"Jadi kita harus bagaimana Ga?" tanya Dirta.
"Saat ini aku juga belum memiliki ide Ta. Mau menyusup dengan melamar kerja di sana tidak mungkin, karena bakal ketahuan."
"Iya, kamu benar Ga, orang itu terlanjur melihat dan mengenali kita."
"Aku punya ide Ga, bagaimana jika kita selidiki dulu dengan mendekati karyawan di sana. Barangkali kita bisa minta bantuan mereka untuk menjebak pria sombong itu. Kita tunggu kelengahannya, baru masuk untuk memeriksa apakah surat pengalihan itu benar atau palsu."
"Boleh juga Tha, untuk sementara hanya itu yang bisa kita lakukan."
"Eh...ngomong-ngomong, gadis cantik itu perhatian banget sama kamu Ga. Jangan-jangan dia naksir kamu," ucap Dirta.
"Ngaco kamu Dir! Aku bisa kena gampar sama cowoknya jika sampai itu terjadi."
"Benar Ga, gadis itu terlalu baik dan lembut, jadi sangat tidak cocok dengan pemuda sombong serta culas itu," timpal Artha.
"Ah kalian, dia cinta dan merasa cocok, kok malah kita yang tidak setuju. Ayo kita istirahat, biar nggak mengantuk nanti malam saat menghadiri pesta," ajak Arga.
"Oke, mudah-mudahan nanti malam pestanya asyik dan kita menemukan jodoh di sana."
"Ngaco kalian! kerja saja belum, sudah mikir jodoh! sudahlah ayo kita tidur."
Ketiganya pun memejamkan mata, dan akhirnya tertidur.
Mereka terbangun menjelang senja, lalu bersiap untuk melaksanakan ibadah sebelum berdandan untuk berangkat ke pesta.
Setelah selesai menjalankan ibadah, Mirna dan Fras juga bersiap. Mirna mengenakan gaun pesta pemberian Fras berikut perhiasan mewah.
Saat Arga melihat sang Mama tampil begitu cantik dan tersenyum sambil menggandeng lengan Fras, diapun merasa terharu. Harapannya untuk melihat sang Mama bahagia sudah terkabul.
Mereka pun bergegas pergi karena pesta pasti sudah di mulai. Arga, Artha dan juga Dirta senang, ini kali pertama mereka menghadiri pesta keluarga kaya.
"Tha, kita jangan sampai membuat malu Om Fras ya. Ingat Tha, ini pesta orang kaya."
"Iya benar Dit, aku kok deg-degan ya! Penasaran banget aku Dit, sebenarnya pesta para konglomerat itu seperti apa. Kalau di kampung paling di suguhi hiburan gending Jawa, kuda kepang, reog, tari-tarian atau kesenian tunggal."
"Aku juga penasaran Tha."
"Kalian nanti akan lihat sendiri, yang pasti namanya pesta ya tetap meriah meski beda hiburan atau makanan yang disuguhkan," ucap Fras.
"Oh gitu ya Om."
"Pasti banyak cewek cantik yang hadir ya Om, aduh...penampilan kami pasti kalah dengan para pemuda kota," ucap Artha.
"Siapa bilang kalian kalah dengan mereka. Kalau menurut Om, penampilan tidak terlalu penting, tapi sifat dan kebaikan hati itu jauh lebih penting!" ucap Fras.
"Ganteng, kaya, tapi jika sifat serta hatinya buruk juga percuma 'kan?"
"Iya sih Om."
"Oh ya, nanti jika ada yang bertanya siapa kalian, bilang saja kalian itu adalah anak-anak Om!" pinta Fras.
"Oke, terimakasih ya Om."
Fras mengacungkan jempol, dia berbuat demikian, untuk antisipasi jika ada tamu yang menyepelekan asal usul kedua sahabat putranya.
Merekapun tiba, di luar sudah tampak ramai para undangan yang datang.
Fras mengulurkan lengannya sambil tersenyum, dia ingin Mirna menggandengnya saat memasuki aula pesta.
"Kita temui teman Om yang mengadakan pesta dulu ya, baru kalian boleh keliling melihat-lihat suasana pesta," ucap Fras.
"Baik Pa."
"Iya Om. Dir sini dulu!" tarik Artha saat melihat Dirta hendak berbelok arah menuju tempat dimana para tamu menyaksikan hiburan.
"Hans selamat ya, atas pernikahan putrimu."
"Terimakasih Fras. Selamat datang Mbak, adik-adik. Terimakasih ya sudah mau hadir di pesta Om."
"Kami yang seharusnya berterimakasih Om," ucap Arga, Dirta dan juga Artha serempak.
"Ayo, silahkan ajak mereka menikmati hidangan dan juga hiburannya Fras. Selain pesta pernikahan putriku, ini juga pesta ulang tahun pernikahan kami, jadi ada acara khusus buat kita."
"Wah, selamat lagi ya Hans, Mbak Yu, semoga samawa terus sampai akhir hayat."
"Di sebelah sana teman-teman kita sudah ngumpul Fras."
"Oke Hans, kami kesana dulu ya."
"Anak-anak silahkan jika kalian ingin menikmati hidangan. Kami mau bergabung dulu dengan teman-teman Papa yang lain."
"Oke Pa!"
"Dit, Artha, aku mau ke toilet dulu ya. Jika kalian lapar langsung saja ke bagian hidangan, nanti aku menyusul."
"Baiklah Ga."
Arga pun menemui salah satu security yang tugasnya mengawasi pesta. Dia menanyakan di mana letak toilet.
Karena terburu-buru, Arga menabrak seorang pelayan, hingga gaun pesta orang tersebut basah terkena tumpahan air minum.
"Maaf Nyonya, saya tidak sengaja!" ucap Arga sembari mengelap gaun wanita yang ketumpahan minuman dengan sapu tangannya."
Pelayan pun meminta maaf, semua ini juga salahnya karena berjalan tidak hati-hati.
"Maaf, kalian bilang! Ini gaun mahal ya, biar kalian tahu! Kerja begitu saja tidak becus, apa perlu saya laporkan kepada pemilik pesta! Dan kamu! jalan itu pakai mata, jangan celingukan kesana-kemari seperti orang kampungan saja!" ucap Gishella.
Arga terpaku, dia seperti mengenali wanita yang baru saja dia tabrak. Arga menutup mulutnya dengan tangan, karena dia ingat, siapa wanita tersebut.
"Kamu kenapa malah tutup mulut? Pokoknya kalian ganti kerugian saya!" ucap Gishella yang terus saja merepet.
Riko yang baru kembali dari toilet merasa heran saat melihat Gishella marah-marah. Riko pun menghampiri Gishella dan bertanya, "Ada apa Ma, kamu kok marah-marah!"
"Lihat Pa! baju mama basah, ini akibat ulah mereka berdua, pokoknya Mama tidak terima, mereka harus ganti rugi."
Arga yang merasa tidak asing dengan suara pria yang dipanggil Papa itupun menoleh.
Dan sekali lagi matanya membulat, dia tidak percaya melihat pria yang ada di hadapannya.
"Papa," monolog Arga lirih.
Riko yang sedang berusaha menenangkan Gishella pun tidak mendengar perkataan Arga.
"Sudahlah Ma, ini cuma noda jus, nanti juga hilang. Kasihan mereka jika harus mengganti. Mama tahu kan, berapa penghasilan seorang pelayan?"
"Tapi Pa, mama 'kan malu?"
"Kalian pergilah, biar saya yang membersihkan dan menenangkan istri saya!"
"Terimakasih Tuan!" ucap pelayan, lalu buru-buru pergi meninggalkan tempat itu.
Daripada berlama-lama di sana dan ujung-ujungnya suruh mengganti, lebih baik pelayan itupun pergi begitu Riko memberi kesempatan.
Sementara Arga masih terpaku di sana, air matanya menetes saat melihat pemandangan yang sama sekali tidak dia duga.
"Papa," ucap Arga lagi.
Riko yang sedang fokus mengelap gaun Gishella di tambah lagi dengan suara musik, tentu tidak mendengar perkataan Arga.
Arga merindukan sang Papa, rasanya dia ingin memeluk Riko yang saat ini ada di hadapannya, tapi apalah daya, sang Papa tidak mengindahkannya.
Riko yang sudah selesai membersihkan gaun Gishella mengembalikan sapu tangan Arga, tapi dia tidak sempat menatap pemuda itu, karena lengannya sudah ditarik oleh Gishella yang mengajaknya pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Dewi Nurlela
Giman reaksi Riko ma Mirna klu mereka bertemu ya
2023-07-25
0