Dua orang laki-laki tampan kini tengah berjalan di tengah-tengah kepadatan Bandara di Indonesia dengan dijaga oleh beberapa bodyguard terbaiknya. Banyak sekali yang memandang kagum ketampanan mereka berdua hingga tak jarang ada beberapa gadis yang mencoba menggoda mereka dengan mendekat ke arah dua laki-laki itu. Namun penjagaan yang sangat ketat membuat mereka akhirnya menyerah dan hanya bisa memandang kedua lelaki tampan itu dari jauh. Mereka sebenarnya heran dan penasaran karena tak tahu siapa kedua laki-laki itu hingga dijaga ketat oleh orang-orang berbadan besar. Kalau orang penting dan pebinis terkenal pastinya sering muncul di majalah bisnis dan media massa atau elektronik, namun ini wajahnya sama sekali tidak familiar. Kedua laki-laki tampan yang tengah jadi perbincangan itu tak lain adalah Edward dan Reno yang baru saja pulang dari luar negeri setelah satu bulan mengurus kerjasama disana.
"Kita langsung pulang ke mansion atau ke kantor dulu, tuan?" tanya Reno dengan profesional.
Walaupun mereka merupakan saudara sepupu, namun jika masih dalam ruang lingkup pekerjaan dan jam kerja tetap saja Reno akan memanggil Edward dengan sebutan "tuan" demi profesionalitasnya dalam bekerja.
"Langsung pulang saja, Ren" ucap Edward dengan singkat dan diangguki oleh Reno.
Reno segera saja mengambil alih kemudi dari sopir yang mengantarkan mobil milik Edward, sedang sang sopir segera saja ikut masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh bodyguard Edward. Kenapa bukan sang sopir yang mengemudikan mobil itu? Ini adalah keinginan Edward Karena sejak kejadian dulu, Edward tidak bisa mempercayai siapapun di ruang lingkup keluarga dan pekerjanya kecuali Reno yang sampai saat ini masih setia mendampinginya.
Di dalam perjalanan, suasana di dalam mobil begitu hening. Reno yang fokus dengan kemudinya dan Edward dengan pikiran-pikirannya.
"Apa kabarmu sekarang, tikus kecil? Aku sungguh merindukan segala tingkah ajaibmu" batin Edward sembari tersenyum tipis saat menerawang kejadian satu bulan yang lalu di taman.
Reno yang tak sengaja melihat dari kaca mobil bahwa Edward sedang tersenyum walaupun sangat tipis pun seketika saja terkejut. Pasalnya selama bersamanya, sejak kejadian dulu membuat Edward tak pernah menampilkan sebuah senyuman walaupun itu senyuman tipis sekalipun. Hatinya seolah beku, apalagi beban yang kini ada di pundaknya membuat semua pikirannya benar-benar terkuras.
"Semoga kau segera bisa menemukan sesuatu yang bisa membuatmu bahagia, Ed" batin Reno berharap yang terbaik untuk kebahagiaan saudaranya itu.
Setelah satu jam di dalam perjalanan, akhirnya mobil milik Edward dan para bodyguardnya memasuki halaman mansion. Keduanya segera saja memasuki mansion dengan langkah tegapnya, bahkan aura dingin begitu saja keluar dari Edward setelah ia memasuki pintu utama mansion.
Brukkk... Brukkk...
"Dasar tidak berguna, hanya menyusahkan aku saja. Lebih baik kalian enyah dari hidupku"
"Jangan sakiti anakku, pukul saja aku"
"Kalau saja tak ada Edward, sudah pasti kalian akan ku habisi. Bersyukurlah karena anakku yang sempurna itu masih mau mengurus dan menampung kalian disini"
"Huuuuaaaaa sakit... Sakit..."
Bugh... Plakkk... Bugh...
Bunyi pukulan, tamparan, dan suara bentakan memenuhi sebuah ruangan di lantai 2. Bahkan suaranya benar-benar menggema sampai terdengar ke lantai 1 karena saking kerasnya. Tak ada yang berani mendekat ke arah ruangan itu karena takut akan terkena imbasnya, apalagi mengingat bahwa yang akan membantu mereka sedang tidak ada di mansion. Para pekerja hanya bisa berkumpul di lantai 1 bawah tangga dengan mimik wajah yang ketakutan dan khawatir. Mau bagaimanapun mereka dalah manusia yang berperasaan, jika ada oranglain yang terluka maka mereka juga tidak akan tega. Namun mereka juga tak punya kekuasaan untuk melawan majikannya itu.
Edward dan Reno yang mendengar suara keras itu segera saja berlari dengan tergesa-gesa. Sungguh saat ini perasaan Edward sangat tidak tenang. Bunyi suara sepatu yang bertautan menggema di dekat pintu mansion utama, membuat semua pekerja segera mengalihkan pandangannya ke arah suara.
"Tuan Edward, tuan Reno" seru para pekerja mansion dengan tatapan mata yang lega dan berbinar-binar seakan malaikat penyelamat mereka telah datang saat melihat kedua tuannya yang memang mereka nantikan.
"Apa yang terjadi? Kenapa kalian semua berkumpul disini?" heran Reno yang melihat semua pekerjanya tidak melakukan tugasnya malah berkumpul di dekat tangga.
"Nona Alika dan tuan besar dipukuli nyonya besar, tuan" lapor salah satu maid dengan nada ketakutan.
"Apa?" seru Edward dan Reno dengan tatapan tak percaya.
Pasalnya selama ini walaupun sang nyonya besar tak menyukai adik Edward yang bernama Alika dan tuan besar atau Papa William, ia tak pernah sampai melakukan kekerasan fisik dan hanya melemparkan kalimat-kalimat tajamnya saja. Edward dan Reno yang mendengar hal itu segera saja berlari menuju kamar milik Alika dan sang tuan besar mengingat suara teriakan kesakitan dari sang tuan besar semakin terdengar jelas.
Brakkk...
Edward yang sudah sampai terlebih dahulu pun segera saja membuka pintu kamar itu dengan sangat keras membuat semuanya mengalihkan tatapan ke arah pintu yang terbuka lebar.
"Apa yang anda lakukan pada papa dan adik saya?" seru Edward dengan mata yang memerah karena emosi dan memanas melihat keadaan papa dan adiknya yang jauh dari kata baik-baik saja.
Bagaimana bisa dikatakan baik-baik saja jika kini mereka berdua tengah terduduk di lantai, dengan sang papa yang memeluk adik perempuannya dari belakang. Papanya dengan pipi yang lebam dan memerah bekas tamparan, bahkan sudut bibirnya terdapat aliran darah. Tangan dan kakinya pun memerah dan lebam-lebam, hal itu membuat Edward yakin bahwa papanya itu sudah di pukuli sejak beberapa hari yang lalu.
Tak berbeda dengan keadaan adiknya, Alika sepertinya lebih beruntung karena hanya pipinya saja yang memerah dan lebam. Tangan dan kakinya aman karena sepertinya papanya selalu menjadi tameng untuk Alika. Alika menangis sesenggukan sambil terus merintih kesakitan.
Saat ini Edward hanya merawat papanya dan Alika di mansion karena alasan keamanan dari musuh yang masih berkeliaran di luar sana. Namun semua fasilitas berupa dokter pribadi, perawat hingga berbagai peralatan medis untuk menunjang kesembuhan keduanya sudah tersedia di mansion.
Beberapa tahun yang lalu terjadi kejadian besar yang menimpa keluarga kecil William membuat sang tuan besar yang tak lain adalah Papa Edward, William Adiguna Serant lumpuh kakinya dan sang anak perempuan satu-satunya, Alika Diandra Serant mengalami depresi. Semenjak saat itu pula kehidupan Edward penuh dengan kebencian dan rasa dendam yang menggerogoti hatinya membuatnya bertindak bengis pada semua orang kecuali pada papanya, Reno, dan Alika. Bahkan Edward saat ini sudah tak mempercayai lagi orang-orang yang berada dalam lingkungan keluarganya kecuali tiga orang itu.
Sungguh sekarang bagi Edward adalah menanamkan kalimat "Hati-hatilah dengan orang terdekatmu karena bisa saja musuhmu yang sebenarnya adalah orang terdekatmu".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
jangan2 sahabat papa nya elli itu papa nya edward
2024-03-14
0