Edward, Papa William, dan Alika kini sudah berjalan di dekat lobby rumah sakit dengan Reno yang menjemput ketiganya. Reno segera saja mengambil alih untuk mendorong kursi roda milik Papa William, sedangkan Edward kembali menggendong Alika ala koala. Sesampainya di ruangan Profesor Andi, mereka segera saja duduk di hadapannya untuk mendengarkan hasil pemeriksaan kesehatan Papa William dan Alika. Disana tidak hanya ada Profesor Andi saja, melainkan ada Profesor Rini yang akan membacakan hasil permeriksaan kesehatan mental Papa William dan Alika.
"Silahkan, prof" ucap Reno mempersilahkan setelah semuanya sudah siap untuk mendengarkan.
"Hmm... Baiklah, disini saya akan membacakan hasil pemeriksaan kesehatan Tuan William Adiguna terlebih dahulu. Setelah dilakukan pemeriksaan beberapa jam yang lalu, dapat disimpulkan bahwa kondisi dari organ dalam pasien baik-baik saja dan bisa dikatakan sehat. Dari organ jantung, ginjal, hati, dan paru-paru semua dalam kondisi sehat. Namun untuk lambung, kita perlu memberikan perhatian lebih karena ada luka di lambung yang cukup besar. Ini mungkin disebabkan karena tidak makan secara teratur, makan makanan yang asam dan pedas secara berlebihan, dan stress yang berlebihan" ucap Profesor Andi dengan jelas.
Edward dan Reno sengaja tak menggunakan dan mengisi identitas lengkap Papa William dan Alika karena takut akan ada musuh dibalik selimut yang mengetahui kondisi dari pemilik utama Perusahaan Serant Group. Bahkan identitas Reno yang merupakan salah satu anggota keluarga Serant pun tidak diketahui publik, mereka hanya mengetahui bahwa Reno adalah asisten kepercayaan Serant Group.
"Untuk kondisi kakinya, saya merasa ada sedikit keanehan disini. Seperti yang tuan Reno jelaskan tadi bahwa pasien didiagnosis lumpuh permanen 5 tahun yang lalu bukan? Namun saya merasa bahwa kelumpuhan kaki Tuan William ini sebenarnya tidak permanen dan masih bisa disembuhkan jika meminum obat dan terapi dengan teratur. Saya juga menemukan keanehan lain di dalam tubuh pasien dan ini sangat mempengaruhi kondisi kelumpuhan kakinya. Di dalam tubuh pasien, saya menemukan bahwa pasien mengonsumsi obat pembunuh syaraf yang ini jika di minum dalam jangka panjang dapat merusak syaraf pada semua organ tubuhnya terutama pada kaki yang mengalami kelumpuhan dan obat ini bisa menurunkan kinerja otak" lanjutnya.
Saat mendengar ucapan Profesor Andi seketika saja Edward dan Reno merasa emosi. Kalau memang benar obat yang selama ini dikonsumsi Papa William adalah obat perusak syaraf berarti dokter dan perawat yang ada di mansion harus bertanggungjawab mengenai hal ini. Edward dan Reno akan segera mencari tahu siapa yang menyuruh mereka memberikan obat itu dan akan segera memusnahkannya.
Bukan hanya Edward dan Reno saja yang kaget mendengar hal itu, Papa William pun juga tak kalah kagetnya. Pantas saja selama ini ia merasakan bahwa setelah meminum obat itu, kakinya merasa sangat sulit diangkat bahkan tangannya terkadang sangat lemah jika memegang sesuatu dan akhirnya membuat barang yang dipegangnya langsung jatuh. Ia juga merasa semakin lama semakin lambat merespons pembicaraan seseorang dan lambat dalam berpikir. Namun ia berpikir bahwa itu mungkin efek dari ia yang sering dipukuli istrinya dengan benda keras dan juga efek umur.
"Saya akan membawa sample obat yang diminum oleh papa saya kemari. Saya ingin anda mengecek dan menganalisa obat itu dan laporkanlah pada Reno" ucap Edward dengan nada datarnya membuat Profesor Andi mau tak mau menganggukkan kepalanya karena takut dengan aura mencekam yang dikeluarkan oleh Edward.
"Baik tuan" ucap Profesor Andi dengan patuh.
"Lalu bagaimana dengan kondisi kesehatan adik saya?" tanya Reno.
"Untuk nona Alika, secara keseluruhan organ dalamnya berfungsi dengan baik dan sehat. Hanya saja fungsi kinerja otaknya yang memang melambat akibat obat yang dikonsumsi olehnya. Jadi saya meminta untuk sekalian membawa obat nona Alika kemari agar kami bisa memeriksanya di laboratorium" ucap Profesor Andi dan diangguki paham oleh Edward.
"Silahkan Profesor Rini, sekarang giliran anda untuk menjelaskan tentang kesehatan mental dari pasien" lanjutnya dengan mempersilahkan rekannya.
"Baik saya akan menjelaskan semua hasil pemeriksaan hari ini. Untuk pasien atas nama tuan William, saya tak menemukan adanya gejala depresi atau gangguan mental lainnya. Namun saya hanya memberikan saran agar tuan William tidak memikirkan hal-hal yang membuat anda tertekan supaya emosi anda tetap stabil" ucap Profesor Rini.
"Untuk nona Alika... Hmm" Profesor Rini terdiam sejenak sembari menghela nafasnya pelan sebelum menjelaskan.
"Nona Alika terlalu banyak meminum obat penenang dengan dosis yang sangat tinggi bahkan terlalu berlebihan. Saya rasa pemberian obat ini diberikan saat pasien sedang kambuh penyakitnya. Namun perlu ditekankan sekali lagi bahwa pemberian obat yang berlebihan ini bisa memperlambat kinerja otaknya. Untuk tingkat depresi pasien sebenarnya masih dalam tahap sedang dan masih ada kemungkinan bisa sembuh jika ditangani dengan terapi yang benar. Sedangkan untuk trauma yang dimiliki juga masih bisa disembuhkan. Mulai saat ini yang bisa dilakukan untuk penyembuhan pasien adalah menghindarkan pasien dari sesuatu yang membuatnya tertekan, suasana lingkungan yang baru dan mendukung, serta jangan pernah mengkonsumsi obat-obat penenang lagi" ucap Profesor Rini dengan beberapa saran yang diberikan.
Edward sampai tak habis pikir dengan dokter dan perawat yang merawat Alika, mereka memberikan obat-obatan yang berlebihan yang bahkan bisa merusak tubuh adiknya. Bahkan ibunya yang notabene ia suruh untuk menjaga Alika malah dengan seenaknya membiarkan saja dokter dan perawat itu memberikan obat-obatan yang tak sesuai aturan.
"Baik terimakasih dok atas penjelasannya. Untuk pengobatan selanjutnya yang akan dilakukan untuk paman dan adik saya, kami akan mendiskusikan dulu dengan keluarga. Besok pagi juga saya akan kemari untuk membawa sample obat yang dikonsumsi oleh paman dan adik saya selama ini" ucap Reno dengan tegas saat melihat Edward hanya terdiam dengan rasa emosinya.
"Baik, tuan. Kami tunggu kabar dari tuan untuk proses selanjutnya" ucap Profesor Andi yang kemudian berdiri sambil menundukkan kepalanya hormat diikuti oleh Profesor Rini.
"Terimakasih" ucap Reno yang ikut berdiri dengan membalas menundukkan kepalanya sopan.
Edward, Reno, Papa William, dan Alika keluar dari ruangan itu dan segera saja berjalan untuk keluar dari rumah sakit. Reno mengambil mobilnya kemudian membantu pamannya masuk ke dalam mobil, begitupun Edward yang masuk ke dalam mobil dengan Alika yang ada di gendongannya.
"Kita akan kemana ini, Ed? Kita harus mencari tempat yang jauh dari jangkauan orang-orang ibumu" tanya Reno sambil melihat ke arah Edward melalui kaca spion atas mobil.
"Ke rumah Elli" ucap Edward dengan santai sambil mengelus rambut adiknya dengan lembut.
"Ha?" kaget Reno sampai tak bisa berkata-kata lagi.
"Kau yakin?" tanyanya.
"Ya" ucap Edward dengan tegas.
Akhirnya Reno hanya pasrah saja dengan apa yang diucapkan oleh Edward, toh ia yakin kalau apa yang dilakukan oleh Edward pastilah sudah dipikirkan dengan baik. Reno pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang melewati macetnya jalanan kota karena bersamaan dengan orang yang pulang dari bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
dengan minta bantuan elli itu adalah jalan ternaknya. terkadang justru orang terdekatlah yang bisa menghancurkan kita.
2024-03-15
0