Waktu terus berjalan membawa hari baru yang cerah. Sebagaimana aktivitas rutinnya di hari kerja, Aisyah akan kembali mengajar di sekolah Tahfizh Qur'an.
Seperti biasa, ia akan menaiki motor matic kesayangannya untuk pergi ke sekolah. Semilir angin pagi yang menyapa kulit wajahnya dengan lembut dan tak ada macet yang menghambat jalannya menjadi alasan wanita bercadar itu sangat menyukai berkendara dengan menggunakan motor.
Hingga tidak terasa, kini Aisyah telah tiba di halaman sekolah. Bersamaan dengan itu, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan pagar sekolah dan tampaklah seorang gadis kecil turun dari sana.
Ya Khaira, gadis itu tiba bersamaan dengannya, namun ada yang berbeda di mata Aisyah, jika dulu Khaira hanya diantar oleh supir keluarganya, kini gadis kecil itu diantar langsung oleh ayahnya.
"Ummi." Panggilan Khaira berhasil membuat Aisyah menoleh ke arahnya.
Kening wanita itu mengerut saat ia mendapati Khaira berjalan ke arahnya, namun bukan itu yang membuat Aisyah heran, melainkan ayah Khaira yang ikut menghampirinya kali ini.
"Assalamu 'alaikum Aisyah," sapa Zafran ramah.
"Wa'alaikum salam," jawab Aisyah sembari tertunduk.
"Ummi akhirnya datang juga, padahal dari kemarin loh kita nungguin Ummi," ujar Khaira polos.
"Menunggu ummi?" ulangnya menatap Khaira dan di jawab dengan anggukan kecil oleh gadis kecil itu. "Ada apa yah pak?" tanya Aisyah kepada Zafran.
"Eh, tidak apa-apa, Khaira hanya bingung karena kemarin kamu tidak datang ke sekolah," jawab Zafran sedikit salah tingkah.
"Oh, kemarin itu saya ada acara keluarga," jawab Aisyah, membuat gadis kecil dan pria di hadapannya mengangguk paham.
"Ya udah, Khaira pamit dulu gih sama Papanya, sebentar lagi jam masuk kelas," ajak Aisyah. Gadis kecil itu langsung menuruti perkataan ibu gurunya itu dengan berpamitan dengan Ayahnya.
Meski masih ingin memandangi Aisyah, Zafran tahu diri sebab secara tidak langsung, Aisyah telah memintanya untuk segera pergi.
Kini Zafran kembali melajukan mobilnya menuju ke kantor perusahaannya. Hingga akhirnya ia tiba di tempat tujuannya hanya dalam waktu 29 menit.
Dengan langkah tegas, pria itu memasuki kantornya dengan begitu gagah, beberapa karyawan wanita tampak terhipnotis sesaat oleh pesona duda tampan itu. Begitu banyak yang ingin mendekatinya, namun Zafran secara jelas membuat batasan di antara mereka, hanya Aisyah lah wanita yang telah memporak-porandakan batasan itu, bahkan sejak pertama kali bertemu.
Zafran kini masuk di dalam ruangannya yang bertuliskan Chief Executive Officer (CEO). Namun, betapa terkejutnya pria itu saat ia mendapati sang Ibu dan adik sepupunya sedang duduk manis di sofa ruangannya.
"Tante, ada yang betah berlama-lama di sekolah, tapi bukan murid," ucap Akmal menyindir kakak sepupunya yang baru tiba.
"Iya, kan di sekolah udah ada tambatan hati nya, lah kamu? Di suruh cari tambatan hati malah molor dalam mobil," balas Ibu Sofi, membuat Akmal mendengus sementara Zafran berusaha menahan tawanya.
"Ih tante apaan sih," gerutu Akmal lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela yang berada di dekat sofa.
"Kenapa kalian ada di sini pagi-pagi? Tumben?" tanya Zafran kemudian.
"Biasa, Tante lagi ada misi praktek zaman Siti Nurbaya." Bukan Ibu Sofi yang menjawab melainkan Akmal, entah kenapa pria itu berubah menjadi tengil saat di hadapan mereka, namun saat berhadapan dengan banyak orang terutama wanita, dia akan berubah menjadi kulkas, alias pria dingin.
Zafran mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"
"Duh, jangan dengerin perkataan sepupu tengilmu ini, dia kalau ngomong memang ribet," ujar Ibu Sofi.
"Mama kesini sebenarnya mau kasi tahu kamu kalau sore nanti tolong pulanglah lebih awal, karena mama mau memperkenalkan kamu dengan anak teman mama, cantik loh," lanjut Ibu Sofi, seketika membuat raut wajah Zafran berubah.
"Mama mau menjodohkan Zafran? Tapi kan mama tahu sendiri kalau Zafran ..." Zafran menggantungkan kata-katanya karena tidak percaya dan bingung dengan sikap mamanya.
Bukankah mama yang ingin ia dekat dengan Aisyah, lalu kenapa sekarang mama ingin menjodohkannya dengan wanita lain?
"Yee sok menolak lagi, padahal kalau tahu namanya pasti langsung mau kan," ujar Akmal meledek kakak sepupunya.
"Memangnya dia siapa, Ma?" tanya Zafran penasaran.
"Aisyah, ternyata Aisyah itu keponakan teman mama, dan dia udah sepakat ingin mengajaknya bertemu dengan kita sore ini, gimana?" tanya Ibu Sofi sembari menaik-turunkan alisnya.
Zafran terdiam sejenak, sebenarnya ia sedikit takut dan ragu, apakah wanita itu mau jika dia tahu kalau pria yang akan diperkenalkan padanya adalah dirinya yang tidak lain adalah Ayah dari muridnya.
"Zafran? Kamu mau kan?" ulang Ibu Sofi karena Zafran tidak menjawab.
"Insya Allah, Ma. Nanti Zafran akan cepat pulang," jawabnya kemudian.
"Huuu, padahal tadi udah ada tanda-tanda keberatan, eh giliran di sebut namanya saja langsung mau," sindir Akmal langsung mendapat lemparan pulpen dari Zafran.
💮💮💮
Sore hari setelah sholat ashar, Aisyah menepati janjinya untuk datang ke sebuah restoran bersama Bude Luna.
Setelah tiba di restoran, seorang pelayan mengarahkan mereka untuk masuk ke sebuah ruang VIP dimana teman Bude Luna dan putranya sudah menunggu.
"Assalamu 'alaikum," ucap Bude Luna sembari membuka pintu dan masuk ke dalam diikuti oleh Aisyah di belakangnya yang berjalan sambil menunduk.
"Wa'alaikum salam, akhirnya datang juga kalian, mari duduk Jeng Luna, Aisyah," ucap Ibu Sofi, membuat Aisyah sedikit mengangkat wajahnya dan ia sangat terkejut saat melihat Ibu Sofi dan Zafran ada di hadapannya.
"Aisyah, kenalkan, ini Ibu Sofi dan putranya yang Bude ceritakan semalam," ujar Bude Luna memperkenalkan.
"Kami sudah saling kenal kok Jeng, Aisyah yang nolongin saya waktu kecelakaan tempo hari, dan saya langsung terpesona dengan kecantikan dan kebaikan dari Nak Aisyah ini," jelas Ibu Sofi sembari tersenyum ke arah Aisyah, membuat wanita itu ikut tersenyum canggung di balik cadarnya.
"Oalah, ternyata dunia memang sempit yah Jeng, berarti putra kamu juga sudah mengenal Aisyah dong yah?" tanya Bude Luna.
"Udah dong," jawab Ibu Sofi sembari mengusap punggung Zafran yang tampak tegang saat ini.
"Bagus dong, kalau gitu silahkan dimulai Jeng," ujar Bude Luna memberikan kode kepada Ibu Sofi untuk mengutarakan niatnya.
"Jadi gini, Jeng Luna, Nak Aisyah, maksud saya mengajak bertemu di sini adalah saya ingin mendekatkan Zafran dan kamu Aisyah, yah mungkin terkesan mendadak, tapi itu lebih baik dari pada terlambat. Kalian bisa saling mengenal dulu, barangkali kalian merasa cocok, kalian bisa melangkah ke jenjang pernikahan," ujar Ibu Sofi.
"Bagaimana menurutmu, Nak?" Ibu Sofi kini meminta pendapat Zafran yang sejak tadi bungkam.
"Kalau dari Zafran sendiri sih setuju, Ma, tapi kembali lagi ke Aisyah gimana? Apakah mau menerima saya yang berstatus duda anak satu yang tentu saja banyak kekurangannya," ujar Zafran sambil menatap lurus Aisyah yang duduk tepat di hadapannya.
"Nak Zafran ini terlalu merendah, zaman sekarang duda itu makin di depan loh, apalagi nak Zafran ini baik, tampan lagi," puji Bude Luna, membuat pria itu sedikit salah tingkah.
"Nak, Bude kembalikan semuanya kepada kamu, gimana?" lanjut Bude Luna bertanya kepada Aisyah.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ria dardiri
😘😘😘😘😘😍
2022-12-23
1
Ria dardiri
coba khaira yg maju langsung minta jd Bundanya pasti Aisyah langsung luluh😉😉😉😉😉
2022-12-23
1