"Hei, lepaskan tanganku! lihat, para gadis melihat ke arah kita. Nanti, mereka pikir kita gey," ucap Dirta.
Artha pun tertawa, ternyata memang benar yang Dirta katakan, beberapa orang gadis berbisik melihat ke arah mereka.
"Biarin deh, habisnya cuma dengan cara itu kita bisa meninggalkan Arga dan cinta tanpa mereka curiga."
"Iya Tha, kamu benar. Aku lebih setuju gadis itu menjadi pacar Arga, daripada menjadi pacar manusia sombong itu."
"Nah itu, aku juga berpikir sama sepertimu. Kita bantu mereka ya!"
"Oke," jawab Dirta sambil mengangkat tangannya. Mereka pun melakukan tos, tanda setuju.
Dirta dan Artha pun mendekati para gadis yang tadi berbisik-bisik melihat ke arah mereka. Berkat keramahan keduanya, mereka pun diizinkan bergabung di sana.
Sebentar saja Dirta dan Artha bisa akrab dengan ke empat gadis tersebut.
Arga yang melihat dari kejauhan menggelengkan kepala, lalu dia bermonolog, "Dasar ahli gombal, sebentar saja para gadis sudah nempel seperti perangko."
"Kenapa kamu tidak seperti mereka?"
Ternyata Cinta mendengar ucapan Arga, hingga membuat Arga malu.
"Aku ingin fokus kuliah, cewek hanya akan membuat orang lalai akan tujuan utama menggapai cita!" jawab Arga asal, tanpa memandang ke arah Cinta.
"Kamu salah, justru kami bisa menjadi pendorong semangat untuk pasangan," timpal Cinta sambil mengambil dua gelas jus jeruk dari nampan pelayan yang lewat di depan mereka.
"Kamu nggak percaya? coba kamu lihat, para pejabat tinggi saja bisa berhasil, karena apa? Ada wanita hebat di balik mereka."
"Tapi, banyak juga yang hancur karena wanita," timpal Arga lagi.
"Itu kan karena mereka tidak pandai menghargai wanitanya. dan malah memilih melirik wanita di luaran."
"Hemm," jawab Arga yang tidak ingin melanjutkan pembahasan itu lagi.
"Lihat Ga, mereka berdansa! Ayo kita ikut!" ucap Cinta sambil menarik tangan Arga.
Arga terkejut dan tidak bisa berkata-kata, Cinta sudah menarik lengannya.
Ada desir aneh saat tangan mereka bersentuhan, Arga pun tidak bisa menolak dan dia mengikuti kemana Cinta menariknya.
Beberapa orang pasangan sudah turun untuk berdansa termasuk pasangan pengantin dan juga Hans beserta istri.
Hans pun meminta MC agar menggunakan microphon untuk memanggil teman-temannya termasuk Fras. Akhirnya Fras pun mengajak Mirna untuk turut berpartisipasi meramaikan acara.
Mirna dan Fras pun tersenyum saat melihat di belakang mereka, Arga dan seorang gadis berdansa. Begitu pula dengan Artha serta Dirta.
Fras mengajari Mirna, awalnya Mirna merasa canggung dan malu. Tapi, lama kelamaan Mirna pun bisa mengimbangi gerakan Fras.
Begitu pula dengan Arga, dia seperti terhipnotis dengan senyuman Cinta. Keduanya pun berdansa dengan mesra hingga terlihat begitu serasi.
Tanpa mereka duga, sepasang muda mudi hampir saja terjatuh hingga mengenai tubuh Cinta.
Cinta terdorong ke depan dan tak ayal lagi, dirinya jatuh ke dalam pelukan Arga. Arga reflek menahan tubuh cinta agar tidak tersungkur ke lantai.
Keduanya pun saling tatap untuk beberapa saat. Hati dan pikiran mereka sejalan, sama-sama merasakan detakan dan desiran aneh.
Keduanya sama-sama terkejut saat musik berhenti dan tepuk tangan meriah akhirnya membuat keduanya malu dan saling melepaskan pelukan.
MC mengucapkan selamat, mereka terpilih menjadi pasangan dansa terbaik dan berhak mendapatkan hadiah berupa buket bunga dari pengantin.
Pasangan pengantin pun menyerahkan hadiah tersebut dan mereka mengucapkan selamat serta mendoakan agar Arga dan Cinta menjadi pasangan hidup kelak mengikuti jejak mereka.
Wajah keduanya memerah karena malu, lalu mereka pun turun masing-masing meninggalkan arena dansa.
Dirta dan Artha beserta pasangannya saling tos, mereka senang, malam ini berhasil membuat Arga dan Cinta menjadi dekat.
Cinta menghampiri Arga dan dia meminta maaf, karena telah membuat Arga malu.
Arga hanya mengatupkan kedua tangan, lalu diapun pamit untuk bergabung dengan Mama serta Papanya.
Dirta dan Artha pun menyusul dan sambil tersenyum bahagia mereka menggoda Arga.
Arga kesal dan dia tahu, ini semua pasti ulah kedua sahabatnya.
Cinta pun kembali bergabung dengan orangtuanya dan papa Cinta merasa kurang senang dengan kejadian barusan.
"Siapa pemuda itu Cin? Ingat, kamu itu calon istri Bara! Papa nggak mau gara-gara kejadian tadi, hubungan kalian menjadi rusak."
"Dia cuma teman Pa, kami kuliah di kampus yang sama."
"Baguslah, jika Bara sampai melihatnya bisa gawat! Papa nggak mau hubungan kerjasama perusahaan kita dengan perusahaan orang tua Bara akan menjadi imbasnya."
"Iya Pa," jawab Cinta sambil tertunduk.
Sebenarnya Cinta terpaksa menjalin hubungan dengan Bara karena keinginan orangtuanya.
Karena hari sudah malam, Fras pun mengajak Mirna dan anak-anaknya untuk pulang.
Mereka pun pamit kepada kedua mempelai, lalu kepada Hans beserta istrinya.
"Sering-seringlah berkunjung ke sini Fras, aku masih punya anak gadis lho, siapa tahu kita bisa berbesan. Biar pertemanan kita makin erat," ucap Hans di telinga Fras.
Pras tertawa, lalu membalas omongan temannya itu, "Aku sih oke-oke saja, tergantung anak-anak."
"Atur dong pertemuan mereka Fras, kenalan dulu."
"Baiklah, nanti aku bicarakan dengan istri dan anakku ya!"
"Oke," ucap Hans senang.
Mirna tidak tahu apa yang di bicarakan Fras dengan sahabatnya. Tapi dia senang, Fras tidak malu memperkenalkan dirinya kepada para sahabatnya.
"Ayo anak-anak, kalian pamit. Kita harus pulang. Lain waktu kita kesini lagi."
"Iya, kalian jangan segan-segan, Papa kalian ini sahabat karib Om. Mainlah kesini dan kenalan dengan anak gadis Om, siapa tahu di antara kalian ada yang berjodoh."
"Wah, boleh juga tawarannya ini Om, ya 'kan Ga?" ucap Dirta.
Arga hanya tersenyum menanggapi ucapan Dirta, untuk saat ini dia memang belum mau menjalin hubungan dengan wanita manapun.
Meraih cita-cita dan membahagiakan mamanya adalah tujuan hidup Arga yang utama.
Apalagi saat dia tahu, papanya masih hidup, tapi tidak mencari mereka.
Arga sangat kecewa dan saat ini dia marah, bila ingat bagaimana penderitaan yang dia dan mamanya alami, sementara sang papa beserta ibu dan saudara tirinya hidup bahagia.
Kesedihan kembali terlihat di wajah Arga hingga Dirta dan Artha saling pandang. Kemudian mereka merangkul Arga, mengajaknya keluar menuju parkiran sambil menunggu Fras dan Mirna selesai berpamitan.
"Jangan sedih lagi dong Ga, nanti sampai rumah cerita dengan kami ya. Kita akan cari solusi untuk mengatasi masalah mu," ucap Dirta.
"Iya Ga, ayo tersenyum. Jangan sampai ibu melihatmu bersedih, beliau pasti ikutan sedih."
"Kita jangan sampai merusak kebahagiaan yang baru saja beliau dapatkan. Sudah cukup kesengsaraan hidup yang selama ini kalian rasakan."
Arga pun tersenyum, dia sangat beruntung memiliki dua sahabat yang begitu perhatian terhadap dirinya dan juga sang Mama.
Mereka pun menunggu Fras dan Mirna di parkiran sambil menggoda para gadis yang juga hendak pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments