Bekal

“Nggak usah sok kenal sok dekat lo!” Nanda memutar bola matanya jengah saat cowok bertindik di dekatnya mengatai dirinya beban.

“Jadi lo merasa nggak jadi beban sahabat gue?”

Nanda menaikkan alisnya sebelah.

“Hari pertama lo ke sekolah, lo jadi beban sahabat gue, Izam. Andai Izam nggak ngasih lo nebeng di motornya udah pasti hari pertama lo sekolah di sini buruk!”

Nanda terdiam!

“Dan kedua…” Ardian tersenyum kicik kearah Nanda membuat gadis itu meremang dengan senyuman Ardian. Senyumanya sangat menyeramkan. “Lo bebani sahabat gue, Gerald. Dengan berpura-pura pingsan!” sambungnya membuat Nanda mengepalkan tanganya.

Bagaimana tidak. Jika Ardian mengatai dirinya pura-pura pingsan.

“Gue nggak pura-pura pingsan yah! Gue beneran pingsan!” Rasanya Nanda ingin mencakar wajah tampan milik Ardian saat ini.

“Ck! Banyak cewek di sekolah ini kayak lo! Mereka pura-pura pingsan hanya untuk di gendong Gerald. Tapi ujungnya mereka hanya di gendong oleh anggota osis lainya. Lo termasuk cewek beruntung karna Gerald yang gendong lo ke uks!”

Nanda menatap Ardian dengan tatapan tidak suka.

Ting…

Ardian langsung merogoh saku celananya saat ponselnya berbunyi menandakan adanya pesan masuk.

Leo Playboy

“Buruan ke kelas, kita nungguin lo di sini!”

Ardian membaca pesan yang di kirim oleh sahabatnya.

Ardian berdiri kursi yang ia duduki, lalu mengambil kotak makanan dari tasnya.

Ardian menyodorkan kotak makanan di depan Nanda, membuat Nanda menatap Ardian dengan kening berkerut.

“Buat lo, makananya nggak gue racunin.” Ardian langsung menyimpan kotak makanan itu diatas bansal lalu pergi dari uks.

Nanda menatap kotak makanan berwarna biru itu. Perutnya meminta untuk memakan makanan didalam kotak makanan tersebut.

“Ra,” panggil Gerald membawa roti dan minuman.

Nanda tersenyum kearah Gerald dengan mulut penuh mengunyah makanan.

Gerald melihat sekelilingnya, tapi ia tidak melihat Ardian.

“Ardian kemana?” tanya Gerald seraya duduk di kursi tempat Ardian tadi. “Terus…yang kasi kamu makanan ini Ardian?” lanjutnya dan dibalas anggukan kepala oleh Nanda seraya mengunyah.

“Kok kamu tau kalau Ardian yang kasi aku ini makanan?” tanya Nanda seraya mengambil air mineral yang di buka Gerald untuk dirinya.

“Aku tau, karna Ardian sering bawa bekal dari rumahnya. Mamah Ardian larang dia makan-makanan sembarangan di kantin. Jadi gitu, mamahnya selalu buatin bekal setiap ke sekolah.”

Nanda mengangguk.

“Makananya enak.” Nanda menutup kembali kotak bekal yang isinya sudah habis, hanya sisa sayur-sayuran saja. Gadis itu tidak suka makan sayur. Berbeda dengan Ardian, sedari kecil di ajar makan sayur.

Gerald mengangguk mengiyakan ucapan Nanda. “Mau makan roti dulu?” tanya Gerald.

“Boleh.”

Gerald membuka roti coklat untuk Nanda.

“Rald, kamu nggak beliin aku permen karet?”

“Ada kok.” Gerald mengambil permen karet di saku celananya, membuat Nanda tersenyum mengambang.

“Makasih, Rald!”

“Sama-sama, Ra.”

***

Ardian dan kelima sahabtnya sudah berada di dalam kelas. Di kelas IPS sedang jam kosong.

Sehingga ada yang bergosip riah, ada yang keluar kelas, ada yang pacaran dalam kelas. Dan ada yang nongkrong di dalam kelas, termasuk Ardian dan antek-anteknya.

Leo sedang asik bermain game, seraya mengobrol dengan Pute melalui mikrofon game mereka.

Sementara Izam sedang mengerjakan tugas dari ibu Tenri. Sementara Ethan sedang membalas pesan dari Vani, mereka berdua sedang marahan.

Sementara Rafael sedang tidur didalam kelas, dengan membaringkan kepalanya diatas meja.

Sementara Gerald sedang mengobrol dengan Nita. Maklum mereka pengurus inti di osis ini. Apa lagi Nita satu kelas dengan Gerald.

“Jadi, Kesya sama Greta lo kasi surat panggilan orang tua?” tanya Nita setelah Gerald mengatakan tidak memberikan hukuman kepada Greta dan Kesya.

Gerald mengangguk mengiyakan ucapan Nita, “kalau udah nggak ada yang di omongin soal rapat osis. Gue mau gabung sama teman gue.” Seperti biasa, Gerald selalu saja dingin kepada siapapun, keculi kepada…