"Aku harus kemana ini? Aku harus cari kontrakan atau kos yang murah di dekat sini" gumam Elli bertanya pada dirinya sendiri sembari menarik koper besarnya keluar dari area perumahan tempat tinggal keluarganya.
"Kenapa mereka jahat banget sama Elli? Elli salah apa? Huh... Aku nggak boleh lemah kaya gini. Aku harus bisa membuktikan kalau aku bisa sukses tanpa uang dari mereka. Aku tidak manja" batin Elli memberikan motivasi dan semangat untuk dirinya sendiri.
"Non Elli" panggil seseorang dari arah belakang Elli saat ia tengah berjalan, yang tak lain adalah Bibi Rere yang kini nafasnya terengah-engah di depan Elli karena mengejarnya.
Saat tadi mendengar pertengkaran Elli dengan kedua orangtuanya, Bibi Rere segera saja masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil sesuatu. Saat kembali untuk menemui Elli, ternyata Elli sudah keluar dari rumah hingga Bibi Rere berinisiatif untuk mengejarnya.
"Lho bi Rere kenapa lari-lari kaya gitu?" tanya Elli yang kemudian berhenti berjalan dan melihat ke arah belakang.
"Non Eli mau kemana? Sekarang mau tinggal dimana?" tanya Bibi Rere yang tadi sekilas mendengar kalau Elli telah diusir oleh orangtuanya dan tanpa mrnjawab pertanyaan yang diajukan oleh Elli.
"Mau cari kontrakan bi" ucap Elli dengan ragu-ragu.
"Aduh non, ndak usah nyari kontrakan. Lebih baik tinggal di rumah bibi saja, toh disana nggak ada yang nempati. Mau ya non? Walaupun rumahnya kecil tapi bersih dan nyaman untuk ditinggali kok. Lingkungan disana juga aman, ada saudara bibi yang bisa jagain non Elli" saran Bibi Rere dengan membujuk Elli.
"Bibi khawatir kalau nggak tahu dimana tempat tinggal non Elli" lanjutnya dengan tatapan berharap.
Melihat tatapan memohon dan berharap dari Bibi Rere, seketika Elli merasa terharu karena merasa begitu disayangi oleh seseorang walaupun itu hanya seorang ART saja.
"Iya bi, Elli mau. Suatu saat nanti kalau Elli udah sukses dan punya rejeki cukup, Elli akan membayar uang sewa rumah ke Bi Rere" ucap Elli dengan mata berkaca-kaca kemudian memeluk Bibi Rere dengan eratnya.
"Tidak usah pikirkan itu dulu, non. Ayo ke rumah bibi, mumpung bibi tadi udah ijin pergi sama nyonya buat ke supermarket" ucap Bibi Rere kemudian melepaskan pelukannya dan diangguki oleh Elli.
Elli dan Bibi Rere akhirnya berjalan menuju ke rumah yang akan ditinggali oleh Elli. Rumah itu dekat dengan area perumahan keluarga Elli, hanya bedanya kalau rumah Elli berada di area perumahan sedangkan milik Bibi Rere ada di sebuah perkampungan samping perumahan. Bibi Rere membeli rumah itu dulu dengan mengumpulkan sebagian gaji dari bekerjanya sebagai ART dan akan ditempatinya kelak saat ia sudah pensiun.
Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah rumah yang sederhana namun asri karena banyaknya tumbuhan buah dan bunga yang ada di halaman.
"Ini rumah bibi, non" tunjuk Bibi Rere ke arah rumah untuk menunjukkannya kepada Elli.
"Wah... Disini udaranya enak sekali bi, banyak pohonnya. Elli pasti betah tinggal disini" ucap Elli dengan antusias sedangkan Bibi Rere hanya geleng-geleng kepala saja melihat keantusiasan Elli.
Mereka masuk ke dalam rumah dan membereskan beberapa barang bawaan Elli, setelah selesai barulah Bibi Rere kembali ke rumah orangtua Elli untuk bekerja.
"Non, tolong kotak ini nona simpan ya. Siapa tahu suatu saat nanti akan berguna untuk, non. Bukalah kotak ini setelah bibi pergi" ucap Bibi Rere sebelum meninggalkan Elli dan hanya diangguki oleh Elli.
"Selamat datang hari baru dan kehidupan baru" gumam Elli setelah mengantarkan kepergian Bibi Rere untuk pulang ke rumah keluarganya.
Bahkan Elli pun sampai lupa dengan kotak yang diberikan oleh Bibi Rere karena setelah Bibi Rere pergi, Elli membersihkan diri dan langsung istirahat.
***
Keesokan harinya, Elli akan memulai harinya dengan bekerja. Yap, hari ini adalah hari pertama dia bekerja di Perusahaan Serant Group. Walaupun perasaannya masih sendu, tapi dia tetap akan berusaha bersemangat demi profesionalitasnya dalam pekerjaan.
"Semangat Elli, jangan pantang menyerah. Orangtuamu boleh tak menganggapmu ada, tetapi di dunia ini kau harus bisa menunjukkan bahwa kau adalah orang yang layak diperhitungkan" seru Elli di rumah itu sembari menatap dirinya di depan cermin.
Elli bergegas berangkat kerja menggunakan angkutan umum yang memang selalu lewat di gang masuk perkampungan rumah yang ia tinggali. Banyak sekali ibu-ibu dan bapak-bapak yang berada di dalam angkutan umum itu dengan berdesakan, terlebih banyak yang hendak bekerja dan ke pasar namun itu tak membuat Elli merasa tidak nyaman bahkan ia menikmati semua yang ada di depannya kini.
Setelah 30 menit di dalam angkutan umum, Elli segera turun dan membayar tarif angkutan umum itu. Ia bergegas masuk ke dalam gedung perusahaan dengan menunjukkan sebuah pesan dari kepala Divisi HRD Serant Group cabang New York kepada resepsionis yang berjaga.
"Silahkan bisa langsung menemui kepala Divisi HRD di lantai 2" ucap resepsionis itu dengan ramah setelah melihat pesan yang ada di handphone milik Elli.
"Terimakasih" ucap Elli membalas dengan tersenyum manis.
Elli segera menuju ke lantai 2 untuk menemui Kepala Divisi HRD yang ada di Perusahaan Serant Group pusat.
"Permisi, saya Elliana Febria karyawan baru di divisi konsumsi yang dipindahkan dari Perusahaan Serant Group cabang New York. Apakah bisa saya bertemu dengan Kepala Divisi HRD disini?" ucap Elli setelah melihat ada seseorang yang keluar dari ruangan itu.
"Oh iya, saya sendiri nona. Kalau begitu langsung saja saya antar ke tempat kerja kamu karena saya sudah mendengar laporan secara langsung mengenai kamu dari Kepala Divisi HRD cabang New York. Perkenalkan nama saya Ibu Ega" ucap seseorang yang ternyata adalah Kepala Divisi HRD di perusahaan pusat.
"Baik bu" ucap Elli yang kemudian berjalan bersama dengan Ibu Ega sembari dijelaskan tentang seluk beluk dan berbagai tempat yang ada di Perusahaan Serant Group pusat.
Setelah dijelaskan semua oleh ibu Ega, Elli sekarang sudah berada di tempat yang akan menjadi ruang kerjanya. Disana juga sudah mulai ada beberapa karyawan yang datang dan menyambutnya dengan baik. Mereka membantu Elli untuk beradaptasi dan menjelaskan beberapa pekerjaan yang harus mereka kerjakan dengan pelan-pelan agar Elli paham.
"Cepat siapkan sarapan pagi untuk CEO kita" seru seseorang dibalik pesawat telfon kantor yang ada di tempatnya bekerja, yang tak lain adalah Reno, asisten CEO.
"Cepat, kita siapkan kopi dan sandwich untuk tuan" seru Kepala Divisi Konsumsi yang bernama Rumi.
Mendengar seruan itu tentu membuat semua segera sigap untuk menyiapkan pesanan dari sang CEO karena tak biasanya sang CEO datang ke perusahaan sepagi ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
semangat thorrrr kuh
2023-07-31
0
Mom Dian
Apa ya isinya jadi pengen tahu
2022-12-31
0