Setelah pulang dari tempat kerjanya, Elli tak langsung menuju ke rumahnya tetapi mampir dulu ke taman kota yang berada tak jauh dari rumahnya. Awalnya ia akan membeli bahan makanan untuk mengisi kulkas dirumahnya dan buku untuk ia baca di waktu senggangnya nanti, tetapi entah kenapa ada magnet yang membuatnya tertarik untuk mengunjungi taman kota. Setelah turun dari bus dan berjalan ke arah taman yang tak jauh dari halte, Elli memandang sekitar suasana sore hari di taman itu. Bener-benar ramai taman di sore hari itu, banyaknya anak kecil bersama keluarganya membuat suasana terlihat begitu hangat. Elli pun akhirnya melihat sekeliling untuk mencari tempat duduk.
Saat melihat ada tempat duduk yang kosong, ia segera berjalan menuju kursi itu agar tak ada yang mendudukinya lagi. Tempat duduk yang nyaman karena berada dibawah pohon yang rindang, dengan suasana sekitar yang sedikit sepi karena jauh dari area bermain anak-anak. Elli duduk disana sambil menyandarkan tubuhnya dikursi dan memejamkan matanya untuk menikmati udara sore.
"Kapan lagi aku bisa menikmati suasana sore hari seperti ini? Dulu saat aku di New York, aku bahkan tak sempat untuk menikmati hidup seperti ini. Ruang lingkupku hanya sekolah dan kerja. Setelah lulus sekolah, hanya kerja dan kerja juga. Hmm... benar-benar monoton" gumam Elli dengan masih memejamkan matanya.
"Terimakasih Tuhan, masih memberikanku kesempatan untuk menikmati udara di negara kelahiranku Indonesia walaupun dengan suasana yang berbeda" lanjutnya.
Elli seketika saja terkaget setelah merasa kalau disampingnya ada orang yang menduduki kursi yang sama dengan yang ditempatinya. Ia segera membuka kedua matanya dan melihat siapa orang yang dengan beraninya duduk disebelahnya itu.
"Tuan Babi" seru Elli dengan ceplosannya dan seketika ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya setelah tersadar atas apa yang baru saja diucapkan.
"Astaga kenapa aku bisa keceplosan dengan menyebutnya tuan babi? Kenapa ceroboh sekali sih? Dasar kau Elli, bisa-bisa kau dipecat kalau dia tersinggung" batin Elli panik.
Mendengar ucapan Elli dengan memanggilnya dengan panggilan seperti itu membuat tatapan seseorang yang dipanggil Tuan Babi yang tak lain adalah Edward menjadi tajam dan dingin. Elli yang mendapat tatapan seperti itu dari Edward seketika saja menundukkan kepalanya karena takut.
"Maaf tuan CEO, mulut Elli kadang suka nggak bisa disaring kalau lagi refleks terkejut" ucap Elli dengan pelan.
"Tidak ada kata maaf untuk seseorang yang memanggilku dengan sembarangan" ucap Edward dengan berbisik menggunakan suara parau dan seksinya membuat Elli seketika merinding.
"Maaf tuan CEO, kan Elli nggak sengaja. Maaf ya, jangan pecat Elli. Nanti kalau Elli dipecat, Elli nggak bisa makan. Kalau Elli nggak makan nanti Elli pingsan lalu koid" cerocos Elli dengan mengangkat kepalanya dan mata yang menatap memohon pada Edward.
"Saya tidak akan memaafkanmu, kecuali...." Edwad menjeda ucapannya untuk melihat ekspresi Elli yang sangat menggemaskan jika sedang penasaran.
"Kecuali...." Elli melanjutkan ucapan Edward seakan menuntut Edward untuk segera melanjutkan ucapannya.
"Kecuali kamu panggil aku dengan Tuan Baby" bisik Edward dengan suara rendahnya tepat ditelinga Elli membuat bulu kuduk Elli seketika merinding.
"Dih... Ogah, kasihan bayinya disamain kaya tuan babi. Bayi kan masih polos dan imut, kalau tuan kan amit-amit" ceplos Elli setelah sadar dari rasa merindingnya saat mendengar ucapan dari Edward.
"Apa kamu bilang? Kamu ya, belum saya maafkan mengenai panggilan yang tadi sekarang malah ngomong kaya gitu" seru Edward yang tak terima dengan ucapan Elli.
"Dih bapak, jangan marah-marah mulu napa? Mukanya nyeremin tau, nanti kalau marah-marah terus bisa cepet tua dan keriput lho" seru Elli yang mencoba menahan rasa takutnya dengan bersikap santai.
"Kamu ya..." Muka Edward sudah memerah menahan kesalnya ketika beradu mulut dengan Elli membuat Elli seketika langsung berlari kabur saat melihat wajah emosi Edward.
"Kabur..." seru Elli yang tiba-tiba berdiri dan berlari terbirit-birit menjauh dari Edward.
Tak tinggal diam, Edward menyusul dengan mengejar Elli yang perlahan sudah menjauh. Mereka pun akhirnya kejar-kejaran di taman yang masih penuh dengan anak-anak dan orangtua itu. Bahkan dengan lihainya, Elli berkilah dari tangkapan Edward karena badannya yang mungil membuatnya dengan mudah mengecoh Edward.
"Kejar sini wleeee... Coba sini kalau bisa tangkap aku dong, masa sama perempuan gini kalah gesit" tantang Elli sambil terus berlari menghindari tangkapan Edward.
"Awas ya kamu kalau ketangkap, akan ku buang kau ke selokan. Biar tau rasa" ucap Edward yang sudah kesal karena ditantang dan dipermainkan oleh Elli.
"Astaga... Ini kenapa bos jadi kaya anak kecil seperti ini. Seperti menonton adegan film India. Astaga, sepertinya dunia sebentar lagi kebalik" ucap seseorang yang sedari tadi menatap interaksi keduanya dari jauh yang tak lain adalah asisten Edward yaitu Reno dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Tak butuh waktu lama untuk Edward menangkap Elli, walaupun tadi sempat terkecoh dengan gesitnya Elli menghindar namun tetap saja dengan kekuatan tangan dan kaki yang panjang membuatnya bisa segera menangkap Elli lewat kerah bajunya yang ia tarik dari belakang.
"Nah ketangkap kan? Makanya jangan suka nantangin saya" ucap Edward dengan menarik Elli melalui kerah bajunya dan akan membawanya ke kursi yang tadi mereka tempati.
"Jangan gini dong... Huaaaa tolong, penculik" seru Elli yang kemudian mulutnya dibekap oleh tangan besar Edward.
"Jangan berisik, nanti dikira beneran aku mau nyulik kamu terus saya dipukuli warga. Mau saya dipukuli warga disini? Mau lihat muka ganteng saya lebam-lebam karena dipukuli? Iya?" tanya Edward sambil masih membekap mulut Elli dan dijawab anggukan kepala oleh Elli.
Melihat respons Elli yang mengangguk, membuat Edward seketika kesal dan melepaskan bekapan tangannya pada mulut Elli.
"Menyebalkan" ucap Edward dengan muka datarnya.
"Ya gimana ya, kan bapak bekap mulut saya jadi otomatis saya hanya bisa menjawab dengan geleng kepala atau mengangguk saja. Tapi sih pak, saya penasaran lho dengan muka bapak kalau ada lebam-lebamnya itu gimana. Apa masih ganteng? Atau tambah jelek?" ucap Elli dengan membayangkan wajah Edward yang lebam-lebam.
"Tidak usah kau bayangkan, itu takkan pernah terjadi" ucap Edward dengan menyentil dahi Elli membuatnya mengaduh kesakitan.
"Kasar ihhhh" ucap Elli dengan mencebikkan bibirnya kesal sambil mengusap dahinya yang terlihat memerah karena sentilan dari Edward.
"Minta maaf nggak" pinta Elli dengan wajah galaknya yang malah terlihat menggemaskan di mata Edward.
"Nggak" jawab Edward dengan acuh tak acuh.
"Ihh nyebelin" gerutu Elli yang kemudian dia mempunyai ide untuk mengembalikan moodnya yang sudah hancur.
Tanpa aba-aba, Elli segera saja menarik tangan Edward untuk menuju ke arah jajanan pedagang kaki lima. Namun tiba-tiba saja, Elli seketika berhenti berjalan membuat Edward terkejut dan menabrak tubuh Elli tapi untung saja Edward bisa menyeimbangkan badannya hingga ia tak terjatuh.
"Kenapa kau tiba-tiba berhenti? Kalau kau jatuh dan saya menimpa tubuhmu kan tubuhmu bisa remuk" tanya Edward dengan nada datarnya.
Edward yang tak mendengar jawaban dari Elli pun seketika melihat ke arah Elli yang saat ini tengah melamun dan tatapan matanya terlihat kosong. Seketika ia segera melihat ke arah yang dilihat oleh Elli dan Edward mengerti mengapa Elli sampai menjadi seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Suci Imas Sadah
eili g bs bedain sopan sama bcandaan y..gmn jgkan itu atasan dan lbh tua dr dia,,smga bs lbh dpt camistry mrka brdua y..semangat berkarya thor🙂
2024-02-24
1
your wife( ̄3 ̄)
lanjut
2022-12-23
0