"Wah, kamu hebat Ga. Baru mulai, sudah langsung dapat banyak. Rezeki anak sholeh ya 'kan?"
"Rezeki untuk mama ku teman. Kita temui Mama ku dulu ya, setelah itu baru pergi menjual hasil pencarian kita," ajak Arga.
"Ayo, kami juga ingin kenalan dengan Mama mu. Pastinya cantik, kamu saja tampan," ucap Athar.
"Kalian bisa saja. Ayo buruan!"
Ketiga sahabat kecil itupun berjalan kepayahan karena karung yang mereka bawa berisi penuh dengan barang-barang hasil mulung.
Dari kejauhan, Arga melihat sang mama sudah bangun, "Alhamdulillah, itu mamaku!" tunjuk Arga.
"Pasti beliau sedang mencarimu Ga. Lihat, beliau celingukan, seperti orang kebingungan."
"Iya teman."
Melihat Arga datang, Mirna pun merasa lega. "Dari mana kamu Nak! Mama khawatir lho."
"Arga pergi mencari ini Ma, lumayan bisa untuk beli makanan kita nanti malam."
Mirna menangis melihat nasib anaknya. Keegoisan Gisella dan Rendi, telah membuat Arga, bocah sekecil itu terpaksa harus memulung demi mendapatkan uang untuk membeli makanan.
"Mama jangan nangis dong! Kita pasti bisa Ma, meski tanpa mereka."
"Iya Tante, Arga benar."
"Arga hebat lho Tan!"
"Kalian siapa?"
"Oh ya Ma kenalkan, ini teman-teman Arga."
"Salam kenal Tante," ucap Athar dan Dirta serempak.
"Obatnya sudah di minum Ma?"
"Sudah."
"Ma, sekarang kita ikut mereka. Arga dan teman-teman mau menjual barang-barang ini dulu dan setelah itu baru kita membuat gubuk kecil untuk tidur."
"Di mana? Apa ada yang mau memberi kita tumpangan Ga?"
"Tante jangan khawatir, banyak kok yang tinggal di sana!" sahut Athar.
"Iya Tan, ayo kita berangkat, nanti keburu senja!" ajak Dirta.
Merekapun beranjak meninggalkan tempat tersebut dan Mama membantu Arga serta teman-temannya secara bergantian mengangkat karung mulung yang lumayan berat isinya.
Sesampainya di tempat penampungan barang bekas, Dirta pun menemui Om Fras, pemilik usaha tersebut.
"Selamat sore Om?"
"Hei, kalian! wah...ada teman baru rupanya."
"Iya Om, kenalkan...namanya Arga dan itu ibunya."
"Salam kenal Dek, Bu. Selamat datang di keluarga besar pemulung," sapa Om Fras.
"Salam kenal juga Om. Oh ya Om, kami mau menjual barang-barang ini. Saya 'kan pemula dan belum tahu bagaimana caranya."
"Oh, kalau adek mau dapat hasil penjualan lebih banyak, barang-barang harus dipilah Dek! Misal, besi sendiri, tembaga, plastik, kardus, kertas dan lain-lain. Untuk kertas saja banyak macam, dari mulai kertas ubi, koran, dan kertas yang putih seperti ini!"
"Gitu ya Om. Tapi, hari ini saya butuh uang cepat untuk membeli makanan dan tentunya tidak sempat memilah lagi Om. Bukankah tempat ini sudah mau tutup? Nggak apa-apa deh Om, pukul rata saja, terserah Om, berapa mau menghargai barang-barang ini. Dan hasil Pencarian besok, baru saya sortir sesuai jenisnya," ucap Arga.
"Kalau nggak, begini saja Dek, Om pinjamkan dulu kamu uang untuk beli makanan dan tinggalkan saja barang-barang itu di sini, besok kamu bisa menyortirnya."
"Wah, Om baik banget, kalau begitu terimakasih banyak ya Om."
Frans mengangguk, lalu dia bertanya, "Kalian tinggal dimana?"
"Rencananya mau ikut tinggal bersama Dirta dan Artha Om. Soalnya untuk saat ini kami belum ada tempat tinggal."
Mendengar hal itu, Fras iba. Kemudian Fras pun bertanya, "Ibu kamu bekerja dimana Dek?"
"Nggak kerja Om."
"Apa mau bekerja di sini?"
"Kerja apa Om?"
"Saat ini Om butuh tenaga untuk membantu memilah barang-barang rongsokan itu," tunjuk Om Fras ke tumpukan barang-barang yang ada di dalam gudangnya."
"Mau Om, Mama pasti mau! Tapi, saat ini mama sedang sakit Om," jawab Arga sedih.
"Kalau nanti sudah sembuh, datang saja kesini Ga! Om butuh tenaga dua orang. Yang satu besok sudah masuk."
"Terimakasih Om. Arga tanya mama dulu ya Om!"
Arga bersyukur, ada saja jalan keluar di saat mereka sedang kesulitan.
Arga mencari sang Mama yang saat ini sedang melihat-lihat di luar gudang.
"Ma, Om Fras membutuhkan karyawan untuk membantu sortir. Apa Mama bisa?"
"Mau Nak, Mama mau," jawab Mirna bersemangat.
"Tapi 'kan Mama sedang sakit? Arga nggak mau sakit Mama tambah parah."
"Besok juga sembuh Ga, tadi kan sudah minum obat!"
Syukur ya Ga, kita bertemu dengan orang-orang baik seperti mereka."
"Iya Ma, kalau begitu ayo kita masuk dan bilang ke Om Fras jika Mama bersedia bekerja."
"Ayo Nak!"
Fras lagi ngobrol dengan Dirta dan juga Athar, sepertinya mereka sangat akrab, sudah seperti Omnya sendiri.
Saat melihat Mirna masuk, Fras pun bertanya, "Bagaimana Bu, apakah Ibu bersedia bekerja di sini? Memang sih gajinya tidak besar, tapi jika rajin dan hasil kerja ibu bagus, saya akan beri tambahan bonus," ucap Fras.
"Mau Mas, terimakasih telah menawari saya pekerjaan. Saat ini, kami memang sedang butuh uang Mas, biarlah nggak besar, yang penting nggak membebani putra saya. Kasihan dia, masih kecil sudah harus memikul tanggung jawab untuk mencari uang."
"Kalau begitu, lusa saja ibu datang, besok istirahat dulu, agar pulih kesehatan ibu, soalnya Arga bilang, ibu sedang sakit."
"Iya, tapi sudah enakkan kok, besok juga sembuh."
"Baiklah, mudah-mudahan cepat sembuh ya Bu.
"Oh ya Ga, ini uangnya! cukup 'kan?"
"Terimakasih Om, ini lebih dari cukup."
"Oh ya Om, kalau begitu kami permisi ya. Kami mau mencari spanduk bekas untuk membuat gubuk buat Arga dan ibunya, nanti keburu malam.
"Itu, Om punya satu, ambillah jika bisa digunakan."
"Pasti bisa Om. Kami ambil ya Om," ucap Athar.
Merekapun pamit, lalu Dirta dan Athar mengajak Arga dan mamanya ke kolong jembatan di mana keluarganya tinggal.
Ternyata banyak yang tidak memiliki rumah, bahkan bayi pun ada yang ikut tinggal di sana.
Dirta memperkenalkan Arga dan Mirna kepada para ibu yang ada di sana. Mereka semua sangat ramah hingga membuat Mirna dan Arga merasa tidak sendirian hidup susah, di dunia ini.
Ternyata Mirna dan Arga masih lebih beruntung dibandingkan teman yang lain, setidaknya Mirna dan Arga pernah merasakan hidup serba ada.
Dirta, Artha beserta keluarganya bergotong royong mendirikan gubuk untuk Mirna dan Arga, kebetulan ada yang masih menyimpan spanduk bekas, hingga mereka tidak perlu mencarinya lagi.
Untuk tonggaknya, mereka memotong dahan pohon yang tumbuh di dekat tempat tersebut.
Gubuk untuk Arga pun akhirnya selesai dan malam ini, Mirna beserta Arga sudah bisa beristirahat dan tinggal di sana.
Mengenai tempat mandi dan pembuangan, untuk sementara mereka menggunakan sumur umum, yang ada di lingkungan masjid.
Meski dengan tempat tinggal seadanya, Mirna dan Arga bisa tidur dengan nyaman. Tidak dihantui rasa takut lagi, karena penyiksaan yang dilakukan oleh Gisella dan juga Rendi.
Sepeninggal Mirna dan Arga, Gisella dan Rendi mengadakan pesta. Mereka sudah sah menjadi pewaris harta Riko.
Gisella tidak akan membiarkan Mirna dan Arga kembali untuk merampas apa yang sekarang dia dan putranya miliki.
Untuk mengamankan harta Riko, Gisella membalik nama beberapa aset atas namanya dan juga atas nama Rendi.
Dan mengenai keluarga Riko, tentu saja mereka mendukung yang Gisella lakukan, karena mereka tidak tahu siapa pewaris yang sesungguhnya.
Sejak itu, hidup Gisella dan Rendi berubah total, mereka bergelimang harta yang seharusnya menjadi hak Arga sebagai pewaris sesungguhnya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
dementor
tunggu pembalasan kalian berdua wahai duo benalu.. kagak punya malu,milik orang elo embat.. dasar benalu bin parasit..
2023-03-04
2
sri dilapanga
lanjut Thor
2022-12-11
1