Hari ini merupakan hari keberangkatan Elli ke Indonesia, ia benar-benar sudah tak bisa bersabar lagi untuk segera menemui keluarganya disana. Walaupun ada rasa kecewa di dalam hati Elli pada keluarganya, namun Elli tetap menyayangi mereka hingga sampai saat ini. Elli kini sudah berada di Bandara sesuai dengan arahan dari kepala Divisi HRD yang kemarin menghubunginya. Sesampainya disana, ia duduk di ruang tunggu dan menunggu dua orang laki-laki yang kemarin berada di ruang HRD.
"Ayolah kenapa lama sekali sih mereka? Jadwal keberangkatannya kan tinggal 10 menit lagi masa mereka belum datang-datang juga" gerutu Elli sembari terus melihat ke arah sekitar Bandara untuk cek keberadaan dua orang yang ditunggunya.
"Mentang-mentang jabatannya tinggi, suka telat seenaknya" lanjutnya menggerutu.
Ehemmmmm....
Dehemen dari arah belakang tubuh Elli seketika membuat tubuhnya sedikit merinding, ditambah aura disekitarnya terasa dingin seakan-akan dia sedang berada di dekat bongkahan salju.
"Kok dingin ya? Merinding pula, apa yang berdehem tadi itu setan? Tapi masa Bandara sebagus dan semewah ini ada setannya dan ini kan juga lagi di luar negeri hiiii" gumam Elli tanpa berani menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat ada siapa dibelakangnya.
"Sudah belum menggerutu, mengumpat, dan menghalunya, nona Elli?" tanya seseorang yang berada di belakang tubuh Elli.
"Lho kok kayak kenal suaranya.... Eh bapak kok ada disini? Sejak kapan bapak sudah ada disini? hehehe" ucap Elli sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal setelah berani melihat ke arah belakang saat mendengar suara yang ia kenali.
"Sejak nona bilang kami suka telat seenaknya" jawab seseorang yang ada dibelakang Elli yang tak lain adalah laki-laki yang kemarin ada di ruang HRD.
"Hehehe maaf pak, habisnya bapak udah saya tungguin dari tadi nggak datang-datang juga. Sampai lumutan nih, mana penerbangan kita tinggal 10 menit lagi, kalau telat kan rugi pak tiket pesawatnya hangus" cerocos Elli memberi alasan.
"Eh... 10 menit lagi ya? Berarti kita udah telat dong pak, duh kan 10 menit itu kan udah sedari tadi huaaaaa gimana ini bapak? Pasti tiket pesawatnya udah hangus kan? Terus kita gimana ini berangkatnya? Mana harga tiketnya mahal pula" panik Elli dengan terus bertanya.
"Kamu ini bisa diam tidak? Daritadi bicara tanpa berhenti-berhenti apa tidak lelah itu mulut?" ucap salah seorang laki-laki yang sudah kesal dengan tingkah Elli.
"Hehehehe ya maap bapak. Siapa juga yang tak panik kalau tiket pesawatnya hangus " ucap Elli dengan cengengesan.
"Cepat bawa barang bawaanmu itu, lalu ikuti kami. Jangan banyak bertanya, kalau tak ingin mulut kau ini ku jahit" ucap laki-laki itu dengan nada mengancam saat melihat Elli ingin protes kemudian berjalan pergi menyusul seorang laki-laki yang sedari tadi hanya diam.
"Dasar... Main jahit-jahit aja mulut orang, dipikir mulut manusia itu kain apa" gerutu Elli sambil berjalan mengikuti dua orang laki-laki itu dengan membawa satu koper besarnya.
Setelah tak berapa lama berjalan mengikuti dua orang laki-laki yang tak ia ketahui namanya itu, Elli begitu terpana ketika memasuki jalan khusus untuk menuju penerbangan pribadi.
"Jangan.... Jangan... Ini mau naik pesawat pribadi lagi, wahhhhhh pengalaman pertama yang sungguh amazing" gumam Elli dengan tingkah absurdnya membuat dua orang laki-laki didepannya hanya geleng-geleng kepala.
"Wah... Beneran dong naik pesawat pribadi" pekik Elli pelan setelah sampai di depan sebuah pesawat yang bertuliskan "Serant Group".
"Hey... Jangan norak kamu, buruan masuk atau kami tinggal kau di negara ini" seru laki-laki yang sedari tadi mengomelinya.
"Iya bapak terhormat" jawab Elli kemudian berlari menuju arah pintu pesawat.
"Saya bukan bapak kamu kalau kamu tau" gerutu laki-laki.
"Yah habisnya bapak kan atasan saya masa iya saya panggil atasan saya itu sayang" goda Elli dengan mengedipkan matanya sebelah.
"Dih..." geli laki-laki itu.
"Diam dan duduk" titah laki-laki satunya lagi yang sedari tadi hanya diam dengan aura dinginnya membuat Elli dan laki-laki yang sedari tadi adu mulut dengannya diam seketika dan duduk ditempatnya.
"Perkenalkan nona Elli, saya Reno bekerja sebagai asisten pribadi dan sekretaris dari CEO Serant Group" ucap Reno memperkenalkan diri daripada nanti dipanggil dengan sebutan "bapak" kembali.
"Oh oke... Kalau itu?" tanya Elli dengan sedikit menunjuk ke arah laki-laki yang sedari tadi diam dengan raut wajah datarnya.
"Kau tak perlu tahu dia siapa, jangan mengusiknya" peringat Reno dan diangguki oleh Elli.
"Dingin amat tuh bapak satu itu, apa seumur hidupnya nggak pernah senyum ya?" batin Elli dengan sedikit mencuri-curi pandang dari kursi tempat duduknya.
"Jangan curi-curi pandang ke arah saya, nanti mata anda bisa lepas dari tempatnya sebelum turun dari pesawat ini" ancam laki-laki yang sedari diam yang tak lain adalah Edward dengan nada dinginnya.
Sontak saja Elli segera duduk diam dan tenang menghadap ke arah depan setelah mendengar ucapan dari Edward.
"Benar-benar mengerikan dua laki-laki itu, ah aku nggak mau berurusan lagi sama mereka. Takut mulutku dijahit dan mataku lepas dari tempatnya hiiiii" batin Elli bergidik ngeri.
***
Setelah 16 jam mengudara di pesawat, akhirnya Elli, Edward, dan Reno tiba di Bandara Indonesia tepat pada jam 2 siang.
"Huaaaa... Akhirnya aku bisa kembali juga" gumam Elli pelan sambil menatap ke arah langit Indonesia.
Elli berjalan keluar area khusus pesawat pribadi milik Serant Group mengikuti kedua orang laki-laki yang sudah berjalan terlebeih dahulu.
"Nona, kami tak bisa mengantar anda sampai ke tujuan. Silahkan nona bisa pesan taksi atau bisa menyuruh seseorang untuk menjemput anda" ucap Reno sembari berjalan di samping Elli.
"Baik tuan Reno, terimakasih atas tumpangan pesawatnya" ucap Elli dengan sedikit menunduk hormat.
"Itu tidak gratis nona, kalau perlu anda ingat" ucap Reno dengan santai tapi menohok.
"Ah iya baiklah Tuan Reno terhormat, saya akan menggantinya nanti setiap bulannya" ucap Elli dengan ketus.
"Kalau begitu saya permisi, tuan karena saya akan mencari taksi di depan" pamitnya pada dua orang laki-laki itu dan diangguki oleh Reno sedangkan Edward hanya melirik sekilas saja.
Setelah Elli menghilang dari pandangan dua laki-laki itu, Reno sedikit melirik ke arah Edward yang menampilkan ekspresi yang tidak seperti biasanya.
"Cari tahu tentang Dia" perintah Edward pada Reno dan diangguki oleh Reno seakan mengerti siapa yang dimaksud "Dia" oleh Edward.
Reno dan Edward segera pergi dari area Bandara setelah masuk ke dalam mobil yang sedari tadi sudah menunggu kedatangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
aku mampir lagi nih thorrrr kuh semangat berkarya
2023-07-31
0
Mom Dian
Berasa seperti orang kaya deh
2022-12-29
0