BAB 6. KEPUTUSAN YANG TIDAK TERDUGA

Arga sudah tiba di rumah, mereka tinggal bersebelahan dengan Fras. Fras memberikan mereka tempat tinggal yang layak dari Arga kecil hingga sekarang.

Fras telah menganggap Arga seperti putranya sendiri, meski Mirna, ibu Arga pernah menolak lamarannya.

Mirna yang melihat Arga sudah kembali merasa tenang. Soalnya, sejak Fras membebaskan Arga mengendarai motor sendiri, pikiran Mirna sering was-was, dia takut putranya kecelakaan dan ikut balapan seperti kebanyakan anak-anak muda zaman sekarang.

"Syukurlah Nak, kamu sudah kembali. Kapan ijazah kalian bisa diambil?"

"Sekitar seminggu lagi Ma!"

"Kamu mau lanjut kuliah Nak?"

"Tidak Ma, kita sudah terlalu banyak berhutang budi kepada Om Fras, Arga nggak mau merepotkan Om lagi Ma!"

"Maafkan Mama ya Nak, seandainya saja Mama masih bisa bekerja, kamu pasti bisa kuliah."

"Sudahlah Ma, nggak ada yang perlu kita sesali, mungkin nasib Arga kedepannya bisa lebih baik meski tidak harus kuliah. Yang terpenting, Mama tetap doain Arga, supaya kelak bisa jadi orang sukses dan bisa menyenangkan Mama di hari tua."

"Mama selalu doain kamu Nak, semua yang terbaik untuk mu."

"Oh ya Ma, Om Fras lama ya di kampung?"

"Mama juga nggak tahu Nak, soalnya ibu Om Fras katanya sakit dan kemungkinan akan di bawa kesini."

"Di bawa kemari Ma! Lantas kita bagaimana Ma?"

"Memangnya kenapa Nak?"

"Bukankah ibu Om Fras selalu mendesak agar Om segera menikah? Jika benar Om menikah, apa kita masih diizinkan tinggal di sini Ma?"

"Jangan berpikir terlalu jauh Nak. Tapi, seandainya pun kita harus pergi dari sini, ya nggak apa-apa. Toh, kita sudah banyak ditolong dan diizinkan tinggal di sini cukup lama. Kita sudah sangat bersyukur, tidak tinggal di jalanan."

"Dan, itu berarti sudah waktunya kita harus mandiri kembali. Berdiri dengan kaki dan jerih payah kita sendiri."

"Tapi, Mama sekarang sakit-sakitan, nggak mungkin jika kita harus tinggal di kolong jembatan lagi Ma!"

"Jangan khawatir Nak, rezeki kita masing-masing sudah diatur. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk para hamba-Nya."

"Begini saja Ma, Dirta dan Artha katanya mau merantau ke Jakarta, bagaimana jika Arga ikut mereka. Jika nanti, Arga sudah terima gaji dan bisa ngontrak rumah, Arga akan jemput Mama."

"Tidak Nak! Mama nggak akan izinkan kamu ke Jakarta. Tetaplah tinggal di sini bersama Mama, susah senang kita hadapi sama-sama."

"Ma, Arga mohon izinkan Arga pergi Ma! Kami akan tinggal di rumah keluarga orangtua Artha, jadi mama nggak usah khawatir kami terlunta-lunta. Arga janji akan bekerja sungguh-sungguh demi kita Ma!"

"Mama bilang tidak ya tidak! Tolong Ga, jangan paksa Mama."

"Kenapa Mama melarang Arga? Tolong Ma beritahu alasannya?"

"Kamu masih ingat Ga, bagaimana dulu kita diusir, kamu disiksa? Mama nggak mau kamu bertemu mereka lagi! Sudah cukup kamu menderita Nak! Lebih baik kita menghindar selamanya dari keluarga almarhum papamu."

"Mama sudah cukup bahagia, kita hidup seperti sekarang. Jadi tolong lupakan Jakarta! Mama tidak mau, kamu menginjakkan kaki di kota itu lagi."

"Daripada melihat kamu di sakiti, lebih baik kita terlunta-lunta tinggal di kota ini!" ucap Mama sambil menangis dan meninggalkan Arga.

Arga tahu perasaan sang mama, dia sendiri masih ingat bagaimana perlakuan ibu dan saudara tirinya itu.

Perlakuan mereka masih meninggalkan bekas luka di raga maupun di dalam batin Arga, yang tidak akan pernah dia lupa seumur hidupnya.

Arga pergi ke kamar, nanti dia akan mencoba berbicara lagi dengan mamanya. Selain membalas dendam, dia memang ingin mencari perubahan nasib.

Tidak mungkin jika mereka terus bergantung hidup dengan Fras, yang tidak memiliki hubungan apapun dengan mereka.

Arga menelepon Dirta, dia memberitahu jika mamanya tidak setuju.

Jalan satu-satunya, jika nanti sang mama tidak juga memberi izin, Arga akan meminta tolong kepada kedua orangtua Artha, juga Dirta untuk berbicara kepada Mama Arga.

Baru saja Arga menutup telepon, terdengar suara Om Fras mengucap salam.

Arga buru-buru keluar kamar dan membuka pintu, terlihat Om Fras wajahnya begitu kusut seperti ada beban berat yang sedang mengganggu pikirannya.

"Eh Ga, kamu kok sudah pulang?"

"Iya Om, tadi cuma sidik jari saja. Om kenapa sudah pulang, bukankah nenek sedang sakit?"

"Iya, ada masalah yang ingin Om bicarakan dengan kalian. Nanti sore Om akan balik lagi ke rumah sakit!"

"Masalah apa itu Om?"

"Bisa panggilkan mama kamu Ga, karena ini menyangkut izin dari kalian!"

"Baik Om, sebentar Arga panggil mama dulu."

Arga pun pergi ke kamar Mirna, lalu dia mengetuk pintu, "Ma, Om Fras sudah pulang dan ingin berbicara dengan kita, katanya penting."

"Iya Ga, sebentar lagi Mama kesana. Kamu temani dulu ya, biar mama buat teh."

"Baik Ma."

Arga pun kembali ke ruang depan, lalu dia berkata kepada Fras, "Om, tunggu sebentar ya, mama sedang membuat teh."

"Iya Ga."

Arga dan Fras ngobrol.sambil menunggu Mirna.

"Oh ya Ga, kamu akan kuliah dimana? Om mau kamu kuliah di universitas terbaik di Jakarta. Tapi, apa Mama kamu mengizinkan ya Ga? Kamu kan tidak pernah tinggal jauh dari dia."

"Apa Om? Kuliah di Jakarta?"

"Iya, memangnya kamu nggak kepingin? Sayang 'kan nilai kamu bagus-bagus, Om yakin kamu bisa lolos."

"Tapi Om, darimana aku mendapatkan biayanya, lagipula harus ngekost di sana?"

"Kamu sudah ku anggap putra sendiri, jadi semua yang ku miliki adalah milikmu Ga! Aku ingin kamu mendapatkan pendidikan yang terbaik!"

"Om, terimakasih," ucap Arga sambil memeluk Fras.

Arga menitikkan air mata, dia tidak mengira jika Fras begitu menyayanginya dan juga sang Mama.

"Eh, ada apa ini! Kok main peluk dan nangis?" tanya Mirna yang datang sambil membawa 3 gelas teh manis dan kue yang di buatnya pagi tadi.

"Ini Arga, sudah besar kok masih cengeng. Ayo sini! Anak Om harus selalu tersenyum," ucap Fras sambil menghapus air mata Arga.

"Memangnya ada apa Fras? kok Arga sampai nangis?"

"Aku ingin dia mendapatkan pendidikan terbaik Mir dan aku ingin dia kuliah di Jakarta."

"Apa! Tidak Fras, Arga tidak boleh ke Jakarta. Arga akan tetap tinggal di sini bersama ku!" ucap Mirna sambil menangis.

"Eh, kamu kok nangis Mir?"

"Kamu dan aku juga akan tinggal di sana!"

"Maksud kamu apa Fras?"

"Ibu menginginkan aku untuk balik ke Jakarta. Ibuku sudah tua Mir dan dia ingin aku selalu ada di dekatnya, sebelum maut menjemput."

"Beliau menginginkan aku menikah, tapi aku bilang ke ibu, jika aku sudah memiliki istri dan anak. Maaf, jika aku lancang Mir. Aku mengatakan ke ibu jika kamu istriku dan Arga adalah putraku."

"Fras...!"

"Sekali lagi maaf Mir, aku mohon, tolong bantu aku sekali ini saja. Ibu ingin bertemu kalian dan aku berjanji akan mengajak kalian tinggal di rumahnya. Aku ingin membahagiakan ibu di saat terakhirnya," ucap Fras sambil mengatupkan kedua tangannya.

Mirna terdiam, lalu dia menatap Arga. Melihat hal itu, Fras pun berkata lagi, "Kamu tidak mau ada ikatan denganku tidak masalah, hanya berpura-pura menjadi istriku sampai ibuku menghembuskan nafas terakhirnya."

"Dokter memprediksi, usia ibu ku tidak akan lama lagi Mir. Please, bantu aku," ucap Fras lagi.

Mirna tidak tega melihat Fras memohon, walau bagaimanapun jasa Fras sudah tidak terhitung. Fras telah mengorbankan sebagian hidupnya untuk membantu membesarkan dan menyekolahkan Arga.

"Bagaimana Ga, kamu mau kuliah di Jakarta?"

"Ma, benarkah! Mama mau tinggal di Jakarta?"

Mirna pun mengangguk, "Kita akan bantu Om Fras."

"Benarkah Mir, kamu ikhlas?"

"Iya Fras. Kamu telah banyak berkorban untuk kami, masa kami tidak bisa melakukan sesuatu untuk ibumu."

"Terimakasih Mir. Tapi, bolehkah Arga memanggilku Papa? bukan apa-apa Mir, nggak mungkin kan jika Arga panggil aku Om, sementara yang ibu ku tahu, dia putraku."

Mirna kembali mengangguk, "Nggak masalah Mas Fras."

"Mir, kamu!"

"Ya iyalah, masa aku panggil Fras di depan mertua," ucap Mirna sambil tersenyum.

"Alhamdulillah, terimakasih kalian mau membantuku."

"Kami yang harusnya berterima kasih Pa," timpal Arga.

Ketiganya pun tertawa. Fras sudah cukup senang meski hanya memiliki keluarga pura-pura. Baginya ada atau tidak ada ikatan antara dirinya dan Mirna tidak menjadi masalah, yang terpenting Arga tetaplah putranya.

Terpopuler

Comments

Jhon Edison Sinaga

Jhon Edison Sinaga

gswatlsj

2023-10-09

0

Patimah Atim

Patimah Atim

lanjut thoor semangat up Nya...

2023-01-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. SIKSAAN
2 BAB 2. IRI HATI
3 BAB 3. MENJADI PEMULUNG
4 BAB 4. DITAWARI PEKERJAAN
5 BAB 5. RENCANA SETELAH TAMAT SEKOLAH
6 BAB 6. KEPUTUSAN YANG TIDAK TERDUGA
7 BAB 7. OM FRAS ANAK SULTAN
8 BAB 8. MELAMAR IBU ARGA
9 BAB 9. PEMBELAAN DARI FRAS
10 BAB 10. MEMBERI PELAJARAN
11 BAB 11. PESAN TERAKHIR
12 BAB 12. PROSESI PENYELENGGARAAN JENAZAH
13 BAB 13. PERUSAHAAN DIAMBIL ALIH
14 BAB 14. CURIGA
15 BAB 15. MENYINGKIRKAN KENANGAN TENTANG MIRNA DAN ARGA
16 BAB16. MENGHADIRI PESTA
17 BAB 17. PERTEMUAN YANG TAK DIDUGA
18 BAB 18. FOKUS KE TUJUAN UTAMA
19 BAB 19. PERMINTAAN FRAS
20 BAB 20. DISERANG
21 BAB 21. TERSULUT EMOSI
22 BAB 22. MENDAPATKAN PEMBELAAN DARI REKTOR
23 BAB 23. MASIH MEMILIKI HARAPAN
24 BAB 24. TIDAK PUNYA PILIHAN
25 BAB 25. MEMBAHAS RENCANA PERTUNANGAN
26 BAB 26. MENOLAK
27 BAB 27. DISERANG DALAM PERJALANAN
28 BAB 28. TERJERAT KASUS PENYELUNDUPAN BARANG
29 BAB 29. TEKAD CINTA DAN MAMA
30 BAB 30. AMARAH BARA
31 BAB 31. RENDI TERLUKA
32 BAB 32. DUA KABAR BAIK
33 BAB 33. SHOCK
34 BAB 34. MENOLAK MENJENGUK
35 BAB 35. KEJUJURAN MIRNA
36 BAB 36. TAKDIR YANG MEMBALAS RENDI
37 BAB 37. KEKECEWAAN ARGA
38 BAB 38. TIDAK MAU MENGALAH
39 BAB 39. PANIK
40 BAB 40. MEMBUAT KERUSUHAN
41 BAB 41. SENJATA MAKAN TUAN
42 BAB 42. MENYELIDIKI
43 BAB 43. HASIL PENYELIDIKAN
44 BAB 44. MENGKLARIFIKASI MASALAH
45 BAB 45. MENGATUR PERTEMUAN
46 BAB 46. TAWA UNTUK MENUTUPI KESEDIHAN
47 BAB 47. MENGIKUTI ARGA
48 BAB 48. TIDAK MENGAKUI
49 BAB 49. TERKEJUT
50 BAB 50. KEHANCURAN HATI RIKO
51 BAB 51. MEMAAFKAN PAPA RIKO
52 BAB 52. BUTUH WAKTU SEBELUM MEMUTUSKAN
53 BAB 53. SETUJU BERTEMU
54 BAB 54. OVER DOSIS
55 BAB 55. PENGAKUAN PENYUSUP
56 BAB 56. MENJATUHKAN TALAK
57 BAB 57. AKHIR KEHIDUPAN GISELLA
58 BAB 58. PESAN RIKO (TAMAT)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
BAB 1. SIKSAAN
2
BAB 2. IRI HATI
3
BAB 3. MENJADI PEMULUNG
4
BAB 4. DITAWARI PEKERJAAN
5
BAB 5. RENCANA SETELAH TAMAT SEKOLAH
6
BAB 6. KEPUTUSAN YANG TIDAK TERDUGA
7
BAB 7. OM FRAS ANAK SULTAN
8
BAB 8. MELAMAR IBU ARGA
9
BAB 9. PEMBELAAN DARI FRAS
10
BAB 10. MEMBERI PELAJARAN
11
BAB 11. PESAN TERAKHIR
12
BAB 12. PROSESI PENYELENGGARAAN JENAZAH
13
BAB 13. PERUSAHAAN DIAMBIL ALIH
14
BAB 14. CURIGA
15
BAB 15. MENYINGKIRKAN KENANGAN TENTANG MIRNA DAN ARGA
16
BAB16. MENGHADIRI PESTA
17
BAB 17. PERTEMUAN YANG TAK DIDUGA
18
BAB 18. FOKUS KE TUJUAN UTAMA
19
BAB 19. PERMINTAAN FRAS
20
BAB 20. DISERANG
21
BAB 21. TERSULUT EMOSI
22
BAB 22. MENDAPATKAN PEMBELAAN DARI REKTOR
23
BAB 23. MASIH MEMILIKI HARAPAN
24
BAB 24. TIDAK PUNYA PILIHAN
25
BAB 25. MEMBAHAS RENCANA PERTUNANGAN
26
BAB 26. MENOLAK
27
BAB 27. DISERANG DALAM PERJALANAN
28
BAB 28. TERJERAT KASUS PENYELUNDUPAN BARANG
29
BAB 29. TEKAD CINTA DAN MAMA
30
BAB 30. AMARAH BARA
31
BAB 31. RENDI TERLUKA
32
BAB 32. DUA KABAR BAIK
33
BAB 33. SHOCK
34
BAB 34. MENOLAK MENJENGUK
35
BAB 35. KEJUJURAN MIRNA
36
BAB 36. TAKDIR YANG MEMBALAS RENDI
37
BAB 37. KEKECEWAAN ARGA
38
BAB 38. TIDAK MAU MENGALAH
39
BAB 39. PANIK
40
BAB 40. MEMBUAT KERUSUHAN
41
BAB 41. SENJATA MAKAN TUAN
42
BAB 42. MENYELIDIKI
43
BAB 43. HASIL PENYELIDIKAN
44
BAB 44. MENGKLARIFIKASI MASALAH
45
BAB 45. MENGATUR PERTEMUAN
46
BAB 46. TAWA UNTUK MENUTUPI KESEDIHAN
47
BAB 47. MENGIKUTI ARGA
48
BAB 48. TIDAK MENGAKUI
49
BAB 49. TERKEJUT
50
BAB 50. KEHANCURAN HATI RIKO
51
BAB 51. MEMAAFKAN PAPA RIKO
52
BAB 52. BUTUH WAKTU SEBELUM MEMUTUSKAN
53
BAB 53. SETUJU BERTEMU
54
BAB 54. OVER DOSIS
55
BAB 55. PENGAKUAN PENYUSUP
56
BAB 56. MENJATUHKAN TALAK
57
BAB 57. AKHIR KEHIDUPAN GISELLA
58
BAB 58. PESAN RIKO (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!