Tok... Tok... Tok...
"Permisi" seru Elli mengetuk pintu ruangan yang berada di samping ruang asisten dan sekretaris CEO itu.
"Masuk" jawab seseorang dibalik pintu ruangan itu kemudian seketika Elli segera membuka pintu dan masuk sembari mendorong troli berisi makanan untuk sarapan CEO.
Duarrrr...
Jantung Elli seketika berdegup kencang seperti akan meledak saat melihat siapa yang berada di balik ruangan CEO itu yang tak lain adalah orang yang bersama dengan Reno dan dirinya saat di pesawat pribadi milik Perusahaan Serant Group.
"Astaga... Ini kan orang yang ada di pesawat kemarin. Berarti kemarin waktu aku debat sama si Reno Reno itu di depan CEOnya langsung? Duh gawattt..." batin Elli yang melongo kaget seperti orang melamun.
"Hei... Mana sarapanku? Jangan terlalu lama melamun disini, kesambet babi tau rasa" ketus sang CEO yang tak lain adalah Edward dengan tidak sabarnya meminta sarapannya.
"Dih omongannya bapak, nggak like Elli mah. Kalau sampai Elli kesambet babi berarti bapak babinya dong? kan di ruangan ini hanya ada bapak" ceplos Elli dengan polosnya setelah tersadar dari acara melamunnya.
"Kamu berani mengatai saya babi? Hmm" ucap Edward dengan menatap Elli tajam sambil berjalan mendekat ke arah Elli.
Elli yang ditatap tajam seperti itupun merasa takut dan terdoktrin dengan rumor yang diucapkan oleh Sinta. Ia merasa seperti hendak dimangsa oleh seekor singa, kalaupun kabur kan tidak mungkin. Bahkan kini Edward tengah berjalan mendekat ke arahnya membuat ia dengan refleks berjalan mundur meninggalkan troli berisi sarapan untuk sang CEO.
"Eng... Enggak bapak, mana berani saya mengatai bapak kaya gitu. Bapak kan seorang CEO, kaya raya, tampan masa iya disamakan kaya babi" ucap Elli dengan terbata-bata sambil terus berjalan mundur.
Namun naasnya, saat berjalan mundur badan Elli terpepet pada tembok dibelakangnya membuat posisinya kini benar-benar tidak menguntungkan baginya. Edward yang melihat posisi Elli yang sudah terhimpit pun hanya bisa melayangkan senyuman misteriusnya.
"Jangan sok memuji saya seperti itu karena biasanya yang suka memuji saya itu adalah seorang penjilat" ucap Edward dengan tatapan tajamnya yang amat menusuk di mata Elli bahkan badannya tiba-tiba merinding karena kedua tangan Edward berada di sisi kanan dan kiri kepala mengungkung pergerakan Elli.
Perkataan Edward yang tajam dan terkesan misterius benar-benar menusuk relung batin Elli. Elli berpikir bahwa Edward mempunyai pikiran kalau Elli sama seperti para penguasa-penguasa dan karyawan lain yang menjadi penjilat demi sebuah kekuasaan. Walaupun sedikit awam dengan perkataan Edward tentang penjilat, namun Elli paham maksud dari kalimat penjilat di dunia bisnis.
"Tuan CEO yang terhormat, Elli nggak suka jadi penjilat hanya demi sebuah kekuasaan kalau Elli sendiri masih bisa bekerja dengan tenaga Elli sendiri. Lebih baik makan dengan gaji sedikit tapi halal daripada makan dengan gaji besar tapi didapat dengan cara yang tidak baik" ucap Elli dengan berani sambil menatap dalam mata Edward.
Sejenak Elli tertegun denga mata indah Edward, setelah menyelami dalam mata itu Elli seketika melihat adanya kehampaan dan kekosongan dimatanya. Dibalik tatapan tajamnya tersimpan sebuah kesedihan dan kehampaan dalam hidupnya.
"Mata ini... Mata yang tajam dan dingin saat menatap mangsanya, namun jika dilihat lebih dalam mata ini melihatkan bahwa ada kehampaan dan kekosongan dalam diri pemiliknya" ucap Elli dengan berani.
Bahkan jemari telunjuk tangan Elli dengan beraninya terangkat dan mengelus kelopak mata kanan dan kiri Edward secara bergantian hingga Edward memejamkan matanya menikmati setiap elusan tangan mungil Elli.
"Gimana enakkan elusan tangannya Elli? Kaya dipijit plus plus" goda Elli setelah melihat Edward yang seperti menikmati elusan tangannya hingga memejamkan matanya, bahkan ketegangan di otot pelipisnya juga sedikit mengendur.
Mendengar ucapan Elli seketika membuat Edward segera membuka matanya dan menatap Elli yang sedang menaik turunkan alisnya menggoda Edward.
"Astaga benar-benar merusak suasana" gumam Edward lalu menyentil dahi Elli.
Ctakkk...
"Awwww... Sakit" gerutu Elli dengan mengusap-usap dahinya yang disentil oleh Edward.
"Suka ngawur pikirannya, sudah siapkan sarapanku sekarang" titah Edward yang kemudian menjauh dari sisi Elli dan duduk di sofa yang ada diruangannya.
Tanpa Elli sadari saat Edward berbalik badan, Edward tersenyum tipis melihat tingkah Elli yang terlihat begitu menggemaskan dan berani walaupun sedang berhadapan dengan atasan yang dirumorkan orang-orang adalah seseorang yang sangat kejam.
"Siap tuan" jawab Elli dengan ceria.
Elli segera saja menyiapkan semua makanan yang dibawanya ke arah meja yang ada dihadapan Edward dengan rapi. Tanpa basa-basi, Edward segera memakan sarapannya dengan tenang tanpa mempedulikan Elli yang masih berdiri di dekat dirinya.
"Kenapa masih disini? Keluar sana, ganggu pemandangan" ucap Edward dengan ketus tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan.
"Astaga bapak, mulutnya pedes amat sih kalau ngomong. Habis sarapan pakai cabe berapa kilo?" ucap Elli mencibir.
"Kamu berani ya sama CEO di perusahaan kamu bekerja? Yang sopan kamu, kamu pikir setelah kamu boleh masuk ruangan saya dan melihat wajah seorang CEO terus bisa seenaknya berkata tidak sopan seperti itu. Kamu itu seperti tidak diajari sopan santun saja sama orangtuamu. Jangan sok akrab sama saya" ucap Edward dengan kejam tanpa memikirkan perasaan Elli.
Elli yang mendengar ucapan Edward merasa sakit hati sekali, padahal niatnya berkata seperti itu hanya bercanda demi membuat Edward yang terlihat penuh dengan kekosongan itu lebih berwarna lagi hidupnya. Namun ternyata memang benar kalau apa yang dilakukan oleh karyawan didepan mata atasannya akan salah jika itu menyangkut masalah pribadi. Mata Elli bahkan memanas dan siap menumpahkan air matanya, namun ia mencoba menahannya agar tak terlihat lemat didepan Edward.
"Saya mohon maaf kepada Bapak CEO terhormat karena telah lancang dalam berucap maupun bertindak. Saya yang hanya sebagai pegawai rendahan seperti ini memang tidak pantas untuk ikut campur dengan segala urusan dari atasannya. Mengenai saya diajari orangtua atau tidak mengenai sopan santun, sepertinya itu tak ada hubungannya sama sekali dengan anda. Sekali lagi saya minta maaf, rencananya saya masih disini karena menunggu bapak selesai sarapan dan membereskan semua bekas piring dan gelas bapak sekalian. Namun sepertinya bapak salah paham, kalau begitu saya permisi terlebih dahulu" ucap Elli yang kemudian dengan cepat berlari kecil keluar dari ruangan CEO sambil menahan air matanya yang seakan mau tumpah.
Sejenak Edward melihat ada kesedihan di mata Elli saat ia mengucapkan kalimat pedas itu dan membuat perasaannya sedikit tidak nyaman. Ada sedikit rasa bersalah dihatinya saat melihat Elli yang berlari untuk keluar dari ruangannya, namun ia segera menepisnya kuat-kuat dan segera melanjutkan sarapannya dengan tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Riska Ang Min Hoo
iya eli ceplas ceplos,, yang sopan dong
2024-02-25
1
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh
2023-07-31
0