"Kenapa Papa tidak mengenaliku? atau pria itu memang bukan Papa? Tapi, wanita itu benar ibu Gishella dan memanggilnya Papa."
"Papaku masih hidup! hiks...hiks...hiks," tangis Arga.
Arga berusaha mengejar, dia ingin lebih memastikan apa yang baru saja dia lihat, tapi sang Papa sudah menghilang dibalik kerumunan tamu.
Timbul perasaan senang, sedih dan juga kecewa, bercampur jadi satu di hati Arga. Tidak percaya jika sang Papa masih hidup, tapi itu nyata.
Arga mengelap air mata yang masih menetes, dia bingung apakah harus mengatakan hal itu kepada sang Mama atau tetap menyembunyikannya.
Mamanya sudah bahagia menjadi istri Fras, apa dia tega membuat mamanya kembali bersedih dan berada dalam posisi serba salah.
Arga tidak jadi pergi ke kamar mandi, matanya masih celingukan berharap bisa kembali melihat sang papa.
Dirta dan Artha yang sudah mengambil makanan dan duduk menunggu Arga, merasa heran, kenapa Arga begitu lama di toilet.
"Dir, Arga kemana ya? kenapa belum balik ke sini. Sudah hampir setengah jam lho?"
"Iya ya Tha, cobalah aku susul, barangkali dia ketemu cewek di toilet hingga lupa dengan kita," jawab Dirta asal dan sambil tertawa.
"Ya sudah pergilah cari dia, biar aku jaga makananmu."
Dirta pun pergi mencari Arga, tapi dia tidak menemukan sahabatnya di sana. Dirta mencoba bertanya kepada salah satu petugas keamanan yang melintas, tapi petugas itupun tidak ingat. Tidak mungkin petugas keamanan bisa mengingat satu persatu, karena terlalu banyak tamu yang hadir di sana.
Dirta pun akhirnya memutuskan kembali menemui Artha, lalu keduanya pun bergegas mencari Arga ke seluruh Aula.
Arga terus mencari hingga dia melihat sang papa bersama Gishella keluar aula. Gishella memutuskan untuk pulang karena dia malu dengan bajunya yang kotor.
Meski Riko sudah menahan, tapi Gishella tetap pada pendiriannya, dia ingin pulang.
Sementara Riko merasa tidak enak dengan Hans, lalu mereka pun berdebat. Gisella berlari keluar dan Riko pun mengejarnya.
Arga ikut berlari, dia masih ingin melihat sang Papa meski hanya dari kejauhan.
Di area parkir, Arga terpaku menatap kepergian Riko yang akhirnya menuruti kemauan Gishella.
"Pa, kenapa pergi? Apa papa memang tidak ingin bertemu kami lagi. Kenapa papa tidak mencari kami," monolog Arga.
Arga masih terpaku di tempatnya, sementara mobil Riko sudah meninggalkan tempat pesta.
Dirta dan Artha terus mencari, tapi mereka belum juga menemukan Arga.
Mereka tidak berani mengusik kebahagiaan Fras dan Mirna yang masih asyik ngobrol dengan teman-teman Fras.
"Dir, coba kita cari di luar dulu, jika tidak ada juga, baru kita lapor ke Om Fras. Siapa tahu Arga bosan dengan keramaian dan dia memilih duduk santai di luar."
"Mana mungkin Tha, jika dia ingin nyantai di luar, pasti Arga mengajak kita."
"Iya sih, tapi kita coba dulu deh, mudah-mudahan saja Arga memang ada di luar."
Keduanya pun keluar dari pintu samping Aula dan mata keduanya celingukan mencari-cari Arga. Lalu mereka menuju area parkir dan keduanya melihat Arga berdiri sedang menatap kejauhan.
Dirta dan Artha pun berlari mendekat dan mereka mengejutkan Arga dengan menepuk bahunya.
Arga tersentak kaget, dia menatap kedua sahabatnya dengan tatapan sayu.
"Hei Ga, ngapain kamu di sini! Kami mencarimu kemana-mana, eh...nggak taunya malah melamun di sini," ucap Dirta.
"Apa yang kamu lihat Ga? Kelihatannya kok kamu sedang sedih?" tanya Artha dengan selidik.
"Nggak ada apa-apa kok kawan," jawab Arga yang belum bisa mengatakan apa yang membuatnya sedih.
"Jadi, ngapain kamu di sini? ayo kita kembali, makanan kami pasti sudah dingin."
"Ayo," jawab Arga sambil melangkah meninggalkan Keduanya.
Artha dan Dirta saling pandang, mereka merasa aneh dengan sikap Arga, lalu keduanya pun berlari dan merangkul Arga.
"Kamu tidak bisa membohongi kami, pasti ada masalah yang membuatmu bersikap seperti ini," ucap Dirta.
"Iya benar. Aku juga yakin, kamu ada masalah Ga!"
"Nggak ah, ayo cepat! Aku lapar nih!"
"Nah 'kan? aneh Dir?"
Dirta memberi kode dengan matanya, dia tidak ingin Artha memaksa Arga untuk bercerita. Jika Arga sudah tenang, Dirta yakin, sahabatnya itu pasti akan menceritakan masalahnya kepada mereka.
Dirta mengambilkan makanan untuk Arga, lalu mengajak Arga duduk ke meja yang tadi mereka pilih.
Arga dan Dirta makan dengan lahap. Ini kesempatan bagi mereka untuk menikmati aneka menu mewah secara gratis.
Sementara Arga tidak berselera makan, dia hanya mengaduk-aduk makanannya dengan sendok.
Artha menyenggol lengan Dirtha, lalu Dirta pun mengambil makanan dari piring Arga dengan sendok dan mengacungkan ke mulut sahabatnya.
"Makanlah! Katanya lapar, kok malah hanya dilihatin saja."
"Arga pun memgangakan mulut dan memakan makanan yang Dirta berikan."
"Nah gitu, jika ada masalah ceritalah kepada kami Ga? Jangan kamu pendam sendiri. Kita 'kan sudah janji, untuk menghadapi semua masalah bersama-sama," ucap Dirta.
Arga masih diam, dia ingin cerita tapi waktunya tidak tepat.
Artha gantian menyuapi Arga dan itu mereka lakukan secara bergantian hingga makanan di piring Arga pun habis.
Ternyata, perbuatan mereka sejak tadi diperhatikan seseorang, ketika ketiganya hendak pergi menikmati hiburan pesta, gadis itupun menghampiri, "Selamat malam!"
Arga, Artha dan Dirta pun menoleh, mereka melihat Cinta dengan gaun yang begitu indah berdiri sambil tersenyum.
"Eh, kamu di sini juga?" tanya Arga.
"Iya Ga, mereka teman Papaku."
"Kalian hanya datang bertiga?"
"Kami datang dengan Mama dan Papa Fras," jawab Arga.
"Mana pacar menyebalkan mu itu?" tanya Dirta.
Arga menyenggol lengan Dirta agar tidak bicara sembarangan di tempat umum, yang siapa saja bisa mendengarnya.
"Maafkan Bara ya, dia memang terkadang menyebalkan. Dia malam ini mungkin tidak hadir," jawab Cinta sambil melihat arloji yang ada di tangannya.
"Oh, jadi kamu datang dengan orangtuamu?" tanya Artha.
Cinta pun mengangguk, lalu berkata, "Katanya, Bara mau menyusul, tapi sepertinya tidak jadi, jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
"Kalau begitu mari gabung saja dengan kami, kita menikmati suguhan musik dan kata MC, sebentar lagi ada acara dansa, barangkali kamu mau ikut?"
"Mana ada yang mau menjadi pasangan ku?"
"Ini ada Arga, dia pasti mau jadi pasangan dansamu," jawab Dirta.
"Arga kembali menyenggol Dirta dengan lengannya, lalu dia berkata, "Maaf Cin, Dirta asal ngomong, aku tidak pandai berdansa."
"Sama dong, aku juga tidak pandai. Apa salahnya jika kita belajar di sini, toh banyak pasangan tua. Kita bisa belajar dengan melihat mereka berdansa," jawab Cinta.
"Ayo kita bergabung kesana! lihat Dir, mereka sudah pada turun dan musik dansa telah di putar," ajak Artha sambil menarik tangan Dirta dan meninggalkan Arga serta Cinta berdua di sana.
Dirta tahu, Artha memang sengaja ingin memberikan kesempatan kepada Arga dan Cinta, makanya dia tidak menolak saat tangannya ditarik oleh Artha menuju ke tempat dansa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Pendi
makin males bacanya
2024-01-17
0
Jhon Edison Sinaga
wah
2023-10-10
0
Indra Cahyadi
ya oke
2023-07-26
0