Sendu

Saat ini Elli masih terdiam dengan tatapan kosongnya menghadap ke depan. Melihat pemandangan yang begitu menyesakkan hati dan batinnya. Ingin sekali ia berteriak namun suara tak kunjung keluar, ingin sekali ia menangis namun air mata tak kunjung turun.

"Elli" panggil Edward dengan mengibas-ngibaskan telapak tangannya didepan wajah Elli namun tatapan Elli tetaplah kosong dengan menatap kedepan.

"Elli" panggil Edward lagi namun dengan menepuk bahunya pelan sehingga Elli tersadar dari lamunannya.

"Eh... Maaf tuan, kalau gitu Elli pamit pulang terlebih dahulu" ucap Elli dengan pelan setelah tersadar dari tatapan dan lamunannya.

Elli pun dengan segera berpamitan untuk pulang, namun Edward menghentikannya dengan memegang tangan Elli.

"Sudah, tak apa. Menangislah jika ingin menangis, bahu saya kosong kalau mau dipinjam untuk bersandar" ucap Edward dengan lembut namun seperti terdengar ada kalimat yang sedikit mengganjal di hati Elli.

Elli merasa bahwa Edward mengetahui apa penyebab dari segalah kesedihannya saat ini. Bahkan ucapannya juga sangat lembut, membuat dirinya membeku seketika.

Tanpa aba-aba lagi, Elli membalikkan badannya ke arah Edward lalu memeluk Edward dengan erat sambil menangis tergugu. Bahkan nafasnya tersendat-tersendat akibat menangis, ia seakan-akan ingin meluapkan segala beban dan perasaan yang selama ini menyesakkan hidupnya. Sedangkan Edward hanya diam sembari mengelus punggung Elli dengan lembut untuk memberi rasa aman, nyaman, dan ketenangan.

"Mereka jahat hiks apa salah Elli? hiks" ucap Elli ditengah isak tangisnya.

"Kenapa anak orang lain mereka sayangi tetapi anak kandung sendiri dibuang hiks Apa salah Elli? hiks apa salah Elli?" lanjutnya dengan tangan yang memukul-mukul punggung Edward.

Edward yang mendengar ucapan lirih dan tangisan Elli yang tergugu itu seketika mengepalkan kedua tangannya yang berada dibelakang punggung Elli. Yap, tadi saat Elli menarik tangan Edward dan tiba-tiba berhenti itu karena melihat kedua orangtuanya sedang berada di taman bersama seorang gadis SMA. Mengapa bisa tahu kalau itu anak SMA? Karena gadis itu masih menggunakan seragam sekolahnya. Mereka bertiga tengah tertawa bersama dengan si gadis yang berada ditengah-tengah kedua orangtuanya. Bahkan dengan tak canggungnya, sang ibu dan si gadis saling menyuapi jajanan yang mereka beli. Sungguh Elli sangat iri dan tersenyum miris. Namun yang jadi pertanyaan didalam benaknya adalah siapa gadis itu?

Setelah setengah jam berlalu dengan masih dalam posisi berdiri dan berpelukan, Elli akhirnya menghentikan tangisannya. Ia segera melepaskan pelukannya dari Edward dan mengusap air matanya kasar dengan kedua telapak tangannya.

"Aku nggak boleh menangisi orang yang bahkan membuangku dan tak memikirkan keadaanku" ucap Elli dengan tekad yang kuat.

"Jangan terlalu membenci sesuatu karena mungkin saja dibalik itu semua ada suatu kebaikan yang kau tak tahu" ucap Edward dengan bijak dan Elli hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Ah... Maaf jas tuan jadi basah karena air mataku" ucap Elli dengan tatapan bersalah saat melihat jas Edward basah karena air matanya.

"Bukan hanya basah karena air matamu, tapi basah dan kotor karena ingusmu" ucap Edward dengan mendyindir.

"Ya maaf, tapi kan bukan salahnya aku juga dong kan tadi tuan nawarin saya untuk bersandar dibahu tuan yang kosong itu. Cieeee... Bapak bahunya udah lama kosong nih? Nggak ada yang nyenderin ya?" goda Elli saat tak terima dengan apa yang diucapkan oleh Edward.

Edward saat ini tersenyum lega dan bersyukur karena Elli sudah mulai bersikap seperti biasanya. Sungguh membuat Edward terpukau dengan perubahan cepat mimik wajah Elli.

"Harusnya kamu bersyukur dan senang karena bisa bersandar di bahu saya yang sandar-able ini. Bahkan semua wanita di luaran sana jika disuruh bersandar di bahu saya pasti bakalan antri sampai berpuluh-puluh kilometer" ucap Edward dengan percaya dirinya.

"Astaga... Ternyata ini kepribadian bapak yang sebenarnya. Narsis dan terlalu percaya diri. Ku kira rumor yang tersebar kalau bapak adalah seorang yang kejam itu benar, tapi ternyata apa ini?" ucap Elli dengan menatap tidak percaya pada Edward.

"Apa? Rumor hanyalah sekedar rumor, yang tahu kita sebenarnya hanya diri kita sendiri dan orang terdekat kita" ucap Edward dengan nada datarnya.

"Bapak benar. Biarlah oranglain berkata apa tentang kita karena yang mengetahui kita sebenarnya adalah kita sendiri dan orang terdekat kita" ucap Elli menyetujui apa yang diucapkan oleh Edward lalu berjalan untuk duduk di pinggir trotoar jalan.

"Sedari tadi kau memanggilku bapak, bapak, dan bapak, saya bukan bapakmu kalau kau tahu" sewot Edward yang ikut duduk di sebelah Elli yang berada di pinggir trotoar jalan.

"Saya juga tahu kalau bapak itu bukan bapak saya" ucap Elli dengan santai.

"Lalu kenapa kamu masih memanggilku dengan panggilan bapak? Panggil kakak atau abang atau mas itu akan lebih bagus daripada panggilan bapak. Saya ini belum tua, belum pantas dipanggil bapak" ucap Edward dengan menatap ke arah jalanan yang mulai sepi dari kendaraan.

"Karena saya nggak punya dan tidak pernah merasakan figur seorang bapak setelah umur 16 tahun" ucap Elli dengan nada yang sendu.

Mendengar ucapan dari Elli, seketika Edward mengarahkan pandangannya ke arah Elli yang kini tengah memandang ke depan dengan tatapan kosongnya kembali. Edward bahkan mengetahui semua yang terjadi pada Elli dan bagaimana keluarganya memperlakukan Elli. Edward telah menyuruh Reno untuk mencari detail mengenai kehidupan Elli dan menurutnya apa yang dilakukan oleh kedua orangtua Elli saat ini adalah benar. Semuanya tentu demi kebaikan dan keselamatan Elli.

"Ya sudah kau boleh anggap aku bapak kamu atau panggil saya terserah kamu" pasrah Edward yang kemudian merangkul bahu Elli kemudian membantunya berdiri untuk mengembalikan Elli dalam keadaan sadar.

Elli yang mengerti apa yang diucapkan oleh Edward pun tanpa basa-basi segera berdiri tegap dan menarik tangan Edward.

"Kita mau kemana?" tanya Edward dengan nada dinginnya karena sebenarnya ia sudah lelah sedari tadi menghadapi sikap Elli yang berubah-ubah.

"Jajan" seru Elli dengan bersemangat, ia terus menarik tangan Edward agar segera mengikutinya.

Bahkan Reno yang sedari tadi mengikuti mereka saja dibuat kagum dengan Elli yang bisa menaklukkan monster seperti Edward. Bagaimanapun juga Reno adalah saksi bisu dari semua kepahitan dan kesenangan hidup Edward. Tumbuh bersama sejak kecil membuat Reno mengetahui kapan terakhir kalinya Edward berbicara lembut kepada seorang wanita, bahkan kepada ibu dan saudara-saudaranya pun Edward tak pernah berbicara lembut dan banyak omong seperti saat bersama Elli.

"Etttssss... Tapi kan Elli nggak punya uang, gimana mau jajannya? Nanti kalau Elli jajan, Elli nggak bisa bayar listrik dan beli bahan makanan" gumam Elli pelan namun masih terdengar oleh Edward yang saat itu mereka telah sampai di dekat para penjual makanan.

"Udah, ambil saja makanan yang kamu mau. Nanti Reno yang bayar" ucap Edward dengan santai saat mendengar ucapan Elli.

"Benarkah?" tanya Elli dengan mata berbinar-binar dan melihat ke arah Reno yang berada di belakakng tubuh Edward dengan tatapan bertanya.

Reno yang sekarang memang berada di dekat mereka pun seketika membelalak kaget mendengar ucapan dari Edward. Saat ingin mengajukan protes, ia melihat wajah Edward yang tengah memelototinya dengan tajam dan diingin. Seketika saja ia menelan salivanya kasar karena aura yang dikeluarkan Edward seperti mengatakan "Jangan membantah atau kau tinggal nama".

"Baiklah, ambil semua yang anda mau nona Elli" pasrah Reno sambil mengeluarkan dompetnya dan memberikannya pada Edward.

Edward segera menerima dompet Reno dan membawanya bersama Elli untuk membeli berbagai makanan jajanan pedagang kaki lima. Elli hampir menunjuk semua makanan yang tersedia disana, bahkan tak tanggung-tanggung untuk membeli beberapa yang dibungkus agar bisa dibawa pulang ke rumah.

Sedangkan Reno yang melihatnya hanya bisa menatap sendu ke arah dompetnya yang terlihat lebih tipis isinya daripada sebelum ia berikan kepada Edward.

Poor Dompet Reno...

Terpopuler

Comments

Sani Srimulyani

Sani Srimulyani

kalian banget kamu ren.......

2024-03-14

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

kasian dompet reno🤭🤭🤭

2023-07-31

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Awal
3 Diterima Kerja
4 Kembali ke Indonesia
5 Kecewa
6 Bingung
7 Bertemu Lagi
8 Si Mulut Pedas
9 Aktifitas
10 Taman
11 Sendu
12 Tikus Kecil Licik
13 Buntu
14 Kejadian
15 Kejadian 2
16 Rumah Sakit
17 Rumah Sakit 2
18 Rumah Elli
19 Rumah Elli 2
20 Masalah
21 Masalah Atau Berkah?
22 Pernikahan
23 Naga
24 Keseruan Pagi Hari
25 Joko Tingkir
26 Drama
27 Balasan
28 Fakta
29 Penenang
30 Berkas
31 Terdesak
32 Pemandangan
33 Kesal
34 Rapat
35 Rapat 2
36 Berita
37 Janji
38 Terapi
39 Ronald Adipati Niclow
40 Alika Diandra Serant
41 Kambuh
42 Masa Lalu
43 Kemarahan Elli
44 Bertemu Paman
45 Khawatir
46 Kedatangan Kakek
47 Elli vs Bunda Nessa
48 Bingung
49 Rahasia Besar
50 Rahasia Besar 2
51 Reno Adrian Serant
52 Keputusan Reno
53 Tidur Bersama
54 Perkara Susu
55 Ungkapan Cinta
56 Alika Sembuh
57 Alika Sembuh 2
58 Kembalinya Reno
59 Akhir Bunda Nessa
60 Akhir Bunda Nessa 2
61 Keanehan Mansion
62 Mendoan
63 Menghabisi
64 Akhir Seno
65 Akhir Seno 2
66 Perombakan
67 Perombakan 2
68 First
69 First 2 (Warning)
70 Saling Memaafkan
71 Kebahagiaan
72 Bertemu Kakek
73 Sandiwara
74 Perlawanan
75 Menyadarkan
76 Rumah Sakit
77 Pembalasan
78 Identitas
79 Berita
80 Berita 2
81 Konferensi Pers
82 Konferensi Pers 2
83 Perjalanan Jauh
84 Bertemu
85 Aktifitas Di Desa
86 Aktifitas Di Desa 2
87 Keputusan
88 Kembali Ke Kota
89 Akhir
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog
2
Awal
3
Diterima Kerja
4
Kembali ke Indonesia
5
Kecewa
6
Bingung
7
Bertemu Lagi
8
Si Mulut Pedas
9
Aktifitas
10
Taman
11
Sendu
12
Tikus Kecil Licik
13
Buntu
14
Kejadian
15
Kejadian 2
16
Rumah Sakit
17
Rumah Sakit 2
18
Rumah Elli
19
Rumah Elli 2
20
Masalah
21
Masalah Atau Berkah?
22
Pernikahan
23
Naga
24
Keseruan Pagi Hari
25
Joko Tingkir
26
Drama
27
Balasan
28
Fakta
29
Penenang
30
Berkas
31
Terdesak
32
Pemandangan
33
Kesal
34
Rapat
35
Rapat 2
36
Berita
37
Janji
38
Terapi
39
Ronald Adipati Niclow
40
Alika Diandra Serant
41
Kambuh
42
Masa Lalu
43
Kemarahan Elli
44
Bertemu Paman
45
Khawatir
46
Kedatangan Kakek
47
Elli vs Bunda Nessa
48
Bingung
49
Rahasia Besar
50
Rahasia Besar 2
51
Reno Adrian Serant
52
Keputusan Reno
53
Tidur Bersama
54
Perkara Susu
55
Ungkapan Cinta
56
Alika Sembuh
57
Alika Sembuh 2
58
Kembalinya Reno
59
Akhir Bunda Nessa
60
Akhir Bunda Nessa 2
61
Keanehan Mansion
62
Mendoan
63
Menghabisi
64
Akhir Seno
65
Akhir Seno 2
66
Perombakan
67
Perombakan 2
68
First
69
First 2 (Warning)
70
Saling Memaafkan
71
Kebahagiaan
72
Bertemu Kakek
73
Sandiwara
74
Perlawanan
75
Menyadarkan
76
Rumah Sakit
77
Pembalasan
78
Identitas
79
Berita
80
Berita 2
81
Konferensi Pers
82
Konferensi Pers 2
83
Perjalanan Jauh
84
Bertemu
85
Aktifitas Di Desa
86
Aktifitas Di Desa 2
87
Keputusan
88
Kembali Ke Kota
89
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!