Bara yang menoleh ke arah kolam merasa terkejut, saat melihat orang asing berenang dengan bebas di sana.
"Sebentar Cin, siapa dia! Berani sekali memakai fasilitas kami!"
"Hei, kamu! Keluar dari sana! Memangnya ini kolam Bapakmu!"
Artha pun buru-buru keluar dari dalam kolam, dia tidak menyangka akan terkena amarah dari orang yang belum dia kenal.
"Enak saja kamu mandi di sana, ganti airnya! Jangan sampai bakteri yang menempel di tubuhmu mengotori air kolam!"
Dirta yang mendengar suara orang marah, mencari asal suara, lalu dia mendekat dan berkata, "Hei Tuan! jangan terlalu sombong, kami bukan penyebar bakteri. Mulut Anda yang terkena virus hingga mengotori tempat ini!"
"Lancang! Siapa kamu berani melawan saya. Kamu tahu siapa saya?"
"Kenapa harus takut? Pemiliknya saja mengizinkan kami bermain di sini, kenapa Anda yang sewot!"
"Belum tahu dia siapa saya!"
Bara mendekati Dirta dan dia sudah mengangkat tangannya, saat tiba-tiba Mirna datang dan menahan tangan Bara.
"Jangan sembarangan memukul Tuan! Mereka masih muda, jadi di maklumi."
"Dirta dan kamu Artha, pergilah cari Arga. Sebentar lagi jam makan siang, tadi Papa Arga telepon akan segera sampai!" ucap Mirna sambil menghempaskan tangan Bara.
"Wanita sialan! Kamu siapa, berani melawan ku!"
"Maaf, aku cuma wanita kampung. Tapi, jika ada yang semena-mena terhadap anak-anakku, aku tidak akan tinggal diam," ucap Mirna sembari meninggalkan Bara.
Bara makin kesal, lalu dia menelepon ibu Fras, yang saat ini masih di rawat.
"Hallo Tan, kenapa di rumah Tante banyak pembantu baru yang sangat mengesalkan. Mereka sangat tidak sopan, berani membantah omongan saya."
"Siapa maksudmu Bar? Aku tidak mempekerjakan pembantu baru, lagipula untuk apa? Tidak ada yang akan mereka layani di sana."
"Serius Tan, ada 3 anak laki-laki dan seorang wanita setengah baya."
"Kamu jangan buat aku tambah pusing Bar, coba kamu cari tahu siapa mereka! Barangkali, selama saya tidak di rumah, para pembantu membawa keluarganya."
"Ya sudah Tan, aku akan cari tahu dulu."
Bara pun menutup panggilan, lalu dia bergegas masuk mencari pembantu.
Dengan berteriak, Bara pun memanggil pembantu, tapi tidak ada yang datang karena sibuk dengan tugas masing-masing di dapur dan di halaman rumah.
Mirna yang mendengar hal itupun keluar dari kamarnya, "Bisa tolong sopan Tuan! Pembantu juga manusia, sama seperti Tuan. Jadi, tolong hormati mereka. Tuan bisa panggil mereka secara baik."
Bara makin kesal, lalu dia menghampiri Mirna, "Jangan sok menggurui Saya, kamu cuma pembantu di sini!"
"Siapa yang bilang dia pembantu!"
Bara, Cinta dan Mirna pun terkejut, saat mendengar suara keras menggelegar, membantah omongan Bara.
Fras datang bersama Arga, Dirta dan juga Artha.
"Mereka bukan pembantu, dia istriku dan ini putraku!" ucap Fras sambil menunjuk ke arah Mirna dan Arga.
"Jangan sembarangan menghina Bar, ini rumahku dan kamu tidak berhak untuk mengatur apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan di sini!"
"Hahaha....bercanda kamu Mas Fras? Kapan kamu menikah? Kok sudah memiliki anak sebesar itu! Aku tidak merasa, pernah kamu atau Bibi undang."
"Itu urusanku, nggak ada yang perlu aku jelaskan sama kamu Bar! Jika ada yang berani menghina mereka, silahkan keluar dari rumah ini!"
"Mas Fras...Mas Fras, kelamaan tinggal di kampung, makanya kamu ikut ketularan kampungan."
"Sudahlah Kak, jangan buat keributan di sini. Hormati Kak Fras, hormati juga pilihannya," ucap Cinta.
"Jika kamu tidak senang, silakan...pintu rumah terbuka lebar," ucap Fras sambil menunjuk ke arah pintu.
"Ayo anak-anak, kalian bersihkan badan dan kita akan makan siang!"
"Mir, bersiaplah! Kita akan makan siang di luar! Selera makanku ku sudah hilang, mungkin dengan melihat pemandangan luar, nafsu makan ku akan kembali."
"Baik Mas."
"Maaf Bar, aku akan keluar bersama keluargaku. Kamu boleh tetap di sini jika mau!"
Setelah mengatakan hal itu, Fras pun naik ke lantai atas. Dia sangat kesal karena Bara anak dari sepupunya tidak menghargai Mirna dan Arga. Malah memperlakukan mereka seperti pembantu.
Bara kembali menelepon ibu Fras dan dia menceritakan semua yang terjadi.
Ibu Fras syok, beliau tidak menyangka jika para pembantu yang di katakan oleh Bara adalah menantu dan cucunya.
Kemudian beliau menelepon Fras, untuk meminta penjelasan.
Fras mengatakan jika mereka baru tiba dan besok akan ke rumah sakit untuk menjenguk sang mama.
"Dasar penjilat, pasti ulah Bara!" monolog Fras.
Fras buru-buru ke kamar Arga, lalu mengajak mereka turun. Mirna pun sudah bersiap, hanya tinggal menunggu anak-anak saja.
Bara yang masih berada di rumah itu, mencari tahu dari para pembantu tentang Mirna dan anak-anak, tapi mereka tidak ada satupun yang mau berkomentar.
Mereka tahu bagaimana sifat Bara, yang kerjanya hanya memanfaatkan dan mencari muka.
Lebih baik mereka melindungi Tuannya, ketimbang bersekongkol dengan Bara yang sombong dan juga arogan.
Fras, Mirna dan anak-anak pun berangkat. Siang ini Fras akan memberikan kejutan untuk Mirna. Dia harus gerak cepat sebelum Bara bertindak yang merugikan dirinya. Dengan ulah Bara, bisa saja sang Ibu menentang pernikahannya.
"Om, itu tadi siapa sih? Kenapa gayanya songong amat?" tanya Dirta.
"Biasa Dek, penjilat. Belum kenyang selama ini telah memanfaatkan ibuku."
"Oh...ternyata kedudukannya lebih parah dari kita. Kita miskin, tapi masih punya harga diri. Lah, dia kaya modal menjilat," timpal Artha.
Mereka pun tertawa, Fras mengacak rambut ketiganya yang sudah seperti anak-anaknya sendiri.
"Ternyata kehidupan orang kaya serem ya Om, saling sikut dan sikat. Lebih adem ayem kehidupan kita di kampung," ucap Artha.
"Lah iya, di kampung apa yang mau disikut dan disikat, hidupnya hampir sama pas-pasan, cuma para petani."
"Kalau mau ya silakan, tanamin tuh jurang dan hutan belantara bila ingin kaya."
"Kalian bisa saja, ayo kita turun! Bukankah kalian sudah pada lapar?"
"Iya Om," jawab Artha dan Dirta.
"Pa, Arga jadi nggak enak tinggal di rumah nenek, nanti mereka pikir kita akan menguasai semua," ucap Arga.
"Kenapa? Itu semua hak Papa. Mereka sudah terlalu kenyang, kini saatnya kita yang menikmati dan mengelola."
"Papa sudah beri mereka kesempatan berpuluh tahun, mengeruk harta keluarga. Jadi, kamu nggak perlu takut, jika berani menyakiti kalian, papa nggak akan segan, menendang mereka keluar dari perusahaan."
"Jadi, ini salah satu alasan Papa memilih tinggal di kampung?"
"Iya, tapi sekarang memang sudah waktunya untuk kembali. Keserakahan mereka harus segera di hentikan. Sebenarnya Papa malas, tapi ini amanah nenek, permintaan terakhir beliau."
"Ayo kita masuk! duduk di sebelah ujung saja, kelihatannya di sana lebih luas dan enak untuk nyantai. Ayo Mir!"
"Iya Mas."
Saat mereka menunggu makanan yang dipesan, Fras pun memberi kode kepada pemain musik untuk menghibur mereka.
Ini kesempatannya untuk mengajukan lamaran terhadap Mirna, mama Arga.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Dewi Nurlela
emang brp usia mama Arga dan papa fras thor
2023-07-25
0
dementor
lanjut author.. semangat ya.. don't give up!!!
2023-03-04
0