BAB 3. MENJADI PEMULUNG

Mirna dan Arga melanjutkan perjalanan, walaupun mereka belum tahu hendak kemana, setidaknya bisa pergi jauh dari Gisella dan juga Rendi.

Mirna berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengan keduanya. Dia ingin hidup tenang bersama Arga di suatu tempat baru, di mana tidak ada orang-orang yang mengenal mereka, tinggal di sana.

Dengan begitu, mungkin Mirna dan Arga bisa melupakan semua kenangan pahit dan menata hidup mereka kembali untuk masa depan Arga.

"Ma, kita mau kemana?" terdengar suara Arga membuyarkan lamunan Mirna.

"Mama pun belum tahu Nak, kita jalan saja dulu sambil berpikir akan bermalam di mana."

"Iya Ma."

Arga terus menggandeng tangan Mirna, sebenarnya dia lapar. Tapi, Arga tidak mau membuat sang Mama sedih karena tidak memiliki makanan untuk bisa mereka makan.

Sambil terus berjalan, mata Arga melihat ke sekeliling. Arga melihat dua orang anak yang hampir sebaya dengannya sedang membawa karung dan mengais tempat sampah.

Arga pun tersenyum, dia menemukan ide, bagaimana caranya agar mereka bisa mendapatkan uang untuk membeli makanan.

"Ma, sebaiknya kita istirahat dulu ya. Di bawah pohon itu sepertinya adem untuk tempat kita beristirahat."

"Iya Nak, kamu benar. Ayo kita kesana, ibu juga sudah letih."

Arga dan Mirna pun menuju pohon yang dimaksud, lalu Mirna bersandar. Wajah Mirna pucat dan dia mulai menggigil, demam kembali menyerang, mungkin karena kecapean berjalan ditambah lagi, sejak pagi Mirna belum makan apapun.

"Ma, Mama demam? Panas sekali badan Mama?" tanya Arga.

"Nggak apa-apa Nak, mungkin Mama cuma kelelahan."

"Mama harus minum obat agar demamnya reda. Sebentar ya Ma!"

Arga memasukkan tangannya ke dalam saku celana, dia ingat masih menyimpan uang meskipun cuma sedikit.

"Ada Ma!" ucap Arga sambil menunjukkan uang senilai Rp.5.000,- di dalam genggamannya.

"Mama tunggu di sini ya, Arga mau beli obat dan minuman dulu di warung. Sebentar kok, Arga tadi lihat, di sana ada warung dan letaknya juga tidak jauh dari sini."

Mirna pun mengangguk, lalu dia berkata, "Hati-hati ya Nak!"

"Siap Ma!"

Setelah mengatakan hal itu, Arga pun berjalan setengah berlari menuju warung yang tadi dia lihat.

Meski kakinya masih sakit, Arga terus memaksakan diri. Dia harus segera mendapatkan obat untuk meredakan demam mamanya, agar tidak semakin parah.

Setibanya di warung, dengan nafas tersengal, Arga bertanya, "Bu, ada obat untuk penurun demam?"

"Untuk kamu Nak?"

"Bukan Bu, untuk Mama saya."

"Oh, sebentar ya. Ibu ambilkan dulu."

Pemilik warung pun segera mengambil sebuah kotak yang isinya berbagai macam obat. Tapi kemudian beliau bertanya lagi.

"Apakah Mama kamu terserang flu atau batuk?"

Arga mengingat-ingat, baru menjawab, "Tidak Bu, hanya demam dan kepalanya sedikit pusing. Mungkin karena Mama kelelahan berjalan."

"Oh..." pemilik warung pun memberikan obat penurun demam kepada Arga, lalu bertanya, "Mau dua, atau satu saja Nak?"

"Berapa harga persatuannya Bu?"

"Seribu."

"Beli dua butir ya Bu dan tolong berikan juga 3 cup air mineral."

"Iya, ini Nak! Semuanya Rp.3.500,-"

Arga pun mengacungkan uangnya yang hanya selembar itu dan sebelum pemilik warung mengembalikan sisanya, Arga pun bertanya, "Ada roti yang harga Rp.1.000,- an Bu, barangkali ibu saya lapar dan sebelum minum obat, biar bisa makan roti dulu."

"Ada," ucap pemilik warung sambil mengambilkan Roti yang Arga mau.

"Ini roti dan kembaliannya Nak!"

Arga diam, kini uangnya telah habis dan dia harus bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan makan mereka nanti malam.

"Oh ya Bu, inikan sisanya cuma Rp.500,- bolehkah saya beli 2 karung bekasnya Bu? Jika uangnya kurang, nanti malam Inshaallah saya akan kembali ke sini untuk membayarnya. Atau paling lambat besok siang ya Bu."

"Boleh kok, ini karungnya. kurang Rp.3.500,- ya, soalnya ini karung gula, jadi harganya lebih mahal dari karung beras."

"Nggak apa-apa Bu, biar muatnya banyak. Terimakasih sebelumnya ya Bu. Inshaallah, jika hari ini diberi rezeki, nanti malam saya akan kembali ke sini, untuk membayar hutang saya," ucap Arga sambil mengatupkan kedua tangannya.

Terlihat senyum merekah di wajah Arga. Dia harus bisa menghasilkan uang, seperti yang kedua anak tadi lakukan.

Arga kembali untuk menemui mamanya. Dari kejauhan, dia melihat mamanya tertidur sambil melipat kedua tangan.

Saat sudah dekat, Arga tidak tega membangunkan sang Mama, lalu dia membuka kemejanya dan menyelimutkan ke tubuh sang Mama.

Sementara untuk menyelimuti kaki Mirna, Arga mengembangkan satu karung yang baru dia beli.

Lalu Arga meletakkan obat dan 2 cup air mineral di samping sang Mama, dia berharap ketika Mamanya terbangun bisa langsung minum obat.

Setelah itu, Arga meminum satu cup air mineral yang tersisa di tangannya untuk pengganjal rasa lapar. Barulah, dia beranjak pergi untuk memulung.

Sebelum melangkahkan kaki, Arga pamit, meski sang Mama tidur, "Arga pergi sebentar ya Ma, doakan Arga agar mendapatkan rezeki untuk makan kita nanti malam."

Sejenak Arga memandang mamanya, dia menitikkan air mata. Arga berjanji, saat dia dewasa nanti, Arga akan membahagiakan sang Mama, meski dia harus bekerja keras.

Walaupun Arga masih kecil, dia dipaksa oleh keadaan untuk berpikir dewasa, agar kuat menghadapi kenyataan hidup.

Arga mengucap basmallah sebelum memulai aktivitasnya.

Dia pergi tanpa memakai baju dan membawa karung, mendatangi tempat-tempat sampah di rumah penduduk sekitar tempat itu.

Begitu mendapatkan rezeki pertamanya, Arga mengucap syukur dan berdoa semoga itu akan menjadi berkah bagi dirinya dan juga sang Mama.

Arga bertemu dengan anak-anak yang satu profesi dengannya dan dia tidak merasa malu untuk bertanya, barangkali mereka juga senasib tidak memiliki tempat tinggal sepertinya.

Arga mendekati mereka yang sedang asyik mengais sampah, "Hai teman!" sapa Arga.

"Eh, kamu siapa? Kamu anak baru ya, soalnya baru kali ini kami melihatmu!"

"Iya, perkenalkan namaku Arga. Nama kalian siapa?"

"Aku Dirta."

"Dan Aku Athar."

"Aku boleh bergabung di sini dengan kalian 'kan?"

"Boleh saja Ga, ayo kita sama-sama mencari peruntungan."

"Memangnya kamu tinggal dimana?" tanya Dirta.

Arga terdiam mendengar pertanyaan dari Dirta, lalu dia menjawab, "Aku belum tahu mau tinggal di mana, kami tidak punya tempat tinggal. Kami diusir oleh ibu tua dan kakakku."

"Kami? Memangnya kamu kesini dengan siapa?" tanya Dirta penasaran.

"Mamaku! Mama sedang sakit dan saat ini tidur di bawah pohon dekat ujung jalan sana. Makanya, aku tidak bisa jauh-jauh, takutnya mamaku terbangun dan mencariku."

"Oh, kalau kamu mau, tinggallah dengan kami, nanti kita cari spanduk untuk membuat dinding. Cuma itu yang bisa kita lakukan saat ini. Daripada kalian tidak punya tempat tinggal dan harus tidur di emperan toko," ajak Athar.

"Memangnya kalian tinggal di mana?"

"Kolong jembatan!" jawab Athar.

"Kamu pasti kaget 'kan, soalnya aku lihat sepertinya kamu dari keluarga kaya."

"Almarhum Papa yang kaya teman, sekarang ibu dan kakak tiriku yang menguasai semuanya."

"Kamu yang sabar ya, mereka pasti akan dapat balasannya," hibur Dirta.

"Ayo kita lanjut kerja, kamu pasti butuh uang 'kan, mana mama mu sedang sakit," kata Athar.

"Iya ayo, aku butuh untuk beli makanan nanti malam."

"Semangat, ayo kita semangat," lanjut Dirta.

Arga dan teman-teman bergegas meneruskan pekerjaannya, mereka saling bantu dan sesekali tertawa untuk melepas penat.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Alya Yuni

Alya Yuni

Mkanya jdi prmpuan jngn murahan lbih baik jdi plcur jdi pda jdi istri ke dua

2024-01-16

0

Muawanah

Muawanah

dah aku kasih vote nieh kak 😊

2024-01-15

0

Mas neddy Gondrong

Mas neddy Gondrong

apik

2023-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. SIKSAAN
2 BAB 2. IRI HATI
3 BAB 3. MENJADI PEMULUNG
4 BAB 4. DITAWARI PEKERJAAN
5 BAB 5. RENCANA SETELAH TAMAT SEKOLAH
6 BAB 6. KEPUTUSAN YANG TIDAK TERDUGA
7 BAB 7. OM FRAS ANAK SULTAN
8 BAB 8. MELAMAR IBU ARGA
9 BAB 9. PEMBELAAN DARI FRAS
10 BAB 10. MEMBERI PELAJARAN
11 BAB 11. PESAN TERAKHIR
12 BAB 12. PROSESI PENYELENGGARAAN JENAZAH
13 BAB 13. PERUSAHAAN DIAMBIL ALIH
14 BAB 14. CURIGA
15 BAB 15. MENYINGKIRKAN KENANGAN TENTANG MIRNA DAN ARGA
16 BAB16. MENGHADIRI PESTA
17 BAB 17. PERTEMUAN YANG TAK DIDUGA
18 BAB 18. FOKUS KE TUJUAN UTAMA
19 BAB 19. PERMINTAAN FRAS
20 BAB 20. DISERANG
21 BAB 21. TERSULUT EMOSI
22 BAB 22. MENDAPATKAN PEMBELAAN DARI REKTOR
23 BAB 23. MASIH MEMILIKI HARAPAN
24 BAB 24. TIDAK PUNYA PILIHAN
25 BAB 25. MEMBAHAS RENCANA PERTUNANGAN
26 BAB 26. MENOLAK
27 BAB 27. DISERANG DALAM PERJALANAN
28 BAB 28. TERJERAT KASUS PENYELUNDUPAN BARANG
29 BAB 29. TEKAD CINTA DAN MAMA
30 BAB 30. AMARAH BARA
31 BAB 31. RENDI TERLUKA
32 BAB 32. DUA KABAR BAIK
33 BAB 33. SHOCK
34 BAB 34. MENOLAK MENJENGUK
35 BAB 35. KEJUJURAN MIRNA
36 BAB 36. TAKDIR YANG MEMBALAS RENDI
37 BAB 37. KEKECEWAAN ARGA
38 BAB 38. TIDAK MAU MENGALAH
39 BAB 39. PANIK
40 BAB 40. MEMBUAT KERUSUHAN
41 BAB 41. SENJATA MAKAN TUAN
42 BAB 42. MENYELIDIKI
43 BAB 43. HASIL PENYELIDIKAN
44 BAB 44. MENGKLARIFIKASI MASALAH
45 BAB 45. MENGATUR PERTEMUAN
46 BAB 46. TAWA UNTUK MENUTUPI KESEDIHAN
47 BAB 47. MENGIKUTI ARGA
48 BAB 48. TIDAK MENGAKUI
49 BAB 49. TERKEJUT
50 BAB 50. KEHANCURAN HATI RIKO
51 BAB 51. MEMAAFKAN PAPA RIKO
52 BAB 52. BUTUH WAKTU SEBELUM MEMUTUSKAN
53 BAB 53. SETUJU BERTEMU
54 BAB 54. OVER DOSIS
55 BAB 55. PENGAKUAN PENYUSUP
56 BAB 56. MENJATUHKAN TALAK
57 BAB 57. AKHIR KEHIDUPAN GISELLA
58 BAB 58. PESAN RIKO (TAMAT)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
BAB 1. SIKSAAN
2
BAB 2. IRI HATI
3
BAB 3. MENJADI PEMULUNG
4
BAB 4. DITAWARI PEKERJAAN
5
BAB 5. RENCANA SETELAH TAMAT SEKOLAH
6
BAB 6. KEPUTUSAN YANG TIDAK TERDUGA
7
BAB 7. OM FRAS ANAK SULTAN
8
BAB 8. MELAMAR IBU ARGA
9
BAB 9. PEMBELAAN DARI FRAS
10
BAB 10. MEMBERI PELAJARAN
11
BAB 11. PESAN TERAKHIR
12
BAB 12. PROSESI PENYELENGGARAAN JENAZAH
13
BAB 13. PERUSAHAAN DIAMBIL ALIH
14
BAB 14. CURIGA
15
BAB 15. MENYINGKIRKAN KENANGAN TENTANG MIRNA DAN ARGA
16
BAB16. MENGHADIRI PESTA
17
BAB 17. PERTEMUAN YANG TAK DIDUGA
18
BAB 18. FOKUS KE TUJUAN UTAMA
19
BAB 19. PERMINTAAN FRAS
20
BAB 20. DISERANG
21
BAB 21. TERSULUT EMOSI
22
BAB 22. MENDAPATKAN PEMBELAAN DARI REKTOR
23
BAB 23. MASIH MEMILIKI HARAPAN
24
BAB 24. TIDAK PUNYA PILIHAN
25
BAB 25. MEMBAHAS RENCANA PERTUNANGAN
26
BAB 26. MENOLAK
27
BAB 27. DISERANG DALAM PERJALANAN
28
BAB 28. TERJERAT KASUS PENYELUNDUPAN BARANG
29
BAB 29. TEKAD CINTA DAN MAMA
30
BAB 30. AMARAH BARA
31
BAB 31. RENDI TERLUKA
32
BAB 32. DUA KABAR BAIK
33
BAB 33. SHOCK
34
BAB 34. MENOLAK MENJENGUK
35
BAB 35. KEJUJURAN MIRNA
36
BAB 36. TAKDIR YANG MEMBALAS RENDI
37
BAB 37. KEKECEWAAN ARGA
38
BAB 38. TIDAK MAU MENGALAH
39
BAB 39. PANIK
40
BAB 40. MEMBUAT KERUSUHAN
41
BAB 41. SENJATA MAKAN TUAN
42
BAB 42. MENYELIDIKI
43
BAB 43. HASIL PENYELIDIKAN
44
BAB 44. MENGKLARIFIKASI MASALAH
45
BAB 45. MENGATUR PERTEMUAN
46
BAB 46. TAWA UNTUK MENUTUPI KESEDIHAN
47
BAB 47. MENGIKUTI ARGA
48
BAB 48. TIDAK MENGAKUI
49
BAB 49. TERKEJUT
50
BAB 50. KEHANCURAN HATI RIKO
51
BAB 51. MEMAAFKAN PAPA RIKO
52
BAB 52. BUTUH WAKTU SEBELUM MEMUTUSKAN
53
BAB 53. SETUJU BERTEMU
54
BAB 54. OVER DOSIS
55
BAB 55. PENGAKUAN PENYUSUP
56
BAB 56. MENJATUHKAN TALAK
57
BAB 57. AKHIR KEHIDUPAN GISELLA
58
BAB 58. PESAN RIKO (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!