"Serius kamu Ren?"
"Iya lho Ma, ngapain juga aku bohong. Aku juga nggak mau sampai anak itu kembali dan mengusik hidup kita. Apalagi sampai ketemu Papa. Bisa hancur, apa yang telah kita peroleh selama ini Ma!"
"Tidak, mama tidak akan biarkan anak dan ibu itu sampai datang merusak kebahagiaan kita."
"Ingat Ren, kita sudah susah payah membohongi Papa dan mengatakan jika mereka mungkin sudah mati. Dan Papa akhirnya menyerah mencari mereka."
"Iya Ma, Papa dan semua perusahaan adalah milik kita, Rendi tidak akan membiarkan mereka masuk dalam hidup kita lagi.
"Kamu harus peringatkan Bara untuk berhati-hati. Bara tidak tahu dan tentunya tidak mengenal Mirna dan Arga. Pokoknya Papa cuma milik kita dan tidak akan kita biarkan siapapun mengambilnya!"
"Iya Ma"
"Kamu secepatnya lakukan penyelidikan, apa benar dia anak Mirna. Karena Fras nggak mungkin memiliki anak sebesar dia, karena kita tahu sejak dulu dia menolak menikah."
"Beres Ma! Jika memang benar dia Arga, kita harus bersiap Ma, bertempur dengan Fras dan juga Arga bersama mamanya."
"Pokoknya, kita harus singkirkan mereka sebelum papamu sadar jika anaknya masih hidup."
"Iya Ma, sudah dulu ya Ma, aku masih ada pekerjaan."
Rendi pun menutup ponselnya, lalu dia bergegas keluar, ingin memastikan apakah Fras sudah pergi dari perusahaan atau belum.
Dirta yang sejak tadi kesal melihat sikap Rendi, melampiaskannya dengan menendang tong sampah. Sampahpun akhirnya berserakan di dekat pintu masuk perusahaan.
"Sabar Dirta, Om juga sama kesal seperti kamu, tapi untuk saat ini kita lebih baik mengalah."
"Iya Om, tapi aku kesal banget, sombong sekali Rendi itu. Nggak ada sopannya sama orangtua."
"Sebenarnya, apa hubungan Rendi dengan nenek, hingga dia bisa menguasai perusahaan Nenek Pa?" tanya Arga.
"Ibunya adalah adik tiri dari nenek," jawab Fras.
"Oh, berarti ibunya sekongkol dengan dia."
"Ya, ibunya lah yang mengambil keuntungan dari nenek, baru setelah itu dia alihkan kepada Rendi."
"Aku jadi penasaran Pa, kepingin lihat, wanita yang tega menyakiti kakak yang telah memberi dia makan serta kedudukan."
"Kita pasti bakal ketemu dia Ga!"
"Iya Om, aku juga ingin tahu, wanita seperti apa yang memiliki anak seperti Rendi itu!"
"Pokoknya sekarang kita harus sabar. Ayo kita antar Arga ke kampus, Arga harus fokus kuliah, jangan pikirkan perusahaan."
"Tapi Pa, jika sudah di ambil alih mereka semua, papa mau usaha apa? Aku nggak mau menyusahkan Papa, lebih baik aku mencari pekerjaan bersama Rendi dan Artha."
"Kamu jangan pikirkan itu, papamu ini memiliki kemampuan bisnis, kita masih bisa membuka bisnis lain."
"Iya, Om benar."
"Ayo turun Ga, kita sudah sampai. Lihat itu kampus kamu."
"Kami tunggu di depan kampus saja ya Ga!"
"Kenapa, ayo masuk! Barangkali bisa kepincut cewek kampus. Coba lihat, cantik-cantik 'kan."
"Nggak ah, nggak percaya diri," jawab Artha.
"Iya Ga, kita cuma anak kampung yang masih pengangguran, dan mereka anak kota yang rata-rata anak orang kaya."
"Hei Ga, coba lihat! dia kuliah di sini juga."
Arga mengernyitkan dahi, lalu mencoba mengingat siapa gadis cantik yang tengah ngobrol bersama para pemuda kampus.
"Itukan Cinta!" ucap Artha.
"Ya, berarti dia kuliah di sini juga."
"Sayang ya, cantik-cantik pacarnya seperti itu!"
"Sudah, ayo kita ke ruang pelayanan, teman Papa sudah menunggu."
"Baik Pa."
Arga pun mengikuti langkah Fras, tapi dia tidak menduga jika cinta menghampirinya.
"Hei, kamu akan kuliah di sini?"
"Iya. Maaf aku pergi dulu ya. Aku mau menyusul Papa ke ruangan, untuk melakukan pendaftaran."
"Oke, selamat datang ya. Semoga kita bisa berteman nanti."
Arga hanya membalas perkataan cinta dengan menyunggingkan senyuman, lalu diapun mengejar sang Papa yang sudah masuk ke ruangan.
Fras bertemu sahabatnya yang menjadi rektor serta dosen di sana. Mereka saling peluk karena lama tak bersua.
Lalu ketiganya pun membicarakan perihal pekerjaan dan juga perihal keluarga masing-masing.
Fras memperkenalkan Arga, lalu mereka meminta bagian kemahasiswaan untuk mengurus kelengkapan dan syarat-syarat lain.
Setelah selesai, Fras pun berpamitan. Besok Arga sudah bisa aktif mengikuti perkuliahan.
Cinta melambaikan tangan saat melihat Arga keluar dan hendak meninggalkan kampus.
Arga membalas lambaian tangan cinta, karena dia tidak ingin cinta menganggapnya sombang.
Mereka tidak menduga jika seseorang memperhatikan interaksi keduanya.
Orang itu adalah Bara dan dia datang ingin menjemput Cinta. Bara akan mengajak kekasihnya itu bertemu sang Mama.
Bara memandang sinis kepada Arga, lalu dia terburu-buru menghampiri Cinta.
"Hai Sayang, asyik benar yang melambai dengan anak baru."
"Oh, Kak Bara. Dia 'kan, saudara Kakak, harusnya kakak yang menyapa.
Dia cuma saudara bawaan, jadi tidak ada hubungannya denganku.
"Nggak boleh seperti itu Kak."
"Sudahlah, ngapain juga kita bicarakan dia, ayo kita jalan!"
"Mau kemana Kak?"
"Menjumpai mama. Kamu siapkan?"
"Aku masih ada kelas, apa tidak sebaiknya nanti saja," jawab Cinta.
"Ayolah, mamaku menunggu. Kita jangan kecewakan beliau."
Sejenak Cinta berpikir, lalu diapun mengiyakan permintaan Bara.
Keduanya pun keluar kampus menuju butik yang dimiliki oleh Gisella.
Sejak Giselle mengambil alih harta Riko, dia membuka berbagai usaha. Dari mulai butik sampai bisnis perhiasan.
Sementara perusahaan induk saat itu di pegang oleh Rendi dan setelah Riko kembali perusahaan kembali Riko yang menangani hingga sekarang.
Sesekali Riko di bantu oleh Bara jika dia sedang sibuk dan juga keluar kota.
Saat ini kebetulan Riko juga ada keperluan dengan Gisella, Diapun sedang menuju Butik.
Riko lebih dulu sampai, lalu dia masuk dan menyapa para karyawan Giselle. Meskipun Riko sudah tua tapi sisa-sisa ketampanannya masih terlihat.
Saat Riko berada di pintu ruangan Giselle, Bara dan Cinta pun tiba.
"Kebetulan sekali, Papa juga di sini. Kenalin Pa, ini pacar Bara, namanya Cinta.
Cinta yang sudah mengulurkan tangan menjadi terpaku, dia tidak menyangka jika Papa Bara masih terlihat muda dan yang paling membuat Cinta terkejut adalah kemiripan wajah Riko dengan Arga.
"Hei, kenapa malah bengong, jangan bilang kamu tertarik dengan Papaku ya!"
"Kamu ada-ada saja Bara, mana mungkin gadis secantik Cinta naksir dengan orang tua," ucap Riko.
"Iya Om, maaf. Soalnya, wajah Om sepertinya nggak asing dan Om ternyata lebih muda dari yang seharusnya."
"Kamu bisa saja menghibur hati orangtua. Oh ya, mari silahkan masuk, mama Bara pasti sedang menunggu kalian."
Ketiganya pun masuk dan Gisella yang melihat sang suami datang langsung menghampiri dan bertanya, "Lo, ada angin apa nih, papa bela-belain datang ke sini?"
"Ada laporan yang ingin Papa pertanyakan kepada Mama dan Rendi."
Wajah Gisella pun berubah pucat, dia berharap tidak akan ada hal serius yang bakal Riko pertanyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Puspita Dewi
wah... ternyata riko masih hidup
jd gimana tuh ya
mama arga dah nikah lagi sm fras
2023-04-08
0