ia menjenguk dan mengajak bicara, Alika selalu berada di dalam dunianya ssendiri membuat Edward sulit untuk berkomunikasi.
Edward segera mengalihkan pandangannya ke arah papanya dan kemudian membantu Reno mengangkat tubuh papanya ke atas kursi roda. Setelah berada di kursi roda, segera saja Reno berlalu pergi dengan mendorong pamannya setelah melihat kode yang diberikan Edward.
"Jangan bawa" ucap Alika dengan tatapan sedihnya melihat seseorang yang selalu menjaganya di bawa pergi.
Alika yang masih duduk di lantai pun melihat ke arah Edward seperti tatapan meminta pertolongan agar papanya dibawa masuk kembali. Edward yang melihat itu segera saja, berjongkok di hadapan adiknya. Kondisi adiknya itu walaupun di diagnosis dokter mengalami depresi akut, namun pada faktanya Alika masih bisa merespons dan merasakan apa yang terjadi di sekitarnya. Dan Edward bersyukur akan hal itu, setidaknya adiknya tidak seperti yang orang-orang katakan.
"Alika, semuanya akan baik-baik saja. Sekarang ikut kakak yuk, kita susul papa" ucap Edward dengan lembut bahkan tatapannya menyiratkan kasih sayang yang amat besar.
Bagai sebuah mantra, Alika mengangguk saja tanda menyetujui ucapan Edward. Edward pun segera menggendong adiknya seperti koala kemudian menyembunyikan wajah Alika di dada lebarnya. Ia segera saja kembali menatap ke arah sang ibu yang sedari tadi hanya melihat adegan kakak, adik, dan ayah itu dengan diam.
"Jangan pernah menemui dan mengganggu kehidupan papa dan adikku. Jika kau masih mengganggunya dan melukainya, akan ku pastikan kau akan musnah di tanganku. Tak peduli sekalipun kau adalah orang yang melahirkanku" ucap Edward dengan nada datar dan dinginnya, sangat berbeda dengan saat ia berbicara dengan adiknya tadi.
Edward segera saja berlalu dari hadapan Mama Amber yang seketika menegang mendengar ucapan dari anak sulungnya. Tanpa Edward ketahui, Mama Amber diam-diam mengepalkan kedua tangannya dan menatap Edward yang perlahan menjauh dengan tatapan yang sulit diartikan.
********
Hallo... Aku double update nih wkwkwk
Tumben-tumbenan kan aku kasih double update...
Selamat membaca dan mohon dukungannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
ada apa ini sebenarnya...... masih penasaran
2024-03-14
0
Wirda Lubis
mama kandung menyiksa adik dan suami nya
2023-01-03
0
your wife( ̄3 ̄)
aku tunggu lanjutannya, semangat kak
2022-12-26
1