Elli kini berada di dalam taksi yang membawanya ke tempat tinggalnya saat masih kecil. Ia begitu menikmati perjalanan dengan melihat suasana kota kelahirannya yang begitu banyak berubah setelah ia tinggalkan selama hampir 5 tahun. Banyaknya gedung-gedung tinggi yang dibangun padahal dulunya area tempat tinggalnya masih dikelilingi taman-taman kota yang indah dengan banyaknya pepohonan.
"Sudah banyak perubahan disini, semoga semuanya berubah menjadi lebih indah dan baik" gumam Elli pelan.
"Sudah sampai, nona" ucap sopir taksi itu yang membuat lamunan Elli seketika buyar.
"Ah iya, makasih pak. Ini untuk pembayarannya" ucap Elli setelah tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah sekitar bahwa ia memang telah sampai di depan area perumahan rumahnya.
Setelah di bantu sopir taksi untuk menurunkan koper dan membayar tarif perjalanan, Elli segera berjalan masuk ke area perumahan tempat tinggalnya. Tak perlu waktu lama untuk berjalan kaki, ia sudah sampai di depan rumah mewah lantai 2 yang dulu sempat ia tinggali. Elli segera membuka gerbang rumah itu karena melihat satpam yang berjaga tidak ada di tempatnya. Elli masuk dengan melihat sekitar halaman rumahnya yang nampak masih seperti dulu dengan banyaknya tanaman bunga yang tumbuh subur.
"Bi Rere..." panggil Elli saat melihat orang yang dikenalnya sedang berjalan keluar dari rumah dengan membawa bungkusan sampah.
"Non Elli" seru seseorang yang dipanggil Bibi Rere oleh Elli dengan antusiasnya berlari dan memeluk Elli dengan erat, bahkan sampai membuang sembarang plastik sampah yang ia bawa.
"Ya Allah non, bibi kangen sama non. Kenapa lama sekali perginya" ucap Bibi Rere dengan mata berkaca-kaca setelah melepas pelukannya.
"Hehehe kan biar sukses di negara orang bi, makanya disana harus rajin sekolah dan nggak bisa pergi-pergi juga karena harus tinggal di asrama" ucap Elli berbohong sambil tersenyum miris.
"MasyaAllah... Semoga semua cita-citanya segera tercapai ya, non" harap Bibi Rere dan dijawab anggukan oleh Elli.
"Ayo masuk, non. Nyonya dan tuan ada didalam sedang bersantai di ruang tv" ajak Bibi Rere pada Elli.
Seketika ucapan dari Bibi Rere itu membuat sedikit hati Elli tersentil. Elli tak menyangka ketika dia di luar negeri berusaha bekerja keras demi membeli makan dan biaya sekolah, kedua orangtuanya masih bisa bersantai bahkan tidak memberi kabar padanya. Elli kira orangtuanya sibuk sampai tak bisa memberi kabar padanya, namun dugaannya ternyata salah.
"Bolehkah kali ini aku egois untuk marah pada mereka?" batin Elli yang kini malah melamun.
"Non... Non Elli" panggil Bibi Rere dengan menepuk pundak Elli berulang kali.
"Eh iya bi, maaf ayo kita masuk" ajak Elli mengalihkan perhatian Bibi Rere yang terlihat bingung dengan tingkahnya.
Elli pun segera menarik tangan Bibi Rere untuk masuk ke dalam rumah itu sambil membawa kopernya.
"Assalamu'alaikum" salam Elli saat melihat kedua orangtuanya yang duduk membelakangi dirinya.
"Wa'alaikum... salam" jawaban salam dengan nada terbata-bata dijawab oleh kedua orangtua Elli saat melihat ke arah belakang dan melihat siapa yang mengucapkan salam itu.
Kedua orangtua Elli membelalak kaget melihat anak bungsunya yang selama ini tak mereka pedulikan kembali ke rumah mereka. Saking kagetnya, keduanya sampai berdiri dengan wajah terkejut. Bibi Rere yang masih ada disana pun seketika pergi dari ruangan itu saat melihat ekspresi dari majikannya yang seperti shock.
"Mama... Papa..." panggil Elli lirih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ngapain kamu disini? Kamu disekolahin keluar negeri bukannya sekolah malah balik kesini" seru Mama Elli dengan nada ketus setelah hilang dari rasa terkejutnya, karena setahunya Elli saat ini sedang menempuh pendidikan kuliah.
Sontak saja ucapan dari mamanya itu membuat hati Elli kecewa dan tercabik-cabik. Bukannya sambutan dan pelukan hangat yang ia dapat, tetapi malah sambutan berupa ucapan ketus dari orangtuanya.
"Lebih baik kamu kembali keluar negeri, jangan malah keluyuran disini. Kuliah yang benar disana karena dsini kamu cuma bisa ngrepotin kami saja" seru Papa Elli yang terlihat sangat marah.
"Bagaimana aku bisa kuliah kalau mama dan papa saja semenjak aku memasuki SMA disana tak pernah membiayai biaya pendidikanku?" seru Elli meluapkan amarahnya.
"Apa salah Elli sama kalian ma, pa? Apa salah Elli? Sejak kepergian Elli kesana bahkan mama dan papa tak pernah menghubungiku dan membiayai kebutuhanku. Bahkan aku harus bekerja keras demi tetap melanjutkan sekolah dan biaya makan sehari-hari" lanjutnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa alasan kalian berbuat seperti ini sama anak kandung kalian sendiri? Coba jelaskan alasannya pa, ma" lanjutnya dengan tatapan memohon.
Kedua orangtua Elli yang mendengar segala unek-unek Elli hanya diam dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tak menatap anak bungsunya yang menatap mereka dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ayo coba jelaskan ma, pa sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian? Jika memang kalian ingin membuangku, bilang sekarang bilang" seru Elli dengan nada yang tinggi karena sedari tadi tak mendengar jawaban dari kedua orangtuanya.
"Cukup Elli. Ya benar kami memang sengaja mengirim kamu ke luar negeri untuk membuangmu. Puas kamu sekarang? Lalu setelah mendengar jawaban dari kami, apa yang akan kamu lakukan disini? Tidak ada kan? Lebih baik kamu segera pergi dari sini dan jangan tunjukkan wajahmu di depan kami" seru Mama Elli dengan nada yang tinggi juga.
Elli yang mendengar hal itu sontak saja menangis tersedu-sedu, ia tak mengira bahwa ibu kandungnya bisa mengucapkan kalimat-kalimat yang bisa menyakiti dirinya. Hampir 16 tahun ia hidup dengan mereka, dengan kasih sayang berlimpah namun pada kenyataannya dia dibuang begitu saja.
"Sudah sana pergi, ganggu kami saja. Kamu itu udah dewasa, udah bisa cari uang sendiri jadi pasti juga sudah bisa membiayai hidup dan kuliahmu dengan kerja kerasmu sendiri. Jangan manja" ucap Papa Elli acuh tak acuh.
"Baiklah, Elli akan pergi. Terimakasih untuk kasih sayangnya selama 16 tahun kemarin. Terimakasih juga atas semua yang telah kalian berikan padaku, aku berjanji takkan menampakkan wajahku di depan kalian lagi. Jika kalian bertemu atau berpapasan denganku, anggaplah kita tak saling mengenal" uacp Elli sambil menghapus kasar air mata yang menetes di pipinya.
Tanpa kata lagi setelah mengucapkan kalimat itu, Elli segera berbalik badan dan berjalan menuju pintu keluar rumah dengan menahan tangisnya. Ia melangkah gontai dengan sesekali mengusap kasar air mata yang jatuh dipipinya dengan tangannya.
***
Setelah melihat kepergian Elli dari dalam rumah, kedua orangtua Elli mengintip dari balik tirai jendela rumah untuk melihat sosok anak bungsunya itu. Orangtua Elli seketika terdiam dengan mata yang menyorot sendu kepergian anaknya bungsunya itu.
"Apa cara kita ini salah, pa?" tanya Mama Elli dengan mata yang berkaca-kaca.
"Papa juga nggak tahu, ma. Tapi yang harus perlu kita tekankan disini adalah kita melakukan semua ini untuk kebaikan dan keselamatan Elli walaupun dengan resiko Elli akan membenci kita" ucap Papa Elli dengan tersenyum miris kemudian menarik istrinya masuk ke dalam pelukannya.
"Percayalah nak, kami sangat-sangat menyayangimu. Kami melakukan ini semua demi keselamatanmu" batin Papa Elli yang kemudian berlalu masuk ke dalam kamar bersama istrinya.
****
Jahat banget nih papa dan mamanya Elli...
Next?....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
ada apa ini sebenarnya.....
2024-03-14
0
Tatik Wae
tdk hanya anak yg durhaka pada ortu
.. ortu pun bisa durhaka pada anak.
mendzolimi anak dosa besar apapun alasannya.. huh dunia halu emang mbohhh...
2024-02-14
0
cahaya
taikkkk...walau apa pun alasannya... kalian sudah berbuat dosa ... mentang² status ibu bapa itu tinggi derajatnya...sesuka kalian berbuat anak kalian seperti itu.... sakit hati aku.
2023-08-12
0