BUGH!!!!
Seperti perkataan Ethan saat di kantin, malam minggu ini mereka benar-benar mencari anak VAGOS sampai ketemu.
BUGH!!!
ARIGEL membiarkan Ardian menangani satu anggota VAGOS yang mereka temui di club malam.
Gerald berwajah dingin yang menyeret salah satu anggota VAGOS itu keluar club. Ia menyeretnya tanpa kata ampun, tubuhnya yang lunglai membuat cowok itu tidak merasakan kesakitan saat Gerald menyeretnya keluar club.
Ardian mencengkeram kerah baju cowok yang masih setengah sadar itu dengan kasar.
''MARKAS TEMAN LO PINDAH DI MANA!!!'' Urat-urat leher Ardian bahkan terlihat, menandakan cowok itu diatas normal.
Leo menggeleng seraya tersenyum tipis. Ardian begitu menyeramkan saat marah, dan sekarang mereka melihat Ardian berwujud iblis ketika marah.
‘’Hahahha!!!''
BUGH!!!
Cowok itu hanya tertawa di saat Ardian bertanya, sehingga Ardian kembali melayangkan bogeman pada wajah cowok itu membuatnya terjungkal kebawah, hingga bokongnya terasa sakit karna kena batu, tapi lebih sakit saat pukulan Ardian melayang pada wajahnya.
Ardian berjongkok ke bawa, mencengkeram dagu cowok itu dengan kasar.
Jujur saja, tatapan Ardian begitu tajam membuatnya takut menatap mata cowok yang memberikanya pukulan bertubi-tubi.
''Lo mau mati seketika atau secara perlahan-lahan!'' Ardian mengeluarkan pisau dari saku jaketnya membuat cowok di hadapnya menggeleng tak berdaya.
Ia mengenal Ardian, betapa beringasnya cowok itu kepada musuhnya, apa lagi ia sedang balas dendam kepada anak VAGOS.
Ardian tersenyum beringas membuatnya semakin menyeramkan. Ia meniup pisaunya lalu menatap cowok di hadapanya dengan tatapan membunuh.
''Gue nggak takut bunuh lo, duit papah Ibnu gue banyak!'' tawanya menggemah membuat kesan mengerikan.
Katakan, jika Ardian saat ini mode gila!
''Uang nggak akan sebanding dengan nyawa orang!'' balas cowok itu dengan gemetar karna rasa takut.
Sepertinya kesadarannya sudah terkumpul saat melihat pisau kecil Ardian yang mematikan.
''Dengan uang, kasus kematian seseorang akan hilang!'' Ardian mencekik leher cowok di hadapnya membuat cowok itu berusaha melepaskan tangan Ardian.
''Yang berani maju.'' Leo berkata tanpa mengalihkan pandangnya melihat Ardian mencekik cowok itu.
''Maksud lo maju bantuin Ardian? Mata lo buta atau gimana, Lele. Dia udah lemah gitu lo nyuruh kita bantuin Ardian.'' Izam berkata dengan cerocos membuat Leo tersenyum kecut kearah Izam.
''Izam, maksud gue itu, bantuin itu cowok supaya lepas dari Ard—''
''Dengan susah payah kita mencari anak ayam itu, dengan gampangnya lo nyuruh kita buat lepasin anak ayam itu. Lo nggak tau kalau kita susah payah nyari dia, karna dia bagian anak VAGOS yang udah buat Rafael terlu—''
Pletak…
Ethan langsung menjitak kepala Izam. Ia pikir otaknya paling lambat diantara mereka, ternyata masih ada otak Izam jauh lebih lambat lagi.
''Bisa nggak sih, Zam. Otak lo encer dikit!'' kesal Ethan. ''Pantas aja Greta nggak mau sama lo. Lo sih banyak kurangnya!''
''Sethan emang lo, yah!'' sungut Izam.
''Kalau nggak ada yang berhentiin aksi Ardian. Bisa-bisa tuh anak nggak napas, kita bakalan kehilangan petunjuk di mana anak VAGOS pindah markas.'' Rafael angkat suara, telinganya berdengung mendengar perdebatan sahabatnya itu.
Leo mengangguk, itu yang ingin ia katakan barusan. Namun curut Izam langsung memotong perkataanya.
Izam menyenggol lengan Leo. ''Lo aja maju.''
''Gua nggak berani,'' balas Leo.
Ethan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. ''Jawaban gue sama dengan Leo.''
Rafael juga tidak berani memberhentikan aksi Ardian di saat cowok itu marah. Karna saat Ardian marah, dia bukanlah Ardian, melainkan iblis berwajah tampan.
''Ar,'' panggil Gerald tanpa melangkah maju. ''Biarin tuh anak napas, jangan sampai kita nggak tau dimana anak VAGOS karna nafasnya berakhir di tangan lo.''
''Aku menyebutnya si tampan dan pemberani.'' Izam terkekeh kecil melihat Gerald menghentikan aksi Ardian.
Ardian melepaskan tanganya dari leher cowok itu. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya saat Ardian melepaskan tanganya dari lehernya.
Bahkan nafasnya naik turun, cowok itu sepertinya membutuhkan oksigen karna ini terlalu lama.
Ardian menghampiri sahabtnya dengan wajah datar serta sorot matanya yang tajam.
''Apa perlu kita bawa ke markas?'' tanya Leo.
Ardian melirik kebelakang, dia tersenyum licik melihat cowok yang ia cekik sedang berusaha menghirup udara yang sangat menyesakkan.
''Biarkan dia mati di situ.'' Ardian menjawab dengan gamplang, seraya memasukkan pisau kecilnya kedalam saku jaketnya. Seakan-akan kata mati begitu ia gampangkan.
''Kalau dia mati, gue yakin anak VAGOS bakalan datang ke markas menuntut kematian anggotanya.'' Ardian tersenyum jenaka membuat sahabatnya meremang dengan senyuman menyeramkan itu.
''Kita pulang sekarang atau mampir ke club?'' tanya Leo. ''Pasti di dalam banyak wanita cantik.''
''Kita langsung pulang aja, gue capek nih. Butuh I-S-T-I-R-A-H-A- T istirahat.'' Izam menekan kata-katanya membuat mereka mengangguk.
''Lo mau kemana, Ar?'' tanya Leo melihat Ardian memutar badanya menuju cowok yang sudah terkuklai dibawah tanah itu, dengan nafas terengah-engah.
Rafael menyungkirkan senyuman, ia tau apa yang akan di lakukan Ardian.
BUGH!!!
''AKH!'' teriak cowok itu kesakitan.
Ardian menendang wajah cowok itu, sehingga cowok yang ia tendang itu langsung memejamkan matanya secara perlahan-lahan, darah begitu deras keluar dari mulutnya.
***
Pukul 12 malam
Nanda sedang menunggu di depan ruangan UGD, menunggu sang kakak keluar dari ruangan tersebut.
Pintu UGD terbuka, sehingga muncul pria tampan dengan baju Oka yang ia kenakan.
''Gimana kondisinya?'' tanya Nanda dengan khawatir.
Boy merangkul pundak sang adik, ''lo udah nyelamatin nyawa seseorang, Ra. Lo lambat beberapa menit dia nggak akan selamati.''
Nanda bernafas legah mendapatkan jawaban dari Boy. Ia pikir cowok itu tidak akan selamat dengan kondisi yang ia temukan sangat tragis.
Siapa yang tega melakukan hal keji itu?
''Bang, gue tungguin dia sampai sadar, ya,'' pintah Nanda membuat Boy mengacak rambut adiknya itu.
''Gue kasian sama dia, udah dua jam kita di sini. Nggak ada sama sekali tanda-tanda kelurga mereka datang.''
''Mamah gimana? Masa lo tega ninggalin dia sendirian di rumah?''
Nanda nampak berpikir. ''Yaudah, Ara pulang. Tapi tolong bang Boy jagain dia. Gue kasihan lihat dia.''
''Iyaa, gue bakalan jagain.''
''Besok gue kesini jenguk kondisi dia.''
''Sekalian bawa mamah buat jengukin dia.''
''Emangnya mamah kenal cowok itu?'' Nanda bertanya membuat Boy memutar bola matanya malas.
''Pak Budi udah datang jemput lo. Buruan pulang.'' Boy mengibaskan tanganya mengusir Nanda membuat gadis itu menghentakkan kakinya.
Nanda menyalami tangan Boy lalu melenggang pergi membuat Boy tersenyum hangat melihat kepergian adiknya itu.
''Belum saatnya wajah cantik lo di penuhi kesedihan, Ra.''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
IK
jangan jangan Nanda nolong cowo yg dcekik Ardian td
2023-01-13
0
Kyli
Lanjut kak
2022-12-29
0
miyura
jangan kasih kendor othor..
2022-12-28
0