"Lalu apa rencanamu, Bang? Apa Tante tahu tentang ini?" tanya Akmal.
Zafran menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, jangan beri tahu mama tentang ini, aku berencana akan melakukan pengobatan terlebih dahulu selama satu bulan, karena ini gagal ginjal akut, insya Allah bisa di sembuhkan asal di tangani dengan cepat."
"Dimana kau akan berobat, Bang?" tanya Akmal lagi.
"Di Singapura, disana aku memiliki usaha resturant, karena itu aku akan beralasan memiliki urusan bisnis di sana, dan selama aku pergi tolong ambil alih perusahaan ini." Zafran beranjak dari sofa dan mengambil beberapa dokumen penting di dalam lemari.
"Ini dokumen yang harus kau pelajari terlebih dahulu, jika kau sudah memahami seluk-beluk dan sistem perusahaan ini, maka aku sudah bisa pergi ke Singapura dengan tenang," tukasnya sembari meletakkan tumpukan dokumen di meja tepat di hadapan Akmal, lalu kembali ke kursi kebesarannya untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Astaga, kenapa aku merasa seperti akan melakukan Ujian Akhir Semester? Banyak sekali yang mau dipelajari," monolognya sembari menghitung beberapa tumpukan dokumen tersebut.
Tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar.
"Masuk," ucap Zafran, kemudian dari arah pintu muncul seorang pria dan wanita yang langsung berjalan ke arah Zafran.
"Akmal, perkenalkan, ini Fadil, asisten saya, dan Novi sekretaris saya. Kamu bisa belajar atau menanyakan hal-hal yang tidak kamu mengerti kepada mereka." Zafran memperkenalkan mereka kepada Akmal dan pria itu hanya mengangguk paham.
⚓⚓⚓
Pagi ini Aisyah kembali melakukan aktivitas mengajarnya di sekolah. Setelah memarkirkan motornya, Aisyah hendak langsung ke ruang guru, tapi baru akan melangkah, suara bariton seorang pria membuatnya menghentikan langkahnya.
"Bu Aisyah," panggil Pak Ahmad.
"Iya, ada apa, Pak?" tanya Aisyah sembari menundukkan kepalanya.
"Maaf, beberapa minggu yang lalu saya tidak jadi ke rumah Bu Aisyah karena tiba-tiba ibu saya sakit dan saya harus merawatnya selama beberapa minggu. Dan alhamdulillah kemarin ibu saya sudah di bolehkan pulang, untuk itu saya ingin melanjutkan niat baik saya yang kemarin sempat tertunda," ungkap Pak Ahmad.
Aisyah membuang napas pelan, ia benar-benar lupa kalau Pak Ahmad pernah mengutarakan niat baiknya untuk menemui kedua orang tuanya, bahkan saat malam yang di janjikan Pak Ahmad akan datang, Aisyah sama sekali tidak mengingatnya.
"Maaf, Pak, saya tidak bisa menerima niat baik Bapak," jawab Aisyah.
"Kenapa? Apa karena saya sudah memiliki istri? Tenang saja Aisyah saya akan bersikap adil," bujuk pria itu.
Aisyah menautkan kedua alisnya. "Apa istri bapak tahu tentang ini?"
Pria itu menggeleng pelan. "Saya akan memberi tahunya saat kamu sudah menerima saya," jawabnya santai, membuat Aisyah terkejut.
"Apa? jadi dia lebih dulu mengutarakan niatnya kepada saya sebelum meminta izin?Astaga, orang ini kenapa begitu santai mengatakan itu. Apakah dia pikir istrinya tidak memiliki perasaan?" batin Aisyah yang sungguh tidak habis pikir dengan pria di hadapannya itu.
"Sekali lagi saya mohon maaf, Pak, saya tidak bisa menerimanya," ucapnya.
"Kenapa?" tanya Pak Ahmad dengan nada sedikit tinggi karena tidak terima dengan jawaban Aisyah.
"Karena saya sudah menerima lamaran seseorang, dan insya Allah kami akan segera menikah," jelas Aisyah.
"Apa? Ka-kamu akan menikah?" Ulang Pak Ahmad ingin memastikan jika dia salah dengar, lebih tepatnya dia berharap Aisyah hanya bercanda.
"Iya, Pak," jawab Aisyah. "Maaf, Pak, saya permisi dulu," lanjutnya lalu pergi.
Sementara Pak Ahmad kini diam mematung di halaman sekolah, entah apa yang ia pikirkan saat ini, yang jelas ada rasa penyesalan yang hadir dalam hatinya karena tidak jadi datang ke rumah Aisyah malam itu.
⚓⚓⚓
Waktu terus berjalan, hingga tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 11.30, tepat
di waktu berakhirnya jam belajar hari ini.
Semua siswa telah keluar dari kelas mereka. Kini tinggal Khaira yang menunggu Aisyah untuk mengantarnya ke depan sekolah seperti biasa.
"Ummi, udah selesai?" tanya gadis kecil itu sembari memperhatikan Aisyah yang sedang membereskan mejanya.
"Udah sayang, yuk." Aisyah menarik pelan tangan Khaira keluar kelas dan pergi bersama ke depan gerbang sekolah menunggu kedatangan Zafran.
Tepat saat Aisyah dan Khaira tiba di depan gerbang, sebuah mobil berwarna hitam juga berhenti.
Zafran keluar dari mobil bersama Akmal, mereka berjalan beriringan menghampiri Aisyah dan Khaira yang berdiri di depan gerbang sekolah.
"Assalamu 'alaikum," sapa Zafran di sertai dengan senyuman manis ke arah putri dan wanita yang kini beganti status menjadi calon istrinya.
Apalagi saat menatap mata indahnya, pria itu kembali teringat akan wajah Aisyah tanpa cadar yang telah di perlihatkan kepadanya sesaat sebelum mereka pulang ke rumah malam itu. Sungguh, ia benar-benar tak mampu mengungkapkan dengan kata-kata akan keindahan wajah Aisyah.
Siapa pun yang melihatnya tentu akan terpesona, dan sebagai calon suami, Zafran merasa sangat beruntung sekaligus bersyukur karena hanya dia pria yang bisa menikmati keindahan itu. Sungguh sangat rugi pria yang dulu telah menyakiti dan menyia-yiakan wanita sebaik dan sesempurna Aisyah.
"Wa'alaikum salam," jawab dua wanita beda usia itu bersamaan, tapi dengan sikap yang berbeda. Jika Aisyah saat ini tertunduk, Khaira justru menatap antusias wajah sang Ayah yang masih saja menatap Aisyah.
Zafran seketika tersadar akan pesona wanita di hadapannya saat merasakan tangannya di genggam oleh Khaira. Buru-buru ia menundukkan wajahnya karena telah lalai menjaga pandangannya.
Jangan tanyakan Akmal, bahkan pria itu kini merasa dirinya bagaikan angin yang tidak terlihat di antara mereka, bahkan di mata Akmal, mereka kini tampak seperti keluarga kecil yang harmonis saat Khaira menggenggam tangan Aisyah dengan tangan kiri dan Zafran dengan tangan kanan.
Hatinya benar-benar bergemuruh saat ini, namun ia hanya bisa memendamnya dalam diam, cukup dirinya dan Allah yang tahu bagaimana perasaannya.
"Eh, sayang, gimana sekolahnya? Udah nambah hafalan baru belum?" tanya Zafran sembari sedikit membungkuk kepada Khaira.
"Udah nambah satu hafalan, Pa. Iya kan Ummi?" Khaira menoleh ke arah Aisyah di sampingnya, lalu di jawab anggukan oleh wanita itu disertai senyuman yang terlihat dari matanya.
"Oh iya Aisyah, besok saya akan ke Singapura selama beberapa hari, jadi selama saya di sana, Omnya Khaira yang akan mengantar jemput, namanya Akmal," ujar Zafran sembari menunjuk Akmal yang berada di sampingnya.
Aisyah menoleh sekilas ke arah Akmal yang saat ini sedang tersenyum ke arahnya. Jantung Aisyah kembali berdegup kencang. Namun, berkali-kali ia merutuki jantungnya itu karena berdebar bukan pada orang yang tepat.
"Iya, Pak," jawabnya kembali tertunduk.
"Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu, assalamu 'alaikum" pamit Zafran.
"Wa'alaikum salam," jawab Aisyah sembari melambaikan tangannya kepada Khaira yang juga sedang melambaikan tangan kepadanya.
Aisyah menghampiri motor maticnya tepat setelah mobil Zafran melaju meninggalkan sekolah.
Wanita itu pun akhirnya melajukan motornya pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, ia tak henti berdzikir untuk menormalkan rasa gelisah yang mengusiknya saat ini.
"Astaghfirullah, tolong jaga hatiku Ya Allah, jangan buat ia jatuh pada orang yang salah," batin Aisyah.
Motor matic berwarna pink itu kini tiba di halaman rumah, Aisyah turun dan hendak masuk ke dalam rumah, namun langkahnya seketika terhenti saat ia melihat bayangan seseorang berada di belakangnya.
Dengan cepat Aisyah berbalik dan seketika matanya membola saat melihat siapa yang berada di hadapannya saat ini.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ria dardiri
mksh udah up,,,
2022-12-30
1
Ria dardiri
apakah zaid,,akmal,,Ahmad🤔🤔🤔🤔🤔
2022-12-30
1