Elli kembali ke ruang tempat kerjanya dengan mata yang sedikit memerah karena saat tadi berada didalam lift, Elli menahan tangisnya agar tak tumpah. Ia pun tadi sempat mampir ke kamar mandi untuk membasuh mukanya.
"Jangan cengeng Elli, kan udah biasa kamu dibentak-bentak kaya gitu. Kamu juga sih berani-beraninya ngomong santai kaya gitu sama CEO sendiri. Sadar diri Elli, dia itu CEO yang harus kamu hormati. Kamu nggak boleh lancang kalau nggak ingin dipecat dari sini" gumam Elli memarahi dirinya sendiri didepan cermin kamar mandi tadi.
Setelah melihat keadaannya sudah lebih baik dan penampilannya juga tidak berantakan, Elli kembali ke tempat kerjanya. Sesampainya disana, seketika ia langsung dikerumuni oleh semua teman-teman kerjanya dan diberondong dengan berbagai pertanyaan apalagi melihat wajah dan mata Elli masih terlihat memerah.
"Elli, kamu baik-baik aja kan?"
"Kamu nggak diusirkan sama CEO kita?"
"Kamu nggak ngelakuin kesalahan sekecilpun kan?"
"Kamu nggak dimarah-marahin sama CEO kejam itu kan?"
"Kamu ketemu langsung nggak sama CEO kita?"
"Wajahnya ganteng atau burik? Perutnya sixpack atau buncit?"
"Elli ayo jawab dong, kita penasaran nih"
Berbagai pertanyaan seketika diajukan oleh mereka semua dimulai dari pertanyaan yang serius menanyakan keadaannya sampai pertanyaan aneh yang membuatnya menahan tawa.
"Hei... Gimana aku bisa menjawab semua pertanyaan kalian kalau kalian saja sedari tadi memberondongku dengan berbagai pertanyaan tanpa jeda?" tanya Elli dengan cemberut.
"Hehehe ya gimana lagi, kita kan penasaran. Makanya buruan cerita" ucap Sinta dengan cengengesan dan diangguki oleh semua teman-temannya.
"Aku baik-baik aja nih, masih utuh kan? Nggak ada yang hilang dari tubuhku. Tanganku masih lengkap, kaki juga, hidung juga, nih mata juga masih lengkap ada dua" ucap Elli dengan asal membuat semuanya memutar bola mata malas mendengar jawaban Elli.
"Yang bener deh kalau jawab, kita juga tahu kalau anggota tubuh loe masih utuh. Yang kita maksud itu gimana perlakuan CEO kita? Bagaimana bentuk rupa wajahnya?" tanya Sinta dengan gemasnya.
"Ya nggak gimana-gimana. Kaya CEO pada umumnya yang datar dan dingin gitu kalau sama karyawan kaya aku. Lagian aku cuma bentar kesana dan langsung pergi setelah menata sarapan yang diinginkannya diatas meja" ucap Elli dengan sedikit berbohong.
"Beneran? Kamu nggak dibentak-bentak kan?" tanya Sinta.
"Enggak dibentak-bentak kok, orang CEO nya cuma diam aja. Cuma emang hawa diruangannya itu lho kaya ruangan yang horor karena semuanya serba hitam. Aku aja sampai keringetan didalam sana padahal didalam itu ada AC yang dingin" ucap Elli bercerita dengan mendramatisir, sedangkan semua rekan kerjanya mendengarkan dengan serius termasuk Kepala Divisi Konsumsi.
"Ah syukurlah kalau gitu, kita jadi lega dengarnya. Berarti rumor yag tersebar itu ada benar dan ada tidaknya" ucap Sinta dan daingguki setuju oleh yang lainnya.
"Namanya juga rumor, belum pasti kebenarannya kan? Ayo kita segera memasak dan menyiapkan semua makanannya, udah siang nih. Nanti kalau makanan belum siap di jam makan siang bisa-bisa kita di demo orang sekantor" ucap Elli dengan bercanda.
Mendengar ucapan Elli, seketika semuanya langsung tersadar dan kemudian membubarkan diri dari kerumunan. Mereka segera saja melanjutkan pekerjaan mereka dengan cepat tanpa ada yang bercanda. Pekerjaan mereka selesai tepat pada pukul 11 siang. Dibantu dengan OB dan OG perusahaan, mereka menata semua makanan pada ruangan khusus istirahat makan. Jadi disana ketika jam istirahat makan siang itu disediakan ruangan khusus untuk makan karyawan sehingga semuanya bisa makan bersama-sama kecuali satpam yang harus bergantian jaga dengan yang lainnya.
***
Tepat pukul 4 sore, jam kerja Elli dan teman-teman satu Divisi Konsumsi selesai. Mereka semua berbondong-bondong pulang bersamaan dengan karyawan dari divisi lain karena memang jam kerja Perusahaan Serant Group pusat adalah dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore.
"Elli, kamu pulang naik apa?" tanya Sinta yang berjalan bersamaan dengannya.
"Naik bus. Kamu naik apa?" tanya Elli.
"Aku naik motor, kamu mau barengan aku aja? Aku boncengin" tanya Sinta menawari Elli.
"Enggak usah Sinta, soalnya aku harus mampir dulu ke supermarket dan toko buku. Makasih ya udah nawarin aku" tolak Elli dengan halus.
"Oke deh, kalau gitu aku duluan ya. Hati-hati dijalan dan sampai jumpa besok" pamit Sinta kemudian berlalu sambil melambaikan tangannya ke arah Elli.
"Iya, hati-hati juga Sin" seru Elli sedikit berteriak karena Sinta sudah terlihat agak jauh.
Elli pun berjalan keluar area perusahaan menuju ke halte yang ada di depan perusahaan dengan langkah riangnya. Sepertinya Elli sudah melupakan kejadian yang menimpanya tadi pagi. Namun sebelum melangkah jauh sampai di halte, ada sebuah mobil yang berhenti tepat didepannya membuatnya benar-benar kaget.
"Astaga... Untung aku tidak tertabrak, kalau ketabrak bisa koid seketika. Mana berhentinya mendadak pula" gerutu Elli yang kesal dengan tingkah laku pengendara mobil itu.
Tanpa mempedulikan mobil yang ada dihadapannya, Elli segera saja melengos pergi untuk segera menuju halte karena takut ketinggalan bus. Lagipula dia tak mengenal siapa pemilik mobil itu. Elli juga takut kalau ternyata itu adalah mobil penculik, pasalnya saat ini perusahaan telah sepi dari karyawan.
"Nona Elliana Febria, masuk kedalam mobil saya atau saya tabrak kamu sekarang juga" seru seseorang dari dalam mobil yang jendelanya dibuka itu membuat Elli menghentikan langkahnya.
Elli pun segera membalikkan badannya dan terpampanglah CEO yang tadi pagi menghina Elli sedang duduk di kursi belakang mobil dengan angkuhnya dengan mengenakan kacamata hitamnya.
"Mohon maaf Tuan CEO yang terhormat, hamba yang rendahan ini sudah tidak dalam waktu bekerja. Jadi mohon maaf sekali kalau saya tidak bisa menuruti keinginan Tuan. Lagipula saya takut nanti mobil anda lecet atau kotor jika saya memasukinya" ucap Elli dengan sedikit membungkukkan badannya.
"Saya tidak peduli dengan ocehanmu. Segera masuk atau saya tabrak kamu" seru Edward tanpa bisa dibantah.
"Dih... Bapak kok maksa, kalau saya nggak mau ya nggak mau titik. Terserah bapak mau marah atau menghina atau bahkan menuduh saya lagi, saya nggak peduli. Nih sini tabrak sini... Coba sini tabrak... Wleeeeee" tantang Elli dengan memeletkan lidahnya ke arah Edward kemudian berlari kabur dari sana dengan langkah terbirit-birit sambil tertawa.
"Astaga bos, anda ditolak oleh seorang gadis hahaha" ucap sang asisten CEO yang tak lain adalah Reno dengan tertawa terpingkal-pingkal dari balik kemudinya.
"Ketawa sekali lagi, kamu tinggal nama Ren" ucap Edward dengan nada dinginnya sambil menatap ke arah jalan yang tadi digunakan berlari oleh Elli.
Seketika saja Reno langsung menghentikan tawanya dan diam seribu bahasa, mau bagaimanapun juga terkadang ancaman Edward itu benar-benar akan terjadi.
"Awas kau tikus kecil, takkan ku biarkan kau lari dariku" batin Edward menyeringai kejam dengan berbagai rencana yang telah tersusun rapi di kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
usah mulai kesengsem ya.. ....
2024-03-14
0
Ajusani Dei Yanti
like lanjut thorrrr kuh
2023-07-31
0