Saat rasa tertarik mulai menghampiri, saat rasa peduli mulai menguasai, dan saat rasa rindu mulai menghantui, apa definisi dari rasa itu?
Jangan tanyakan bagaimana gelisahnya hati saat rasa itu hadir namun akal pikiran menolaknya.
Apakah benteng hati ini masih kokoh, atau mulai retak oleh benih-benih baru yang tanpa disadari mulai tumbuh dan bermekaran di dalam hati?
Allah, Engkau sebaik-sebaik Penguasa Hati, ku serahkan hatiku padaMu, kemana kelak akan berlabuh, maka disitu pula akan ku raih RidhoMu.
(Aisyah Sidqia Rahman)
⚓⚓⚓
Aisyah kini telah berada di kamarnya. Namun anehnya, jantungnya masih saja berdegup kencang tatkala mengingat kejadian siang tadi.
Bukan sebab ketampanan wajah, karena sejatinya, jantungnya mulai berdebar saat mendengar suara pria itu. Suara yang sangat tidak asing di indera pendengarannya, namun ia tidak ingat kapan ia mendengar suara itu.
"Aisyah, boleh Ummi masuk?" tanya Ibu Lina yang saat ini berada di ambang pintu kamar Aisyah.
"Masuk saja Ummi, kenapa harus minta izin segala?" ujar Aisyah sembari tersenyum.
Ibu Lina masuk dan duduk di atas kasur, tepat di samping Aisyah yang sedang duduk.
"Tadi Ummi di hubungi sama Bude kamu, beliau menanyakan jawaban atas pinangan seorang pria bernama Zafran," ujar Ibu Lina lembut.
"Entahlah Ummi, Aisyah benar-benar bingung dengan hati Aisyah," ucap Aisyah lesu.
"Coba ceritakan kepada Ummi nak, apa yang sedang mengganggu hati dan pikiranmu, Ummi lihat kamu tampak banyak pikiran," tukas Ibu Lina.
"Ummi, Aisyah kasihan sama Khaira, dia merengek minta Aisyah jadi mamanya, begitu pun dengan papanya, Pak Zafran, dia benar-benar baik dan siap menerima semua kekurangan Aisyah," ujar Aisyah sembari tertunduk.
"Lalu apa yang kamu ragukan sayang, jika memang sudah seperti itu, terimalah pinangannya, barangkali Allah sengaja mempertemukan kalian untuk saling melengkapi." Ibu Lina mengusap pucuk kepala Aisyah dengan lembut.
"Hati Aisyah Ummi, hati Aisyah sampai saat ini masih ragu, bahkan sepertinya hati Aisyah saat ini sudah terpaut pada seseorang tapi entah siapa Ummi." Aisyah menunjuk dadanya dengan alis yang hampir bertautan.
"Sayang, coba tenangkan hatimu, dan selami baik-baik, jangan sampai hatimu masih terpaut pada masa lalumu nak, sudah begitu banyak pria yang datang kepada kamu, dan Zafran yang paling sempurna bukan? Cobalah membuka hati untuknya nak," pinta Ibu Lina.
Pada akhirnya wanita paruh baya itu merasa perlu meyakinkan hati Aisyah, ia khawatir putrinya akan terus terkurung oleh masa lalunya jika tidak ada yang mengobati hatinya dengan cinta. Dan ia sangat yakin bahwa Zafran adalah orang tepat.
⚓⚓⚓
Hari terus berganti, dan tidak terasa satu bulan telah berlalu semenjak Zafran meminang Aisyah, dan sampai saat ini pula, Aisyah belum memberikan jawaban kepada pria itu.
Pagi ini di hari minggu, Ibu Lina meminta tolong kepada Aisyah untuk membeli beberapa sayur di ujung jalan yang tidak jauh dari rumahnya. Dan itu tentulah bukan hal yang sulit untuk Aisyah, meski ia jarang ke tempa itu karena ia lebih sering membeli sayur di super market saat ia pulang dari mengajar.
Dan di sinilah ia sekarang. Berada di antara ibu-ibu yang juga ingin membeli sayur.
"Aisyah yah?" tanya salah satu ibu yang sedang memilih sayur.
"Iya Bu" jawab Aisyah sopan.
"Aisyah? Yang anaknya kyai Rahman kan?" tanya ibu yang lain.
"Iya Bu," jawabnya lagi.
"Oalah ternyata kamu masih di sini, ta' pikir kamu udah nikah lagi," ujar Ibu itu.
"Lah gimana mau nikah Jeng, orang semua laki-laki yang datang selalu di tolak," sahut Ibu yang lain.
Hati Aisyah mulai merasa tidak nyaman dengan pembicaraan para ibu-ibu itu. Ia mulai memilih sayur dengat cepat agar bisa segera pergi, namun cerita mereka justru semakin melebar dan menyudutkan Aisyah.
"Kok bisa, aku lihat laki-laki yang melamar kamu itu semuanya hebat dan tampan loh, kok masih di tolak sih?"
"Iya Aisyah, memangnya kamu cari calon suami seperti apa? Atau kamu memang tidak ingin nikah lagi?"
Aisyah berusaha keras untuk tidak menggubris pertanyaan mereka, sembari membayar sayurnya dan hendak pergi, namun perkataan salah satu Ibu sedikit menggelitik pendengarannya.
"Ya jangan menjanda dong, kamu itu masih sangat muda dan cantik, kita-kita ini sebagai wanita bersuami jujur merasa takut loh."
"Maaf Bu, takut kenapa yah?" tanya Aisyah penasaran.
"Yaa takutlah kalau suami kita pada nyangkut sama kamu," celetuk salah satu Ibu itu.
Degh
Seketika Aisyah merasa harga dirinya sebagai wanita di injak-injak oleh sesama mereka yang mengaku wanita.
Memangnya apa yang salah? Toh Aisyah tidak pernah tebar pesona kepada suami mereka, Aisyah bahkan lebih sering berdiam di rumah setelah selesai mengajar dan kuliah, kalau pun keluar rumah, paling hanya dermaga lah tujuannya.
Tapi kenapa mereka malah mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu, prasangka mereka sungguh telah melukai hati Aisyah.
"Maaf Bu, jika status saya disini membuat ibu merasa tidak nyaman, tapi ibu harus tahu, saya tidak pernah memikirkan apa yang ibu-ibu pikirkan saat ini, saya harap ibu-ibu tidak lagi menjudge seseorang hanya karena status mereka," ucap Aisyah lalu sege+ra pergi meninggalkan tempat itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
⚓⚓⚓
Di tengah laut, ombak sore ini tampak tidak bersahabat. Terlihat dari kapal tugboat yang beberapa kali naik turun karena terjangan ombak.
Namun, bukannya khawatir, Akmal justru tampak santai di tengah lamunannya yang berlabuh tak tentu arah. Entah tawaran Zafran untuk bekerja di perusahaannya atau dua pasang mata indah yang senantiasa menghiasi mimpinya akhir-akhir ini, sungguh misteri pelabuhan hati yang rumit.
"Hey bro, kalau kau belum siap berpisah dengan yang di sana, mending kau kembali saja deh ke darat, dari pada kau seperti itu. Ragamu di sini tapi jiwamu di sana. Bukannya siap siaga karena ada ombak, malah melamun," gerutu Agung.
"Apaan sih kau, ganggu ketenanganku saja," gerutu Akmal.
"Hey, apa kau tidak melihat ombak di hadapanmu itu?" Agung menunjuk ombak di depan kapal mereka yang menggulung-gulung tinggi seakan ingin memperlihatkan kehebatannya.
"Lihatlah," jawabnya santai.
"Lalu kenapa kau masih santai seperti ini?" tanya Agung tidak habis pikir.
"Bro, aku mungkin terlihat santai saat ini, tapi aku tetap waspada," jawab Akmal.
"Terserah kau saja lah kalau begitu, pusing aku lihat kau seperti itu," ucap Agung lalu pergi mempersiapkan diri jika tiba-tiba sang Captain memberikan instruksi siaga.
⚓⚓⚓
Sementara di tempat lain, Zafran sedang memegang sebuah kertas putih di meja kerjanya. Wajahnya tampak begitu tegang dan sedikit pucat.
Entah kenapa hatinya merasa gelisah saat ini, hingga ia memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan kepada Akmal, berharap sepupunya itu dapat membacanya saat kapalnya sandar untuk isi muatan.
Tepat setelah ia mengirimkan pesan kepada Akmal, sebuah pesan masuk dari nomor asing tiba-tiba mengalihkan perhatiannya.
Unknown
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maaf sebelumnya Pak Zafran karena saya lambat memberikan jawaban atas pinangan Pak Zafran beberapa minggu yang lalu. Tapi sekarang saya sudah memiliki jawabannya, dan saya bersedia.
Silahkan Pak Zafran datang ke rumah bersama keluarga untuk melamar secara resmi. Kami menunggu. Dan sekali lagi saya mohon maaf karena memberikan jawaban hanya melalui pesan singkat seperti ini, semoga Pak Zafran bisa memaklumi. Wassalam
Aisyah.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
bunda syifa
ini nih mulut" nyinyir, padahal kenyataannya kebanyakan laki" itu berselingkuh sama cewek singgel yg masih muda atau bahkan sama perempuan yg asli nya bersuami tapi gc setia, jarang loh ada laki-laki selingkuh sama janda, tapi kenapa orang" banyak yg beranggapan klo janda itu bisa merusak rumah tangga mereka
2023-09-12
1
Ria dardiri
semangat Kk😘😘
2022-12-26
1
Ria dardiri
mulai fase agak tegang,,,
2022-12-26
1