Selama mereka tinggal bersama, Gisella tidak berani mengusik Mirna karena Riko telah memberinya ultimatum.
Jika sampai Gisella mengusik kehidupan rumahtangga Riko dan Mirna, maka Riko tidak akan segan untuk mengatakan rahasia yang selama ini mereka tutup.
Bahkan Riko siap mengadakan konferensi pers dan menunjukkan semua bukti, termasuk hasil tes DNA Rendi yang bukan putranya, jika itu dibutuhkan.
Kehidupan rumahtangga Riko bersama Mirna berjalan mulus, Mirna mencintai Rendi bagaikan anaknya sendiri, dan dia tidak pernah menganggap jika Gisella dan Rendi merupakan penghalang bagi kebahagiaannya.
Setahun setelah pernikahan, Mirna dinyatakan hamil, tentu saja kabar tersebut membuat Riko sangat bahagia, kehidupannya semakin lengkap dengan kehadiran calon putra kandungnya.
Awalnya semua baik-baik saja sampai Arga, putra kandung Riko, lahir. Gisella pun menjadi uring-uringan, dia iri dan merasa kedudukan Rendi di hati Riko akan tergantikan oleh kehadiran anak Mirna.
Padahal, Riko sama sekali tidak pernah membedakan kasih sayangnya terhadap kedua putranya itu. Apalagi selisih usia keduanya terpaut cukup jauh. Rendi berusia 8 tahun saat Arga dilahirkan.
Bibit-bibit kebencian terus ditanamkan Gisella ke dalam hati Rendi, hingga Rendi terbiasa dengan sifat iri serta dengki.
Rendi menganggap Arga sebagai saingan serta ancaman, makanya dia selalu berusaha mencelakai Arga setiap kali ada kesempatan.
Awalnya Mirna dan Riko menganggap semua itu hal yang biasa, tapi ketika Rendi berusia 15 tahun dan tindakannya makin menjadi, Riko tidak bisa mentolerir lagi.
Riko memutuskan, untuk memindahkan Rendi ke sebuah pondok pesantren agar mendapatkan bimbingan ilmu agama serta tata krama, bagaimana mencintai orangtua dan juga adiknya.
Karena merasa putranya diasingkan, Gisella pun tidak terima. Dia marah dan mengatakan jika Riko tidak adil dan bersikap seperti itu karena hasutan dari Mirna yang ingin menyingkirkan Rendi serta dirinya dari kehidupan Riko.
Hampir setiap hari pertengkaran pun terjadi, Mirna dan Arga selalu jadi korban kemarahan Gisella. Apalagi, ketika Riko sedang pergi bekerja.
Mirna yang sudah tidak tahan dengan perlakuan Gisella, meminta izin kepada Riko untuk keluar dari rumah itu.
Namun, Riko menolak dan dia berjanji, setelah pulang dari Kalimantan, Riko akan menyelesaikan semuanya.
Dia akan mengungkap kepada kedua pihak keluarga, siapa sebenarnya Mirna dan Arga. Serta memberitahu tentang pernikahannya dengan Gisella yang hanya sebatas di atas kertas saja.
Malang tak dapat ditolak dan takdir Tuhan pun berkata lain. Riko mengalami kecelakaan pesawat dan jasadnya dinyatakan hilang di lautan lepas sebelum dia sempat mengatakan kebenaran tentang pernikahannya.
Sebulan, dua bulan, hingga berbulan-bulan, Mirna dan Arga selalu berharap Riko akan kembali dan hidup bahagia bersama mereka lagi.
Dengan sabar Mirna serta Arga menunggu keajaiban dan tidak mau pergi dari rumah Riko meski siksaan demi siksaan mereka terima.
Gisella bebas berkuasa, dia mengambil alih kepemimpinan perusahaan Riko, dan mengeluarkan Rendi dari pondok pesantren.
Status Gisella dan Rendi kuat di mata hukum dan merekalah pewaris semenjak Riko tiada.
Sementara Mirna dan Arga tidak mampu berbuat apa-apa di bawah kendali Gisella. Apalagi Mirna yang memang tidak peduli dengan harta, dia hanya ingin suaminya kembali ke sisinya.
Arga yang masih kecil, tidak bisa membela hak mamanya. Mirna hanya bisa pasrah, saat Gisella menjadikannya pembantu di rumahnya sendiri.
Mereka diizinkan tinggal dan makan, jika Mirna setiap hari menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Jika tidak, hanya nasi dan garam saja yang Gisella berikan untuk Mirna dan juga Arga.
Mirna bisa menerima penyiksaan atas dirinya, tapi dia tidak bisa melihat Arga di siksa di depan matanya.
Arga yang masih kecil, kerapkali dipukul dan tidak di beri makanan yang layak. Bahkan, kaki Arga juga disiram air panas saat dia lapar dan mengambil makanan milik Rendi.
Rendi juga sering menyiksa Arga, dia menyulut tubuh Arga dengan puntung rokok.
Sejak Rendi pulang, rumah itu makin seperti neraka bagi Mirna dan Arga.
Rendi bersama teman-temannya bebas melakukan apa saja tanpa sepengetahuan Gisella yang sedang sibuk mengambil alih perusahaan Riko.
Arga mencoba melawan dan membela Mirna saat Gisella dan Rendi memaksa mamanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah disaat sedang sakit.
Alhasil, Arga kembali mendapat siksaan. Mirna yang tidak tahan melihatnya, mengamuk, mendorong dan memukul Gisella serta Rendi hingga membuat keduanya mengusir Mirna dan Arga meski mereka masih dalam keadaan sakit.
Mirna minta maaf dan dia memohon di kaki Gisella agar mereka tidak diusir. Tapi, Gisella tidak peduli, dia memaksa dan menyeret Mirna serta Arga keluar dari rumah tanpa membawa apapun.
Bahkan, perhiasan hasil Mirna bekerja menjadi TKW serta pemberian Riko sebagai Mas kawin, di rampas paksa oleh Gisella.
Arga yang melihat mamanya diperlakukan sangat buruk hanya bisa menangis sambil memandang kedua ibu dan anak itu dengan rasa dendam.
Gigi Arga gemeretak dan kedua tangannya mengepal karena menahan amarah. Arga berjanji di dalam hatinya, suatu saat dia akan membalas perlakuan Gisella dan juga Rendi.
Kemudian Arga mengajak sang Mama untuk pergi dari rumah Riko, karena tidak ada gunanya lagi mereka tinggal di sana.
Daripada terus-terusan mendapatkan caci maki serta siksaan, lebih baik mereka pergi dan menata hidup meski belum tahu akan kemana dan apa yang akan mereka lakukan untuk bertahan hidup.
Mirna dan Arga pun pergi dengan hanya membawa sehelai baju yang ada di tubuh mereka.
Keduanya berjalan tak tentu arah, mengikuti langkah kaki sampai di mana rasa letih akan membawa mereka berhenti.
Mirna yang sedang sakit, berjalan semakin lambat sambil menggandeng Arga. Dan rasa lapar, tidak Mirna pedulikan lagi, yang terpenting mereka harus mendapatkan tempat untuk bernaung sebelum malam tiba.
Air mata menetes di kedua sudut mata Mirna saat dia menatap tubuh mungil Arga yang terseok-seok, berjalan sambil menahan sakit pada kakinya.
Arga yang melihatnya pun berhenti, lalu bertanya, "Kenapa menangis Ma?" tanya Arga yang menatap Mirna sambil mengerjapkan mata bulatnya.
Wajah Arga jadi mengingatkan Mirna kepada Riko. Memang keduanya seperti pinang di belah dua. Hanya matanya saja yang mirip dengan Mirna. Hidung dan yang lainnya sama persis seperti milik Riko.
Mirna menyentuh wajah Arga dan kembali air mata pun menetes. "Seandainya Papa kamu masih hidup, kamu tidak akan menderita Nak! Kita tidak mungkin tinggal di jalanan seperti sekarang!"
"Iya Ma. Mama tenang saja ya, Arga akan bekerja membantu Mama. Arga akan menjaga dan melindungi Mama seperti saat Papa ada bersama kita."
Mirna berlutut dan mencium wajah mungil Arga sambil tak kuasa menahan tangis. Arga pun membelai wajah Mirna, lalu dia mengelap air mata sang Mama dengan kedua ibu jarinya dan menyunggingkan sebuah senyuman yang sangat manis.
Lalu Arga mengelap sisa air matanya sendiri dengan lengannya dan berkata, "Mama jangan nangis lagi ya! Arga sayang Mama."
Mirna pun memeluk Arga, dia berjanji akan mendidik Arga menjadi orang baik seperti Riko.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
perjuangan ✅
dia sebagai istri yg di cintai harus tegas ngapain takut sama parasit,, yg paling berhaq arga dan ibu nya..
2023-06-27
0
Dwi
mengharuka
2023-02-19
0
Patimah Atim
😭😭😭😭
2023-01-26
1