Nanda meneguk salivanya siapa yang datang,sementara Gerald masih mempertahankan wajah dinginya.
Cowok itu menatap Nanda dan Gerald secara bergantian, lalu senyuman terbit di wajahnya.
''Lo udah tau, kalau di murid baru yang bolos.'' Gerald menaikkan alisnya sebelah dengan apa yang barusan di katakan oleh sahabatnya Ardian.
Ardian bersedekap dadah menatap Nanda. ''Rald, lo manggil cewek lampu merah ini karna dia bolos, kan?'' Ardian tersenyum penuh arti. ''Gue udah duga, kalau lo bakalan tau soal ini.''
Nanda melotokan matanya, cowok itu mengatai dirinya cewek lampu merah. Mentang-mentang pertemuan mereka saat itu di lampu merah.
Gerald menatap Nanda. Sementara gadis itu menatap Ardian dengan tatapan permusuhan sementara Ardian hanya tersenyum licik.
''Lo bolos?'' Rasanya tidak srek bagi Gerald menggunakan kata 'Lo' kepada gadis di hadapanya. Karna dia sudah terbiasa dengan kata 'aku' dan 'kamu' saat berbicara dengan Nanda.
Nanda paham, karna saat ini ada orang asing diantara mereka jadi Gerald menggunakan kata-kata seperti itu.
Jangan lupa, suara Gerald tadi hanya di dengarkan oleh Nanda.
Nanda belum mengangguk, lalu kemudian melirik Ardian yang masih bersedekap kearahnya.
''Dia juga bolos.'' Nanda langsung menunjuk kearah Ardian. “Enak aja cuman gue yang harus di hukum Gerald. Padahal dia juga bolos!”
Senyuman di bibir Ardian menghilang, dia tidak menyangka jika gadis lampu merah itu berani menunjuk dirinya sebagai murid bolos juga.
Gerald menatap Ardian dan Nanda secara bergantain. Padahal niat Gerald mengajak kesini untuk mengobrol sebentar.
Namun sepertinya niatnya itu harus dia urungkan, karna Nanda dan Ardian bolos, tanpa ia ketahui.
Terik matahari di siang hari ini membuat keringat bercucuran di pelipis mereka berdua, untung saja angin sedikit kencang sehingga bisa menyapu wajah mereka yang panas.
Sudah sepuluh menit Ardian dan Nanda hormat di depan tiang bendera, mereka berdua mendapatkan hukuman dari Gerald.
''Hormat yang benar!'' teriak Gerald dari depan. Cowok itu sedang berteduh di bawah pohon yang daunya sangat lebat.
Nanda sudah menggoyang-goyangkan kakinya karna sudah sedikit pegal.
''Andai bukan sahabat gue, nggak akan gue mau lakuin hal konyol ini!'' desis Ardian masih setia hormat di depan tiang bendera bersama Nanda.
''Kaki gue pegel!'' Nanda menggoyang-goyangkan kakinya seraya mengeluh.
Untung saja bell masuk sudah bunyi, sehingga tidak ada murid-murid yang bisa melihat mereka menjalankan hukuman ini.
Gerald sudah memberitahukan kepada sahabatnya sedang menghukum Ardian, sehingga mereka sudah masuk kelas duluan atas perintah Gerald.
Ardian melirik Nanda. ''Makanya jangan bolos, gue udah bilang sama lo tadi, kalau ini bolos terakhir lo!'' Ardian berbicara dengan suara mengejek membuat Nanda juga melirik cowok itu.
Mereka berdua saling bertatapan, Nanda menatap Ardian dengan tatapan permusuhan dan Ardian menatap Nanda dengan remeh.
Nanda kembali menatap kedepan, tanpa berniat membalas ucapan Ardian. Bisa-bisa tenaganya semakin habis karna meladeni cowok bertindik di sampingnya.
Andai saja cowok itu tidak datang, mungkin saja ia tidak akan berpanas-panasan di sini.
Bukan karna sengaja Ardian ke ruangan osis, dia ke kelas tadi untuk mengambil bekal yang disiapkan mamah Tari untuk dirinya.
Kebetulan kelas dan ruangan osis tidak jauh jauh dari kelasnya. Sehingga Ardian berinisiatif untuk menghampiri Gerald di ruangan osis.
Dia sempat terkejut saat melihat Gerald dan gadis yang ia sebut gadis lampu merah berduaan di dalam.
Dia tidak curiga, karna dia tau jika murid itu akan di hukum oleh Gerald karna bolos.
Ardian saja tidak tau apa yang sebenarnya.
''Kepala gue pusing.'' Nanda merasa di sekitarnya sedang berputar-putar karna dia menjadi pusing.
Dia tidak sempat sarapan tadi pagi, sehingga Mamah Gina meneriaki dirinya. Andai saja ada Boy mungkin ia memaksa adiknya untuk sarapan sebelum ke sekolah.
Tapi, Boy sedang tidak ada, karna pria itu keluar kota selama tiga hari.
Ardian menatap Nanda. ''Jangan pake drama pingsan, supaya gue gen—''
Dengan gerakan cepat, Ardian langsung menangkap tubuh Nanda yang hampir terjatuh.
Gadis itu pingsan didalam pelukan Ardian. Untung saja dia gercep menangkap tubuh Nanda.
Gerald langsung berlari menghampiri Nanda. ''Biar gue bawa ke uks.'' Gerald denan panik langsung mengangkat tubuh Nanda menuju uks.
Untung saja sekolah sunyi karna murid-murid sudah masuk kedalam kelas belajar sehingga mereka tidak melihat sosok Gerald sedang menggendong sosok gadis.
Ardian menaikkan alisnya sebelah, melihat punggung kokoh sahabtanya menggendong Nanda menuju uks.
“Sedikit aneh.” Ardian hanya bisa membatin. Selama menjabat sebagai ketua osis. Ini pertama kalinya Gerald menggendong perempuan yang pingsan, karna biasnya ia hanya menyuruh anggota osis lainya.
Ardian memejamkan matanya saat merasakan sensasi dingin di pipihnya. Ardian membuka matanya saat suara gadis itu kembali menyapa telinganya.
''Buat kamu, aku tau kamu lagi butuh ini karna habis dapat hukuman dari, Gerald.''
Ardian melirik gadis yang selama ini mengejar cintanya. Apa dia tidak jerah selalu mendapatkan penolokan dari dirinya?
''Lo nggak perlu lakuin ini,'' ucap Ardian datar, tak lupa pula sorot matanya yang tajam menatap gadis di depanya.
Gadis itu hanya tersenyum, ''aku nggak akan berhenti ngejar cinta kamu, Ar. Meskipun kamu nolak aku berulang kali, tapi aku akan berulang kali ngejar kamu.''
''Terserah lo.'' Ardian langsung pergi meninggalkan gadis itu menbuat gadis itu menatap minuman yang ia bawakan untuk Ardian.
''Semakin kamu nolak aku, Ar. Aku akan semakin berusaha.''
Gadis itu tersenyum lalu berjalan pergi meninggalkan lapangan sekolah untuk segera ke kelas.
Karna sahabatnya akan mencari dirinya.
Ceklek.
Ardian membuka pintu uks, lalu menutupnya.
''Dia belum sadar?'' tanya Ardian mengambil kursi untuk ia duduki.
Terpaksa dia kesini, daripada dia menetap di lapangan melihat gadis itu.
''Belum,'' jawab Gerald seraya memberikan minyak telong di hidung Nanda, agar gadis itu segera sadar.
Ardian bisa melihat raut wajah Gerald yang khawatir, karna Nanda belum sadar.
''Lo kena—''
Uhuk
Nanda langsung batuk, saat ia membuka matanya. Sungguh, ia tidak suka dengan minyak telon.
''Rald, lapar!'' rengek Nanda tanpa melihat jika bukan hanya ia dan Gerald di sini.
''Ar, jagain Nanda dulu. Gue mau ke kantin beliin dia makanan.'' Lepas itu Gerald meninggalkan uks untuk menuju kantin.
Ardian mendekat kearah Nanda. Nanda baru tau jika ada Ardian di sini saat Gerald angkat suara.
Jujur saja, Ardian menahan tawa saat Nanda merengek minta makanan kepada Gerald yang dingin, dan gilanya lagi Gerald mau pergi, dan yang paling gila adalah dirinya karna ia mengangguk mengiyakan ucapan Gerald untuk menjaga Nanda di sini.
''Beban lo!''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Gak kapok2 nya nih cewek🙄🙄🤦🏻♀️
2023-03-09
0
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwk Ardian baru bertemu buku dan Ruas,,sama2 dapat hukuman🤣🤣🤣😜😜
2023-03-09
0
Qaisaa Nazarudin
Diihh kepedean loe,,Loe itu penganggu tau gak🙄🙄
2023-03-09
0