Di dalam sebuah mobil, seorang pria tampak frustrasi sendiri. Dasi yang tadi terpasang rapi kini kendor tak beraturan. Rambut yang tadinya begitu tertata rapi, kini tampak acak-acakan.
"Tidak, aku tidak ingin jatuh cinta lagi untuk saat ini, aku sudah bertekad, dan aku harus bisa. Aku belum tahu bagaimana wanita itu, dan selagi semuanya masih abu-abu, aku tidak ingin membuka hati, aku tidak ingin jatuh di lubang yang sama," monolog pria yang tidak lain adalah Akmal.
Setelah pertemuan tidak disengaja tadi dengan seorang wanita bercadar, Akmal memutuskan untuk menunggu di mobil, ia benar-benar tidak nyaman berada dalam keramaian.
Sementara di sisi lain, Aisyah yang tadinya hampir bertabrakan dengan seorang pria kini tengah berusaha mengatur degupan jantungnya di dekat toilet.
Rasanya aneh, bahkan wajah pria itu tidak ia ketahui namun rasa gugup malah menghampirinya saat mendengar suaranya.
Di tengah kegugupannya, Aisyah di kagetkan oleh kedatangan seseorang yang tidak terduga.
"Aisyah, kamu Aisyah kan?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari toilet.
Aisyah sejenak memandangi wajah wanita paruh baya di hadapannya sembari mengingat siapa gerangan wanita itu.
"Ibu Sofi?" ucapnya.
"Kamu Aisyah kan?"
"Iya Bu, masya Allah, nggak nyangka bisa ketemu lagi di sini," ujarnya lalu segera mencium punggung tangan wanita itu.
"Kamu apa kabar, Nak? Oh iya kamu jadi bridesmaid di sini yah? Baju kamu sama dengan mereka," tanya Ibu Sofi sembari menunjuk ke arah bridesmaid yang lain.
"Iya Bu, kebetulan yang nikah ini sepupu saya," jawab Aisyah begitu ramah. "Oh iya bagaimana keadaan Ibu sekarang?" lanjutnya bertanya.
"Alhamdulillah, udah baik kok nak," jawab Ibu Sofi. "Kalau yang nikah sepupu kamu, berarti kamu dan Ibu Luna?" lanjutnya menggantungkan kata-katanya.
"Iya Bu, Bude Luna itu kakak dari Ibu saya," jawab Aisyah.
"Masya Allah, dunia memang sempit yah," ujar Ibu Sofi dengan mata berbinar.
"Hehe iya, Bu," jawab Aisyah sambil tertawa pelan.
Cukup lama mereka berbincang-bincang, hingga saat salah satu keluarga memanggil Aisyah, dengan berat hati wanita itu meminta izin untuk pergi dan meninggalkan Ibu Sofi.
"Masya Allah, santun sekali kamu Aisyah, semoga saja kamu bisa menjadi menantuku kelak," monolog Ibu Sofi lalu segera pergi karena ia sudah menyapa semua teman-temannya sekaligus pemilik acaranya.
Ibu Sofi sempat menghubungi Akmal, ia mengira pria itu masih berada di dalam gedung tempat acara berlangsung. Wanita paruh baya itu tampak bingung karena sudah beberapa kali ia mendial nomor ponsel Akmal, namun tak kunjung diangkat.
"Astaga, anak ini kemana yah? Apa dia sudah menemukan tambatan hatinya di dalam sana sampai lupa pulang?" monolog Ibu Sofi sambil berjalan ke arah mobilnya.
Saat wanita paruh baya itu membuka pintu mobil, ia langsung di kagetkan dengan keberadaan Akmal yang kini sedang tertidur pulas dengan kondisi pakaian dan rambut yang sangat berantakan.
"Astaghfirullah Akmaaal," terika Ibu Sofi yang tentu saja membuat pria yang sedang asik dengan mimpinya langsung terbangun.
"Siap Captain," latah Akmal dengan tangan yang ia angkat ke kepalanya seperti sedang hormat.
Ibu Sofi yang melihatnya kini hanya bisa menahan tawanya, padahal awalnya ia ingin mengomeli pria itu.
"Akmal, tante kira kamu masih di dalam sana kenalan sama cewek cantik," ujar Ibu Sofi.
"Eh tante, ya ampun bikin kaget aja," gerutunya pelan, "Aku tidak tertarik tante, mending tidur di sini, nyaman," lanjutnya santai, membuat Ibu Sofi hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Ya sudah kalau gitu, kita pulang sekarang," titah Ibu Sofi.
"Siap kanjeng Ratu," sahut Akmal, dan lagi-lagi membuat wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum.
Mobil pun melaju meninggalkan acara pernikahan itu dengan kecepatan sedang.
⚓⚓⚓
Di tempat lain, setelah meetingnya berakhir, Zafran kini kembali lagi ke sekolah Khaira untuk menjemput putri semata wayangnya.
Pria itu menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah, ia memutuskan untuk keluar dari mobil dan menelisik ke segala sudut sekolah itu, berharap kali ini ia bisa melihat sosok yang diam-diam telah memunculkan rasa penasaran di dalam hatinya.
"Papaaaa," panggil Khaira, membuat Zafran langsung menoleh ke arah sumber suara.
Gadis kecil itu berlari ke arah Zafran dan langsung memeluk sang ayah.
"Wah, putri papa tadi belajar apa?" tanya Zafran lembut.
"Belajar banyak Pa, tapi Khaira nggak semangat," ujarnya lesu.
"Loh, kenapa nggak semangat, Sayang?" tanya Zafran bingung.
"Karena Ummi nggak datang, Papa." Khaira memanyunkan bibirnya.
"Oh jadi dia memang nggak datang, pantas dia tidak kelihatan," batin Zafran.
"Papa kok diem?" Khaira semakin memanyunkan bibirnya karena merasa dicueki oleh sang ayah.
"Eh maaf, Sayang, kenapa Ummi nggak datang?"tanya Zafran lagi.
"Katanya lagi ada acara keluarga," jawab Khaira, membuat Zafran mengangguk paham.
"Ya udah nggak apa-apa, besok juga datang kok," bujuk Zafran. "Sekarang mari kita pulang," lanjutnya lalu menggendong Khaira dan memasukkannya ke dalam mobil.
Mobil pun akhirnya melaju meninggalkan sekolah tersebut di tengah hari yang makin terik.
⚓⚓⚓
Malam hari, semua keluarga sedang berkumpul di rumah Bude Luna. Begitu pun dengan Aisyah dan Ibu Lina yang memilih bermalam di rumahnya untuk sekedar kempul keluarga malam ini, sementara Kiai Rahman sudah lebih dulu pulang karena harus mengisi pengajian di pesantren.
Di saat semua orang sedang asyik bercerita, tiba-tiba Bude Luna memanggil Aisyah untuk berbicara empat mata dengannya. Aisyah pun berjalan mengikuti Budenya itu hingga sampai di teras belakang rumah.
"Aisyah, Bude sudah mendengar cerita dari Ummi kamu, Bude minta maaf karena telah memaksa kamu berkenalan denga Reza. Dasar anak itu, belum apa-apa sudah ingin mendua. Kalau saja Bude ada di sana waktu itu, uuh, udah tak jewer telinga anak itu," geram Bude Luna sambil menggerakkan tangannya seolah-olah sedang menjewer telinga.
Aisyah tersenyum melihat tingkah Budenya. Sebenarnya, Bude orangnya baik dan perhatian. Hanya saja ia terbiasa dengan pola asuh otiriter yang mengharuskan anak-anaknya disiplin dan mengikuti aturannya.
Ia sangat menyayangi Aisyah, oleh sebab itu ia selalu berusaha menuntut Aisyah untuk cepat menikah agar dia bisa bahagia. Namun, rupanya cara yang ia gunakan sering membuat Aisyah merasa disudutkan.
"Iya, Bude, tidak apa-apa," jawab Aisyah tersenyum maklum.
"Oh iya, Aisyah, kali ini Bude ingin memperkenalkan kamu pada seseorang, anak dari teman Bude. Bude tidak menuntut kamu harus bersamanya, tapi setidaknya kamu lihat dan kenalan dulu sama dia, orangnya baik, dan yang pasti dia tidak akan menuntutmu untuk segera memiliki anak," ujar Bude Luna.
Aisyah membuang napas lesu karena lagi-lagi wanita paruh baya itu ingin memperkenalkannya pada seseorang.
"Terserah Bude saja kalau begitu," jawabnya pasrah, lagi pula setelah mendengar perkataan Bude Luna, ia yakin bahwa ia tidak bisa menolak, minimal hanya sampai pada tahap perkenalan saja.
"Baiklah, kalau begitu, besok temani Bude ke sebuah restoran, di sana kita akan bertemu dengan teman Bude dan juga anaknya," ujar Bude Luna kemudian.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
sur yati
Bu Sofie ank kang duda jga demen ma alisha jgn di jadikan ma Akmal
2024-05-26
1
Ria dardiri
semangat Kk😘😘
2022-12-22
1
Ria dardiri
Doa IBU,,,ntah jadi istri Almal / Jafran,,lihat endingnya aja...
2022-12-22
2