Hari sudah semakin gelap, sholat maghrib pun telah selesai di laksanakan. Para jama'ah masjid satu per satu pergi meninggalkan masjid yang di dominasi dengan warna emas itu.
Namun seperti biasa, Aisyah akan memilih tinggal beberapa menit lagi untuk mengaji dan muroja'ah. Tepat sebelum ia mengucapkan kalimat ta'awuz, terdengar lantunan ayat suci Al-Qur'an yang begitu merdu menyapa pendengarannya.
"Eh, ini kan suara yang dulu pernah ku dengar, apa dia baru datang lagi ke sini?" batin Aisyah.
Rasanya saat ini Aisyah ingin sekali menyingkap tirai pembatas di hadapannya, untuk melihat siapa gerangan pemilik suara indah itu, bahkan tangannya sudah terulur namun segera ia urungkan.
"Biarlah aku mengagumi suara ini tanpa tahu siapa pemilik suaranya, aku tak ingin mengagumi pria untuk saat ini, biarlah Allah yang menjaga rasa cintaku," monolognya dalam hati.
Setelah mendengar pria itu mengaji, Aisyah kini mulai membaca Al-Qur'an dan murojaah dengan begitu khusyuk.
⚓⚓⚓
Di sisi lain, Khaira sedang tertidur di samping Akmal yang baru saja menyelesaikan bacaan Al-Qur'annya, sementara Zafran sedang pergi ke toilet masjid usai menunaikan sholat maghrib tadi.
Setelah Zafran selesai, Akmal menggendong Khaira dengan begitu hati-hati, Zafran keluar lebih dulu dan Akmal menyusul di belakangnya.
Akmal membuka pintu di jok tengah mobil untuk memasukkan Khaira yang sudah tertidur lebih dulu, kemudian ia beralih membuka pintu bagian depan.
Namun sebelum masuk, tanpa sengaja ia melihat motor matic berwarna pink yang tidak asing di matanya terparkir di halaman masjid. Kini tatapannya beralih ke bagian belakang masjid tempat jama'ah perempuan keluar, berharap ia bisa melihat si pemilik motor itu lagi.
"Akmal, jadi masuk nggak nih?" tanya Zafran, menyadarkan Akmal yang sedang larut dalan pikirannya.
"Jadilah," ucapnya kemudian segera masuk ke dalam mobil.
Mobil berwarna hitam itu akhirnya melaju meninggalkan halaman masjid. Selama di perjalanan, Zafran maupun Akmal tak pernah berhenti bercerita, apalagi Akmal yang saat ini bercerita dengan begitu antusias, membuat Zafran sesekali hanya diam mendengarkan.
"Ummi, Ummi," panggil Khaira dalam tidurnya, membuat Akmal menghentikan ceritanya.
"Ummi?" ulang Akmal dengan kening yang berkerut.
"Itu panggilan Khaira untuk guru kesayangannya, namanya Aisyah." Zafran memberikan penjelasannya kepada Akmal.
"Apakah dia sudah menikah, Bang?" tanya pria itu sembari menaik-turunkan alisnya, membuat Zafran tertawa.
"Nanti juga kau akan tahu," ujar Zafran kemudian.
⚓⚓⚓
Aisyah baru saja sampai di rumah tepat sebelum adzan sholat isya menggema di lingkungan pesantren itu.
"Assalamu 'alaikum," ucap Aisyah sembari memasuki rumahnya.
Ia melangkahkan kakinya mencari keberadaan ibu dan ayahnya di ruang keluarga. Dan benar saja, kedua orang tuanya saat ini sedang berada di ruang keluarga dengan koper yang sudah siap di samping sofa.
"Ummi dan Abi sedang apa? Kenapa ada koper?" tanya Aisyah bingung sembari mencium punggung tangan mereka secara bergantian.
"Loh apa kamu lupa? Besok kan kita mau ke rumah Bude kamu untuk persiapan pernikahan Zahrah," jawab Ibu Lina.
"Astaghfirullah, iya Ummi, Aisyah lupa, ya udah Aisyah mau siap-siap dulu kalau gitu." Aisyah segera masuk ke dalam kamarnya dan mempersiapkan beberapa pakaian untuk ia gunakan selama di rumah Bude Luna.
⚓⚓⚓
Kesesokan harinya, Zafran yang telah siap dengan baju kerjanya, juga Khaira yang telah siap dengan baju sekolahnya kini sedang bersiap untuk sarapan bersama Ibu Sofi.
"Zafran, dimana Akmal? Apa jam segini dia belum bangun?" tanya Ibu Sofi.
"Akmal tadi sedang berolahraga di halaman belakang, Ma, sebentar lagi juga datang kok," jawab Zafran.
Dan benar saja, tak lama kemudian Akmal datang dari arah belakang dengan hanya mengenakan kaos tanpa lengan, dan celana selutut. Keringatnya terlihat jelas membasahi wajah, leher dan lengan berototnya membuatnya tampak begitu tampan.
"Ternyata kamu sudah bangun nak," ucap Ibu Sofi saat melihat kedatangan Akmal.
"Tante tenang saja, aku sudah berubah kok, Akmal yang dulu suka molor pagi, kini sudah berubah menjadi Akmal yang suka olahraga pagi, lihat saja buktinya, nih."
Akmal memperlihatkan lengan berototnya dengan begitu percaya diri, membuat Ibu Sofi tertawa kecil sementara Zafran hanya bisa geleng-geleng kepala.
Zafran ingat betul, satu tahun yang lalu semenjak putus cinta, sikap Akmal tempak dingin dan tidak banyak bicara kepada siapa pun Namun entah sejak kapan, sikap adik sepupunya itu kembali seperti semula. Apa itu artinya dia sudah siap membuka hati lagi?
"Duduklah, Nak, kita sarapan bersama," ujar Ibu Sofi dan pria itu menurut dengan patuh.
Karena haus, Akmal langsung menuangkan air ke dalam gelas dan meminumnya.
"Akmal, aku lihat sikap dinginmu sudah hilang, apa itu artinya kamu sudah siap untuk membuka hati lagi?"
Byuuuur
Semburan air seketika keluar dari mulut Akmal dan tepat mengenai wajah Khaira yang berada di sampingnya.
"Ih, Ooooom," pekik Khaira yang terkejut.
"Astaghfirullah anak cantikku, maafkan om sayang, ini semua gara-gara Papa kamu," ujar Akmal sembari mengeringkan wajah Khaira, gadis kecil itu hanya diam dan pasrah saat wajahnya di obok-obok dengan tissue oleh Akmal.
Ibu Sofi yang duduk di hadapan Khaira hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi sang cucu yang kini tampak pasrah tak berkutik.
"Kenapa reaksimu berlebihan sekali, padahal aku tidak mengatakan sesuatu yang salah kan?" ujar Zafran.
"Aku tidak berlebihan Bang, aku hanya terkejut mendengar perkataanmu yang bahkan tidak pernah kupikirkan." Akmal masih sibuk merapikan kerudung Khaira.
"Nah, anak cantik om sudah semakin cantik sekarang," lanjutnya, membuat gadis kecil itu tersenyum simpul lalu melanjutkan kembali sarapannya.
"Jadi apa sekarang kamu sudah memikirkannya?" tanya Zafran lagi.
Akmal terdiam sejenak memikirkan bagaimana keinginan hatinya saat ini, keningnya bahkan sampai mengerut pertanda ia betul-betul sedang berpikir keras.
Perlahan ia menarik napas dalam, lalu membuangnya perlahan.
"Aku juga belum tahu, Bang," jawabnya kemudian, membuat Zafran yang sejak tadi menunggu jawabannya hanya bisa membuang napas lesu.
"Dasar kau ini," gerutunya, membuat Akmal hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Udah-udah, kalian makanlah cepat, kasihan Khaira nanti telat ke sekolahnya," sela Ibu Sofi. Mereka pun akhirnya serapan bersama dengan tenang.
Setelah sarapan, Khaira kini menunggu sang ayah di depan rumah bersama Ibu Sofi.
"Bang, biar aku yang antar Khaira ke sekolah, sekalian aku ingin melihat sekolah Khaira," tawar Akmal saat berjalan bersama Zafran ke depan rumah.
"Sorry Akmal, untuk urusan ini sepertinya biar aku saja yang melakukannya," tolak Zafran.
"Loh, kenapa? Kan kamu bisa lebih cepat sampai kantor jika aku membantumu," tanya Akmal heran.
"Untuk urusan mengantar Khaira, mulai saat ini Zafran yang ingin melakukannya sendiri, bahkan tante pun tidak diizinkannya." Ibu Sofi mengedipkan sebelah matanya ke arah Zafran.
Akmal yang merasa curiga kini menatap ke arah Zafran sambil memicingkan matanya penuh tanda tanya.
"Hahahah Mama bisa aja, Zafran kan hanya tidak ingin merepotkan Mama." Zafran tertawa kaku sembari menggendong Khaira yang bingung dengan pembicaraan orang dewasa itu lalu segera meninggalkan Ibu dan sepupunya, berharap ia bisa selamat dari kecurigaan Akmal.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Bunda SalVa
pengennya sama Akmal tapi kenapa yang dapat peluang malah Zafran yah 🤭🤭
2024-12-13
1
Ria dardiri
😘😘😘😘
2022-12-20
0
Ria dardiri
mungkin pengen ktm Aisyah😉😉
2022-12-20
1