Saat pemain musik sudah selesai dengan satu lagu, Fras pun mengeluarkan sesuatu dari dalam kantongnya.
Lalu Fras pun berlutut di hadapan Mirna sambil membuka kotak kecil yang ternyata berisi cincin berlian.
Fras meminta Mirna untuk menjadi istrinya dan sekaligus meminta persetujuan dari Arga.
Mirna, Arga, Dirta dan Artha terkejut, mereka tidak menyangka jika makan siang ini merupakan kejutan untuk Mirna.
Arga tersenyum saat Fras dan Mirna menunggu jawabannya. Tentu saja Arga tidak menolak, sebab melihat mamanya menikah lagi adalah impian Arga sejak dulu.
Dia ingin sang mama kembali memikirkan kebahagiaannya. Arga tidak mau sang mama terus meratapi kematian papanya. Hidup terus berjalan, semua orang berhak bahagia termasuk sang mama.
Mendapatkan anggukan dari Arga, Fras pun merasa lega, sambil tersenyum dia memasangkan cincin ke tangan Mirna.
Kini kebahagiaannya sudah lengkap, Arga dan Mirna bukan lagi keluarga bohongan bagi Fras.
Arga, Artha dan Dirta sangat senang, mereka saling berpelukan dan mengucapkan selamat untuk Fras dan juga Mirna.
Lalu Fras menjelaskan jika pernikahan akan dilangsungkan besok pagi di kantor KUA saja, sesuai dengan permintaan Mirna. Baru setelah itu mereka akan menjenguk ibu Fras di rumah sakit.
Saat ini semua sedang bahagia dan kebahagiaan itu mereka rayakan dengan menyantap hidangan yang sudah terhidang.
Fras dan Mirna senang melihat anak-anak makan dengan lahap, setelah ini mereka akan jalan-jalan memutari kota.
Dirta dan Artha pun sangat gembira, akhirnya mereka akan bisa melihat hiruk pikuknya kota Jakarta.
Sebelum berkeliling, Fras mengajak mereka pergi ke butik, membeli baju untuk keperluan akad besok.
Namun, kebahagiaan mereka terusik, gara-gara bertemu Bara serta adiknya di sana.
"Eh, bertemu pasangan palsu!" celetuk Bara.
Fras hendak menyamperin dan membantah Bara, tapi Mirna menarik lengannya, "Jangan Mas! kita abaikan saja. Biarkan dia mau ngomong apa, yang penting kita jangan terpancing. Malu, ribut di tempat umum."
"Iya Bu, tapi nggak tahan juga dengar omongannya yang pedas itu," timpal Dirta.
"Ayo kita di bagian sana saja, Mas!" ajak Mirna untuk menghindari perdebatan.
"Iya Pa, di sana juga bagus-bagus bajunya," timpal Arga.
Mereka pun pergi ke tempat yang Mirna tunjuk, tapi dasar resek, Bara pun sengaja ikut ke sana.
Artha, Dirta dan Arga yang kesal melihat ulah Bara, saling memberi kode. Mereka pamit pergi ke kamar mandi.
Sesampainya di luar, ketiganya bukan ke kamar mandi tapi ke parkiran, Arga yang ingat nomor plat mobil Bara, memberitahu teman-temanya.
Mereka menyebar, mencari mobil berplat nomor yang Arga berikan.
Dirta menemukan mobil tersebut, lalu dia menghubungi Artha dan juga Arga.
Mereka bertiga sepakat untuk mengempiskan ban mobil tersebut. Ketiganya ingin memberi pelajaran kepada pria resek seperti Bara.
"Artha, kamu kempiskan ban depan, aku ban belakang dan kamu Ga, lihat-lihat ya! barangkali ada security sedang patroli."
"Oke," jawab Artha serentak bersamaan dengan Arga.
Setelah berhasil, ketiganya pun kembali menemui Fras dan Mirna.
"Dari mana kalian Nak? ke toilet kok lama banget?" tanya Mirna.
"Iya Ma, kami keliling lihat sepatu."
"Oh, kamu mau beli sepatu Ga?"
"Nggak kok Pa, cuma lihat-lihat saja."
"Ajak Dirta dan Artha, kalian pilih yang mana suka, nanti biar Papa yang bayar."
"Hore!!!" seru Artha dan Dirta.
Fras dan Mirna tertawa melihat anak-anak begitu gembira.
Ketiganya berlari ke bagian stand sepatu, mereka memilih apa yang masing-masing suka.
Bara ternyata ada di sana dan dia berkata, "Wah, anak-anak kampung, mencari kesempatan. Nebeng, mumpung bisa gratis!"
Arga, Dirta dan Artha mengepalkan kedua tangan mereka sambil menggeretakkan gigi. Lama kelamaan di sana mereka bisa hilang kesabaran.
Arga memberi kode agar mereka menghindar, tapi Bara malah ngomong ke kasir jika harus waspada terhadap ketiganya.
Dirta yang panas hendak memukul Bara, tapi Arga mencegah.
Saat pramuniaga memeriksa mereka, Fras pun muncul.
"Ada apa ini! Kalian pikir anak-anak saya pencuri! Jangan sembarangan, jika kalian tidak melihat langsung. Saya bisa tuntut kalian dengan tuduhan pencemaran nama baik."
"Tapi Pak! Tadi ada yang beri info ke kami untuk berhati-hati terhadap ketiga pemuda ini."
"Masih info 'kan, bukan bukti! Harusnya kalian jangan percaya begitu saja. Sekarang panggil penanggung jawab di sini. Saya tidak terima kalian perlakukan anak-anak saya seperti ini!" ucap Fras.
"Ada apa ini ribut-ribut?"
"Eh Pak! tadi ada laporan dari pelanggan, kami harus berhati-hati kepada ketiga pemuda ini, ternyata itu fitnah Pak! Kami mau minta maaf kepada Bapak ini."
"Saya tidak terima, mereka anak-anak saya. Jika saya mau Mall ini bisa saya beli!" ucap Fras dengan nada tinggi.
"Maaf Pak, maafkan kesalahan kami," ucap kedua pramuniaga.
"Saya selaku penanggung jawab tempat ini mewakili mereka. Saya minta maaf Pak!" ucap penanggung jawab Mall tersebut.
"Eh...kamu Hans!" ucap Fras sambil mengacungkan telunjuknya.
"Kamu!"
"Aku Fras, alumni SMA Taruna."
"Fras..." ucap Hans sambil memeluk sahabatnya.
"Kamu bekerja di sini?"
"Iya, sejak lulus dan sampai sekarang. Ayo kita ngopi dulu sambil reunian. Bawa istri dan anak-anak kamu."
"Kalian, lain kali hati-hati, jangan asal tuduh. Untung Bapak ini teman sekolah saya, jika tidak kalian bisa kehilangan pekerjaan."
"Maaf Pak, tolong maafkan kami."
"Ya sudah, bekerjalah kalian baik-baik."
"Terimakasih Pak."
"Ayo Mir, Arga, Dirta dan kamu Artha, perkenalkan ini teman sekolah saya."
"Oh ya, maafkan karyawan saya ya Dek, sudah menuduh kalian sembarangan."
"Nggak apa-apa Pak," jawab Arga, Dirta dan Artha serempak.
Mereka pun di jamu oleh Hans, sementara Bara yang akan pulang, kaget saat melihat kedua ban mobilnya kempis.
Karena kesal, Bara menendang ban mobilnya sendiri dan dia kesakitan.
Akhirnya Bara menelepon pihak bengkel untuk mengganti ban mobilnya dan dia terpaksa pulang naik taksi karena ada urusan penting.
Hans mengundang Fras sekeluarga untuk datang ke rumahnya minggu depan, dia mengadakan pesta pernikahan putrinya.
Fras pun berjanji akan hadir di pesta tersebut dengan mengajak Mirna beserta Arga dan teman-temannya.
Karena hari telah malam, Fras pun pamit. Mereka, masih harus membeli kebutuhan lain untuk acara pernikahannya besok.
Fras mengajak Mirna ke toko perhiasan dan membeli seperangkat sebagai mahar.
Setelah itu mereka pun putuskan untuk pulang, tidak jadi keliling kota.
"Om, memangnya Bara itu kedudukannya apa di perusahaan keluarga Om, kelihatannya sombong banget?" tanya Dirta.
"Dia hanya staf keuangan dan ayahnya CEO mewakili ibu saya."
"Oh, pantaslah. Tapi seharusnya dia tidak memperlakukan Om seperti tadi. Cibirannya pedas!"
"Iya sih, biarkan saja. Toh sebentar lagi dia bakalan menunduk kepada Saya."
"Kami jadi tidak sabar Om, ingin melihatnya tunduk di depan Om," ucap Artha.
"Kalau tiba saatnya itu, kami orang pertama yang akan mengerjai dia," timpal Dirta.
"Hush, jangan seperti itu! Tidak baik mengusili orang," ucap Mirna.
"Habisnya songong banget Bu! Tadi kami sudah kempesin ban mobilnya," ucap Dirta sambil menutup mulut.
"Bagus!" timpal Fras.
"Mas, nggak baik ngedukung anak-anak seperti itu."
"Biar Mir, orang seperti itu sekali-kali perlu di beri pelajaran."
Arga, Dirta dan Artha pun senang, mereka berhasil memberi pelajaran kepada orang sombong seperti Bara.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Baki Wahi
Lanjutkan
2022-12-17
1