"Tapi Ga, kita nggak bisa selamanya menyembunyikan hal ini dari mama. Bisa saja 'kan secara tidak sengaja mama dan papa Riko juga bertemu, seperti yang terjadi pada kamu saat ini," ucap Artha.
"Biarlah dulu Tha, saat ini Arga belum siap. Biar dia tenangkan hatinya dulu."
"Aku akan balas mereka semua, aku benci mereka! Riko, Gishella dan Rendi...tunggu pembalasan ku!" ucap Arga sambil mengepalkan tangan dan meninju kasurnya.
"Begini saja Ga, kita selidiki dulu kenapa Papa Riko tidak mencari kalian, bisa saja kan ini akal-akalan ibu serta kakak tirimu itu," ucap Dirta.
"Iya, mereka berdua 'kan sangat licik, pasti ada campur tangan mereka dalam hal ini. Sudah yuk, sekarang kita istirahat dulu. Bukankah kamu besok kuliah pagi Ga?"
"Iya Ga, ayo kita tidur. Kami janji akan bantu kamu, kita akan cari tahu tentang Papa Riko dan ibu serta saudara tirimu itu."
Arga akhirnya menurut, meski susah diapun berusaha memejamkan mata. Ketiganya pun terlelap dalam alam mimpinya masing-masing.
Suara panggilan subuh membangunkan seisi rumah, seperti biasa Fras mengajak ketiga anak lelakinya untuk pergi ke masjid terdekat.
Pagi ini, Fras akan mengantar Arga ke kampus dan setelah itu dia akan langsung menemui pengacara yang menangani kasus tuntutannya atas perusahaan yang diambil alih oleh Gishella dan juga Rendi.
"Sudah siap Ga?" tanya Fras.
"Sudah Pa," jawab Arga sambil menenteng tasnya.
"Oh ya Ma, kami berangkat dulu ya. Aku akan pulang sebelum jam makan siang, sore baru kita temui dokter."
"Mama sakit?" tanya Gara yang nampak cemas.
"Nggak Nak, hanya ingin chek-up saja."
"Oh, Arga pikir penyakit Mama kambuh. Arga pergi dulu ya Ma. Hei, kalian berdua! Titip Mama ya!"
"Siap Bos!" jawab Dirta dan Artha menirukan gaya seorang prajurit.
Setelah pamit, Fras dan Arga pun berangkat. Dalam perjalanan, Arga lebih banyak diam hingga membuat Fras merasa heran.
"Ga, kamu kenapa? Apa ada masalah yang mengganggu pikiran mu?"
Arga tersentak dari lamunannya, lalu dia menjawab, "Nggak ada apa-apa Pa, Arga hanya mikir tentang masalah perkuliahan."
"Jika ada masalah katakan pada Papa Ga, jangan disimpan sendiri. Meskipun itu masalah kuliah, papa pasti bakal membantu. Jika nggak sanggup, papa akan tanya ke teman-teman yang berprofesi sebagai dosen."
"Iya Pa, terimakasih. Arga masih bisa kok menyelesaikan semuanya."
"Oh ya Ga, gadis yang berdansa denganmu tadi malam itu pacarnya Bara 'kan?"
"Iya Pa."
"Tapi kenapa Bara tidak datang bersama dia? Jika Bara sampai tahu kalian berdansa, bisa runyam."
"Anak itu gampang emosian, papa nggak mau kamu sampai dicelakai oleh dia."
"Iya Pa, Arga akan waspada. Arga tidak mau terlibat masalah dengan siapapun. Arga ingin fokus dengan kuliah, karena mewujudkan cita-cita dan membahagiakan Mama adalah yang utama bagi Arga."
"Bagus Nak, Papa setuju."
"Oh ya Ga, nanti pulangnya naik taksi saja ya, takutnya nggak terkejar antara mengantar Mama ke dokter dan menjemputmu."
"Iya, nggak apa-apa Pa."
"Kita sudah sampai, semangat ya, kamu pasti bisa meraih prestasi dan mewujudkan mimpimu. Papa dan Mama akan selalu mendukung."
"Terimakasih ya Pa. Arga masuk dulu," pamit Arga sambil mencium tangan Fras.
Fras memperhatikan Arga hingga dia menghilang dari pandangan mata. Setelah itu, Fras pun melajukan mobilnya menuju ke kantor pengacaranya.
Arga yang tiba di halaman fakultas, tidak pernah menduga jika seseorang telah menunggunya di sana.
Tiba-tiba sebuah bogem mentah berhasil mengenai perutnya. Arga pun mengerang kesakitan, dia nggak siap atas serangan mendadak tersebut.
"Hei, kamu jangan macam-macam dengan Cinta, dia itu cuma milikku! Apa yang telah kamu lakukan tadi malam hah! ini untuk kekurang ajaranmu yang telah berani menyentuh Cinta!" teriak Bara sambil kembali melayangkan pukulan ke perut Arga.
Kali ini Arga melawan dengan menangkis serangan Bara. Arga memelintir tangan Bara hingga dia kesakitan.
Bara yang tidak mau kalah, akhirnya main curang, dia berteriak minta tolong, hingga puluhan mahasiswa sebentar saja sudah berkumpul di sana.
Bara berakting seolah-olah Arga lah yang memulai perkelahian, hingga para mahasiswa yang saat ini datang menonton ikut menghakimi Arga.
Arga dihujat serta dicaci maki, bahkan ada yang melayangkan pukulan ke tubuhnya.
Cinta yang baru saja tiba dan turun dari mobil, segera menghampiri kerumunan. Dia sangat terkejut saat melihat Arga dipukul tanpa diberi kesempatan untuk melawan.
"Berhenti! Apa yang kalian lakukan!" teriak Cinta sambil masuk ke dalam kerumunan dan berdiri di hadapan Arga untuk menghalangi orang-orang yang akan memukul Arga lagi.
Alhasil, Cinta lah yang terkena pukulan dan jatuh pingsan. Arga yang melihat hal itu, langsung mengangkat tubuh Cinta agar segera mendapatkan pertolongan.
Bara tidak terima, lalu dia memukul Arga kembali, hingga Arga pun jatuh sambil memeluk tubuh Cinta.
Seorang penjaga keamanan kampus pun datang karena aduan seorang mahasiswi yang iba melihat Arga dipukuli.
Lalu security itu meminta semua yang bersamgkut paut dalam perkelahian itu agar menghadap ke pihak Dekan.
Arga kembali bangkit, dan dia minta tolong agar ada yang memanggilkan dokter. Arga tidak mempedulikan keadaan dirinya, yang terpenting adalah keselamatan Cinta.
Dengan bantuan security, Arga pun membaringkan Cinta di ruang kesehatan. Lalu, dia meminta tolong agar membelikan minyak kayu putih untuk menyadarkan Cinta sebelum dokter tiba.
Cinta pun akhirnya sadar bertepatan dengan datangnya dokter. Kemudian dokter memeriksa Cinta dan juga mengobati luka lebam pada wajah Arga akibat pukulan.
Bara dan beberapa mahasiswa yang membantunya memukul Arga, kini sudah berkumpul di ruang Dekan. Bara berusaha memutarbalikkan fakta agar Arga lah yang di persalahkan.
Arga pun dipanggil ke ruangan Dekan untuk di mintai keterangan, lalu dia menjelaskan bahwa dirinya tiba-tiba saja di serang oleh Bara.
Bara tidak terima, diapun menelepon Gishella, sang Mama untuk mendukungnya hingga bisa mengeluarkan Arga dari kampus.
Pihak kampus harus tetap menegakkan keadilan, meski Gishella dan Riko adalah salah satu penyandang dana di sana.
Gishella marah saat mendengar Bara di skorsing, dia mengajak Riko untuk menghadap Rektor.
Dan Arga pun di minta pihak Dekan agar menghubungi orangtuanya. Mereka ingin menyelesaikan masalah itu secara damai, sebelum tercium awak media dan beritanya tersebar keluar yang hanya akan memburukkan nama almamater.
Arga sebenarnya tidak ingin menyangkut pautkan hal itu dengan orangtuanya. Tapi, karena dia tidak ingin membuat malu citra universitas, akhirnya dengan ragu Arga pun menelepon Fras.
Fras terkejut saat mendengar penuturan Arga, lalu dia menunda urusannya bersama sang pengacara.
Dengan terburu-buru Fras pun pergi ke kampus Arga untuk membantu putranya menyelesaikan permasalahan perkelahian tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Pendi
biar sampai mati lh arga ribet,lebih baik baca novel yg mcnya sat set sat set super hero dari mc klemet klemet
2024-01-17
0