Beberapa hari kini telah berlalu, sebagaimana aktivitas biasanya, saat muatan batu bara telah diambil oleh Bulk Carier, kapal tempat Akmal bekerja akan menunggu schedule untuk pengisian muatan.
Dan hari ini adalah giliran kapal mereka. Sebagai juru mudi, Akmal akan bersiap untuk megemudikan kapal ke dermaga tempat pengisian muatan atau Jetty.
Akmal yang kini telah berada di darat mulai mengecek ponselnya untuk mengetahui kabar terbaru dari ibu dan adiknya. Hal itu ia lakukan karena saat di laut, jaringan seluler kadang tidak di temukan.
Namun, ada yang membuat perhatian Akmal teralihkan saat melihat ponselnya.
Zafran
Akmal, jika kau membaca pesanku, ku harap kau segera resign dari tempatmu dan bekerjalah di sini, ini bukan lagi penawaran tapi permintaan yang harus kamu turuti.
Entah kenapa, setelah membaca pesan Zafran, perasaan Akmal menjadi gelisah, ada rasa tidak tenang yang menghampirinya sebab ia merasa pesan Zafran kali ini adalah sebuah kode untuknya.
Tak ingin menunggu lama, Akmal segera mengurus pengajuan resign yang sangat kebetulan bertepatan dengan berakhirnya masa kontrak kerjanya pada periode itu.
⚓⚓⚓
Zafran tampak termenung di balkon kamarnya. Sudah satu minggu sejak Aisyah memintanya untuk melamarnya secara resmi, tapi hingga saat ini ia belum juga melakukannya. Padahal kesempatan ini adalah hal yang sangat ia nantikan selama kurang lebih satu bulan terakhir.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu berhasil membuat pria tampan itu tersadar dari pemikirannya. Dengan langkah gontai, Zafran berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Zafran, boleh mama bicara?" tanya Ibu Sofi yang berada tepat di depan pintu kamar Zafran.
Ibu Sofi telah mengetahui dari Bude Luna bahwa Aisyah sudah menerima pinangan Zafran, namun ia bingung dengan putranya itu karena hingga saat ini ia belum menerima kabar apa pun dari Zafran.
Hal itu membuat Ibu Sofi merasa ada yang tidak beres dengan putranya, sehingga ia memutuskan untuk langsung berbicara padanya.
"Tentu boleh, Ma. Silahkan masuk." Zafran mempersilahkan dengan sopan.
Ibu Sofi berjalan masuk dan duduk di sofa diikuti Zafran yang ikut duduk di sampingnya.
"Nak, kamu ada masalah apa?" tanya Ibu Sofi langsung to the point.
"Nggak ada masalah apa-apa kok, Ma. Memangnya ada apa, Ma? Apa wajah Zafran terlihat aneh?" tanya balik Zafran.
"Yang aneh bukan wajah kamu, Nak, tapi sikap kamu ya aneh. Mama tahu, Aisyah sudah menerima pinangan kamu, tapi kenapa kamu tidak mengabari mama? Apa kamu berniat untuk tidak melibatkan mama dalam acara lamaran hingga pernikahan kamu?" Raut wajah kesal kini mulai tampak di wajah wanita yang sudah tampak berkerut namun tetap cantik.
"Maaf, Ma. Zafran nggak bermaksud begitu kok. Zafran hanya ..." Pria itu mengalihkan tatapannya ke segala arah sembari berpikir mengenai alasan apa yang cocok ia berikan kepada Ibunya.
"Hanya apa," tanya Ibu Sofi penasaran.
"Zafran hanya menunggu kedatangan Akmal dulu, Ma. Masa acara spesial Zafran tidak di hadiri oleh Akmal. Mama tahu sendiri kan, Akmal itu udah Zafran anggap adik kandung," jawab Zafran yang kali ini merasa menemukan alasan yang cocok.
"Terus mau sampai kapan?" kamu tahu sendiri kan, Adik kamu itu paling tidak menentu jadwalnya, belum lagi saat di laut ia sangat tidak bisa dihubungi," ujar Ibu Sofi.
"Tidak, Ma. Zafran yakin sebentar lagi Akmal akan datang," ujar Zafran penuh keyakinan.
Tepat setelah mengatakan itu, ponsel Zafran berdering. Wajah Zafran seketika berbinar saat melihat nama kontak yang tertera di layar benda pipihnya itu.
"Nah, Zafran bilang juga apa, Ma. Panjang umur juga nih anak," gumamnya sembari memperlihatkan layar ponselnya kepada Ibu Sofi.
"Halo, Assalamu 'alaikum," ucap Zafran setelah menggeser ikon berwarna hijau di layar ponselnya.
"Wa'alaikum salam. Bang, jika kau ingin aku bekerja di tempatmu, setidaknya jemput aku sekarang," ujar Akmal dari seberang telepon.
"Hahahah, oke oke, aku akan kesana bersama Khaira." Zafran segera mengakhiri panggilannya.
"Ma, Khaira dimana?" tanya Zafran sembari mengambil kunci mobilnya di atas nakas.
"Ada di kamarnya bermain sama Nannynya," jawab Ibu Sofi. "Apa kamu akan menjemput Akmal?" lanjutnya bertanya.
"Iya, Ma."
"Kalau gitu, pergilah, dan malam ini kita langsung ke rumah Aisyah," tegas Ibu Sofi lalu bergegas keluar dari kamar Zafran karena tal ingin mendengar protes dari pria beranak satu itu.
"Ba-baik, Ma," jawabnya pasrah.
⚓⚓⚓
Siang itu, sebuah mobil melaju meninggalkan dermaga. Akmal kali ini benar-benar telah resign dari pekerjaannya di tengah laut.
"Besok kau harus mulai masuk dan bekerja sebagai COO di perusahaan, kau akan langsung mulai dari situ karena aku yakin kau akan cepat belajar," ujar Zafran sembari mengemudikan mobil.
"Oke oke," jawab Akmal singkat karena saat ini ia sedang bermain bersama Khaira yang duduk di pangkuannya.
"Om om, kata Oma, nanti malam kita akan ke rumah Ummi loh," ujar Khaira begitu antusias.
"Oh yah? Ngapain kesana sayang?" tanya Zafran ikut antusias.
"Kata Oma tadi Papa lapar jadi mau ke rumah Ummi?" Khaira menjawab dengan begitu percaya diri, membuat Zafran tertawa sementara Akmal merasa bingung.
"Acara makan-makan yah?" tebak Akmal setelah berusaha mencerna maksud dari Khaira, lagi-lagi membuat Zafran tertawa.
"Bukan, maksud Khaira itu lamar bukan lapar, nanti malam kita akan kesana untuk melamar Aisyah secara resmi." Zafran meluruskan sedikit kesalahpahaman yang terjadi sesaat di antara anak dan adik sepupunya.
"Wah tega sekali kau, Bang," gerutu Akmal dengan wajah kesal.
"Tega apanya sih? Memangnya aku melakukan kesalahan?" tanya Zafran heran.
"Ya salah lah, Abang sengaja kan menyuruhku kembali hanya untuk menyaksikan lamaran dan pernikahanmu? Mentang-mentang aku jomblo." Lagi-lagi pria itu menggerutu.
"Astaghfirullah pikiranmu itu loh, Mal. Besok aku akan menjelaskan alasanku menyuruhmu segera kembali kesini. Untuk malam ini, kau akan menggantikan ayah sebagai saksi lamaranku dan pernikahanku nantinya, kau tahu sendiri kan keluargaku selain Mama adalah kamu, tante Shalwa, Aira dan Khaira tentu saja," jelas Zafran, membuat pria yang sedang memangku Khaira kini terdiam dan mengangguk paham.
⚓⚓⚓
Sesuai rencana yang telah di sepakati oleh pihak keluarga Aisyah dan keluarga Zafran, malam ini mereka akan melakukan lamaran secara resmi di kediaman kyai Rahman.
Tepat setelah sholat Isya, semua anggota keluarga sudah bersiap, tak terkecuali Bude Luna yang sudah tiba sejak Ibu Sofi menghubunginya.
Begitu pun Aisyah yang sudah siap di kamarnya sembari menatap lurus ke arah cermin.
"Yaa Rabb, ku pasrahkan semuanya kepadaMu, jika memang Pak Zafran adalah jawaban atas sholat istikharahku, maka permudah urusan kami, dan lembutkan hati hamba untuk dapat mencintainya karenaMu."
"Sayang, ayo. Zafran dan keluarganya sudah tiba," ucap Ibu Lina yang datang untuk menjemput Aisyah.
"Iya, Ummi," jawabnya lalu bergegas keluar kamar dan menggandeng tangan Ibu Lina dengan erat dan sedikit bergetar.
Ibu Lina yang merasakan kegugupan putrinya langsung mengusap pelan tangan Aisyah. "Tenanglah sayang, insya Allah inilah yang terbaik," ucapnya sembari tersenyum ke arah Aisyah yang juga sedang memandang ke arahnya.
Sementara di ruang tamu, Zafran yang sudah menunggu tiba-tiba berdiri saat melihat kehadiran Aisyah. Namun tanpa ia sadari, bukan hanya dirinya yang berdiri karena kedatangan Aisyah sebab Akmal yang berada di sampingnya juga ikut berdiri saat menyadari siapa yang akan menjadi calon istri kakak sepupunya itu.
Degh
"Dia kan ..."
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
zafran kaya nya mau meninggal kah??
2023-08-18
1
Nabil Az Zahra
apakah zafran punya pnyakit thoor?trus ujung"nya aisyah ma akmal gitu?😄
2023-03-17
1
Ria dardiri
ditunggu up nya kk
2022-12-27
1