Tring…
Tring…
Nanda yang tengah belajar di ruangan tamu langsung beranjak dari duduknya, dia yakin Gerald yang datang.
Ceklek.
Pintu di buka dan Nanda langsung di suguhkan wajah dingin milik Gerald, yang sudah mendarah daging dalam tubuhnya, wajah dan bicaranya saja yang dingin, tapi hatinya hangat, bagi orang dekat dengan Gerald.
''Buat kamu.'' Gerald memberikan Nanda satu bungkus permen karet lalu masuk kedalam rumah.
Nanda lebih dulu menutup pintu lalu ikut bergabung dengan Gerald.
''Makasih, Rald!'' Nanda sangat senang jika di berikan permen karet.
Gerald mengangguk seraya tersenyum. ''Tante Gina mana?'' tanya Gerald.
''Mamah lagi sibuk di kebun bunganya,'' jawabnya. Setelah Gina pindah ke Jakarta dia sangat sibuk mengurus kebun bunganya membuat Nanda seperti di nomor duakan.
''Kenapa kamu nggak bantuin?'' tanya Gerald.
''Mamah Gina nggak mau di ganggu siapapun kalau dia di lagi ngurus bunga!'' Nanda mengingat bagaimana mamahnya itu mengibaskan tanganya mengusir dirinya.
''Aduh, Ra, kamu nggak usah ngurus bunga-bunga mamah. Entar bunga mama bakalan cemberut karna di pegang sama kamu!''
Kata-kata itu selalu Gina berikan kepada Nanda, agar anaknya itu tidak menggangu dirinya saat mengurus bunga.
Gerald terkekeh, meski usia mamah Nanda sudah tidak muda lagi, namun jiwa tante Gina yang di kenal Gerald masih muda.
Nanda membaringkan tubuhnya diatas sofa panjang seraya memakan permen karet yang Gerald berikan.
''Rald, ceritain ke aku dong. Kenapa kamu pura-pura nggak kenal sama aku kalau di sekolah.'' Nanda masih penasaran mengapa Gerald menyuruhnya pura-pura untuk tidak saling kenal.
''Kepo!''
Suara itu bukan dari Gerald, melainkan suara itu dari pria yang menuruni anak tangga menatap Nanda dan Gerald bergantian.
''Lo nggak di ajak bang!'' celetuk Nanda membuat pria itu menatap Nanda dengan tatapan kesal.
Dia berjalan menghampiri Nanda dan Gerald yang duduk di kursi sofa. ''Jangan keseringan makan permen, Ra! Entar lo sakit gigi. Ujung-ujungnya gue juga dan mamah yang lo repotin!''
Pria itu mengambil permen karet yang sudah di buka oleh Nanda, lalu memakannya membuat gadis berambut kecoklatan itu mendengus.
''Gimana kondisi teman lo sekarang, Rald?'' tanya pria itu seraya duduk di sofa yang di tempati Nanda baring dengan mengangkat kaki Nanda agar dia bisa duduk.
''Bang, Boy!'' kesal gadis itu.
''Udah baikan bang, sebentar sore dia udah boleh pulang.'' Boy mengangguk.
Boy dan Nanda saudara kandung, anak dari Gina. Gina mempunyai dua anak yaitu Boy dan Nanda.
''Eh, ada Gerald!'' Gina datang dari pintu samping membuat ketiga pasang mata menatapnya.
''Udah selesai ngurus anak kandung, Mamah?'' tanya Nanda seraya memperbaiki duduknya, membuat Boy menahan tawa sementara Gerald menggelengkan kepalanya.
Gina tersenyum menghampiri ketiga anak itu di sofa. ''Aduh, Ra! Kamu dan Boy anak kandung Mamah! Bukan bunga!'' Gina menoel dagu Nanda membuat gadis itu memeluknya.
''Mah, semenjak kita pindah ke Jakarta mamah sibuk banget ngurus bunga mamah!'' cemberut Nanda mendongakkan kepalanya menatap wajah Gina yang masih cantik meski usianya sudah terbilang tidak muda lagi.
Gina mengusap rambut anak bungsunya itu. ''Masa sih?'' goda Gina kepada Nanda. ''Boy, apa benar mamah sibuk semenjak mamah pindah ke sini?'' Gina menyenggol lengan Boy.
''Nggak kok, Mah. Ara aja yang lebay.''
Nanda menatap Boy dengan tatapan permusuhan membuat Boy dan Gerald tertawa.
Hanya empat orang yang memanggil Nanda dengan sebutan Ara, yaitu abangnya Boy, Mamah dan Papahnya serta sahabat masa kecilnya, Gerald.
Gina pamit meninggalkan Gerald, Boy dan juga Nanda yang masih mengobrol. Gina pamit mengangkat Telfon sehingga dia meninggalkan ketiga anak itu.
''Gue juga pamit, bang.'' Gerald beranjak dari sofa yang dia duduki.
Dia sudah satu jam di sini, dia akan kerumah sakit bersama sahabatnya. Karna merekalah yang akan mengantar Rafael pulang kerumahnya.
Boy mengangguk. ''Hati-hati di jalan, Rald. Ingat juga, jangan sering adu jotos.'' Boy tertawa membuat Gerald mengangguk paham.
Nanda mengantar Gerald sampai di depan pintu, lalu dia melirik motor Gerald. Matanya menyipit melihat motor Gerald yang sangat tidak asing.
Mata Nanda langsung melotot saat melihat Gerald memakai jaket yang di punggungnya bertuliskan ARIGEL.
''Rald..lo—''
''Yang di lampu merah kemarin itu aku sama sahabat aku,'' ucap Gerald santai dengan suara dingin. ''Kapan-kapan aku ceritain ke kamu.''
Nanda mengangguk penasaran, lalu Gerald berjalan menuju motornya memakai helm full fecnya.
Pip…
Gerald membunyikan klakson motornya.
''Hati-hati, Rald!'' teriak Nanda dan dibalas anggukan Gerald, lalu cowok itu pergi meninggalkan rumah Nanda.
''Kalian nggak pacaran, kan?'' tanya Boy menghampiri Nanda di ambang pintu.
Nanda melirik Boy. ''Kepo!'' ucapnya lalu melenggang pergi meninggalkan Boy.
''Ra! Jangan pacaran sa—''
''Iya bang! Lo larang gue, kan, pacaran sama Gerald?'' Nanda menghentikan langkah kakinya lalu memutar badanya.
Boy mengacak rambut Nanda gemes. ''Lo boleh pacaran sama Gerald, kalau dia udah damai sama musuhnya.''
***
Drt....
Ponsel milik Gerald bergetar, cowok itu menepikan motornya untuk mengangkat Telfon. Gerald membuka helmnya lalu melihat ponselnya siapa yang menelfon dirinya.
Brother Izam
Nama Izam tertera di layar ponsel Gerald sebagai penelpon. Gerald langsung menggeser item hijau lalu menempelkan ponselnya di telinga.
“Dimana lo kulkas!”
Suara cempreng Izam dari seberang membuat Gerald menjauhkan sedikit ponselnya dari telinganya.
“Gue lagi di jalan ke rumah sakit.”
“Putar balik, Rald. Rafael udah pulang tadi pagi.”
Gerald menaikkan alisnya sebelah mendengar penuturan Izam.
“Raf—“
“Lo langsung ke beskem, Rald. Di beskem kita bakalan jelasin!” Ethan memotong pembicaraan yang merampas ponsel Izam dan dia yang mulai bicara.
Izam menatap Ethan kesal.
''Balikin ponsel gue!'' sungut Izam kepada Ethan.
''Ambil kalau bisa!'' Ethan menjulurkan lidahnya kearah Izam.
''Taikkkk, lo sethannnn!!'
Gerald langsung mematikan telepon, karna terdengar dari ujung Telfon Izam dan Ethan kembali adu skill.
Gerald memutar motornya untuk segera ke beskem.
Tidak butuh waktu lama, Gerald sudah sampai di beskem dan masuk kedalam rumah yang hanya bertingkat dua saja, yang mereka buat dengan uang tabungan mereka.
Kulit kacang garudah sudah berserahkan dibawa lantai keramik yang berwarna coklat. Mereka sudah menyuruh orang-orang untuk membereskan beskem mereka setelah Anak VAGOS menyerang beskem.
Di lantai satu terdapat kursi sofa, tv, dan juga ps untuk bermain game. Di dapur tersedia kebutuhan makanan mereka saat ke beskem dan tersedia kulkas besar yang di berikan Tari untuk mereka.
Di lantai atas terdiri 6 kamar, lantai atas khusus untuk tempat tidur mereka. Mereka hampir menghabiskan banyak waktunya di beskem, terutama Rafael.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Atau jangan2 WA yg di balas Gerald sambil senyum2 dan diam2 itu Ara ya,mereka gak mau ketahuan sama Boy😂😂
2023-03-09
0
Qaisaa Nazarudin
oh ku pikir Gerald dan Nanda itu sepupu,ternyata sahabat dr kecil toh
2023-03-09
0
Qaisaa Nazarudin
#Gerald
2023-03-09
0