Elli pulang dengan hati senang karena malam ini ia takkan kesusahan untuk mencari makan malam. Tadi saat disuruh Edward membeli makanan yang ia suka, tanpa basa-basi Elli membeli makanan untuk makan malam yaitu nasi pecel lele. Ia pulang dengan berjalan kaki sambil membawa beberapa kantong berisi jajanan. Sebenarnya tadi Elli sudah disuruh untuk pulang bersama dengan Edward namun Elli kabur duluan. Elli terkekeh geli saat mengingat bahwa tadi ia berhasil mengelabuhi Edward dan Reno agar ia bisa pulang sendiri.
"Ayo pulang" ucap Edward saat melihat sudah banyak sekali jajanan yang Elli beli, bahkan dengan tak tahu malunya Elli menyuruh Edward untuk membawakan semua kantong plastik yang berisi jajanan miliknya.
"Baiklah, mana jajananku" pinta Elli pada Edward yang langsung saja diberikan oleh Edward semua kantong yang berisi jajanan Elli.
"Pulang bersamaku" ucap Edward dengan nada datarnya sambil menunjuk ke sebuah mobil yang kini mendekati posisi keduanya, dengan Reno yang menyetir di balik kemudi.
"Nggak usah bapak, rumah Elli dekat kok dari sini. Tuh gang kampungnya aja udah kelihatan dari sini, tinggal nyebrang jalan aja" ucap Elli dengan berbohong sambil menunjuk ke arah gang masuk perkampungan yang ada di seberang jalan area taman.
"Rupanya dia sudah berani berbohong kepada saya, baiklah tikus kecil akan ku ikuti permainanmu. Kita lihat saja siapa yang akan kalah dalam permainan ini" batin Edward dengan tersenyum menyeringai namun Elli sama sekali tak menyadarinya.
"Walaupun cuma nyebrang ke situ tapi tetap saja yang namanya perempuan nggak baik kalau pulang maghrib-maghrib gini sendirian. Apalagi banyak preman dan begal yang berkeliaran kalau di jam-jam segini" ucap Edward dengan sedikit menakut-nakuti Elli padahal itu hanya untuk menggodanya saja terlebih Edward sudah mengetahui kalau Elli berbohong mengenai alamatnya.
Jangan lupakan kalau Edward sudah mengetahui mengenai semua informasi detail mengenai Elli termasuk alamat Elli tinggal saat ini. Bukannya malah takut, Elli malah bersikap biasa saja tanpa bereaksi seperti perempuan-perempuan lainnya yang selalu memanfaatkan alasan itu untuk dekat dengannya.
"Nggak ada kok, Elli udah biasa jalan kesana sendirian tapi aman-aman aja" elak Elli yang masih berusaha meyakinkan Edward.
"Nggak usah membantah ucapan si bos, ayo masuk mobil buruan. Udah lumutan nih gue nunggu kalian" seru Reno yang sedari tadi sudah jengah dengan perdebatan dua sejoli yang sama-sama kekeh mempertahankan keinginannya itu.
"Masuk" ucap Edward dengan nada datarnya membuat Elli sedikit takut apalagi melihat wajah Edward yang tanpa senyum.
"Baiklah" pasrah Elli yang kemudian mengikuti Edward yang berjalan di depannya dengan langkah gontai.
Ting...
Seperti mendapatkan ide untuk menghindar dari ajakan pulang bersama Edward dan Reno, Elli pun seketika tersenyum-senyum sendiri di belakang Edward dengan ide cemerlang yang tiba-tiba melintas di kepalanya. Untungnya Reno tak melihatnya karena sedang fokus dengan handphonenya.
"Tuan Edward, Tuan Reno" panggil Elli dengan mimik wajah seperti ketakutan.
"Ada apa?" tanya mereka secara bersamaan saat melihat ke arah Elli dengan wajah mengerut heran ketika melihat wajah ketakutan Elli.
"Ada kuntilanak ngesotttt" seru Elli sembari menunjuk ke arah belakang Edward yang kemudian berlari berbeda arah dengan Edward.
Edward dan Reno yang mendengar seruan Elli pun segera berlalu dari area taman tanpa melihat ke arah yang ditunjuk oleh Elli. Dengan Edward yang berlari masuk ke dalam mobil dan Reno yang langsung mengegas mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Setelah lama berkendara dengan masih menetralkan detak jantungnya dan berhenti di lampu merah, Reno pun seperti tersadar akan sesuatu.
"Tuan, sepertinya ada sesuatu yang mengganjal tentang ucapan nona Elli tadi" ucap Reno dengan mengerutkan keningnya berpikir atas sesuatu yang mengganjal.
Edward yang mendengar hal itu pun juga merasakan hal yang sama, namun mereka berdua masih terlalu larut dengan pikirannya masing-masing. Sejenak mereka saling tatap, lalu...
"Sejak kapan kuntilanak bisa ngesot" seru keduanya secara bersamaan dengan mata yang melotot.
"Kita dikibulin nona Elli bos" ucap Reno dengan geleng-geleng kepala mengingat kalau mereka tengah dipermainkan oleh Elli.
"Astaga... Kau benar-benar tikus kecil licik" batin Edward sambil memijit pelipisnya yang terasa pusing akibat ulah ajaib Elli.
"Saya lebih baik menghadapi banyak klient sekaligus di hari yang sama daripada harus menghadapi nona Elli" gerutu Reno yang kesal dengan permainan Elli.
Edward yang mendengarkan hal itupun diam-diam membenarkan perkataan Reno, namun tetap saja Edward hanya diam membisu seraya menatap ke arah jalanan malam yang ia lalui untuk pulang ke mansionnya.
Sedangkan orang yang kini tengah mereka bicarakan, tengah makan jajanan dengan tenangnya di rumah sederhana milik Bibi Rere.
"Besok, aku kalau ketemu tuan CEO dan aistennya harus bagaimana ya? Apa aku kabur aja? Atau sembunyi-sembunyi biar nggak ketemu mereka? Pasti mereka kini lagi maki-maki aku nih karena udah ngerjain mereka" gumam Elli sendiri sambil terkikik geli.
"Ah bodo amatlah, kalau dimarahin ya tinggal dengerin aja. Gitu kok repot" lanjutnya bersikap acuh tak acuh memikirkan apa yang akan terjadi esok hari.
Ia segera membereskan semua sisa makanannya lalu mandi dan istirahat.
***
Sedangkan di sebuah mansion...
Edward dan Reno telah sampai di depan mansion yang amat mewah, mansion yang di design khusus oleh ayah Edward dan kini ditempati oleh seluruh keluarga besarnya termasuk dirinya dan juga Reno. Mengenai Reno, Reno sebenarnya adalah sepupu dari Edward, anak dari adik ayah Edward. Reno juga sudah diberikan mandat untuk mengurus perusahaan milik keluarganya namun Reno memilih untuk menjadi asisten Edward karena tak ingin adanya perebutan jabatan dengan kakak kandungnya.
Tak... Tak... Tak...
Suara ketukan sepatu milik Edward dan Reno seketika menggema di mansion itu, banyak sekali para maid yang berlalu lalang dan menunduk hormat ketika mereka berdua lewat. Sampai mereka berdua ingin menaiki tangga menuju kamar yang notabene tangga tersebut satu ruangan dengan ruang keluarga, sebuah suara yang begitu memuakkan Edward dan Reno seketika memasuki pendengaran mereka.
"Baguslah jika kau pulang, Ed. Setidaknya jika kau pulang, saya tidak perlu mengurus dua orang yang tak berguna itu" ucap seorang wanita paruh baya yang duduk di sofa ruang keluarga, yang tak lain adalah ibu dari Edward, Madeline Amber.
Selama ini memang Edward jarang pulang ke mansion karena kesibukannya mengurus perusahaan miliknya dan juga ayahnya.
Madeline Amber merupakan seorang ibu dari dua orang anak, yang salah satunya adalah Edward Lion Serant. Ia juga seorang istri dari seorang pebisnis terkenal dan tersukses pada masanya, yaitu William Adiguna Serant. Kehidupan keluarga kaya dengan pernikahan bisnis memang sudah bukan hal tabu lagi di kalangan mereka, namun Amber dan William menikah bukan karena itu, melainkan karena pesan dari sahabat William yang sudah meninggal untuk menjaga Amber.
Edward yang mendengar ucapan dari ibu kandungnya itu hanya bisa mengepalkan kedua tangannya untuk menahan emosi yang bergejolak didalam dada. Kalau saja dia bukan orang yang melahirkannya, sudah dipastikan ia akan dimusnahkan oleh Edward detik itu juga saat kejadian itu terjadi. Tanpa menghiraukan keberadaan ibunya, Edward segera saja berlalu pergi menuju ke kamarnya diikuti oleh Reno yang memandang remeh dan rendah bibinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
ada kejadian apa sebenarnya.....
2024-03-14
0
Ajusani Dei Yanti
tetap semangat ya thorrrr kuh
2023-07-31
0