Bertahun, Arga dan Mirna hidup damai di bawah kolong jembatan, bersama teman-teman mereka.
Tempat-tempat penampungan sampah pun, menjadi rumah kedua bagi Arga yang membuatnya tetap bersemangat hidup dan menghantarkan dirinya hingga bisa bersekolah lagi.
Tapi, ketenangan itu terusik, tempat tinggal mereka dihancurkan oleh orang-orang yang mengaku utusan pemerintah daerah. Mereka, sedang melakukan penataan kota.
Arga, Mirna bersama teman-temannya terpaksa pergi dari sana. Mereka tidak tahu akan tinggal di mana.
Fras yang mendengar kabar tersebut, segera datang mencari Arga dan teman-temannya. Fras meminta mereka untuk sementara tinggal di pekarangan dekat gudang usahanya.
Beberapa tahun menduda membuat Fras berencana ingin melamar Mirna. Dia kagum dengan kesabaran, kegigihan serta kerajinan Mirna selama ini.
Fras pun menyampaikan maksudnya, tapi ditolak halus oleh Mirna. Mirna belum bisa melupakan Riko.
Sebenarnya Arga mendukung niat baik Fras, karena dia yakin, Fras bisa membahagiakan mamanya. Tapi Arga tidak bisa memaksa sang Mama, yang ternyata cintanya masih sangat besar untuk almarhum sang papa.
Fras berbesar hati meski mendapatkan penolakan, dia tetap bersikap baik, bahkan Fras telah menganggap Arga sebagai anaknya sendiri.
Setiap mendapatkan kesulitan, Fras lah pahlawan bagi Arga. Apalagi sejak Mirna sakit-sakitan dan berhenti bekerja karena larangan Arga, Fras kerap kali menolong, mengantarkan Mirna pergi berobat.
Arga bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan merawat sang mama. Jadi, dia tidak punya waktu untuk bermain-main.
Tatkala melihat teman-temannya bermain, rasa iri sesekali timbul dan Arga jadi teringat masa lalunya.
Dia tidak akan pernah lupa atas perlakuan buruk, ibu serta kakak tirinya.
Tahun berganti tahun, kini Arga sudah berusia 16 tahun dan sebentar lagi dirinya akan lulus SLTA.
Dirta dan Athar setelah lulus berencana ingin merantau ke kota, mereka ingin mengadu nasib, berharap akan ada perbaikan hidup.
Arga yang mendengar hal itu, menjadi tertarik, apalagi kota tujuan mereka mengingatkan Arga akan dendam lamanya.
Wajah Gisella dan Rendi silih berganti melintas di alam pikirannya, mengingatkan Arga akan siksaan yang pernah mereka lakukan.
Tangan Arga mengepal, amarahnya kembali, apalagi saat dia mengingat bagaimana Gisella memperlakukan sang mama.
Jika tidak karena perlakuan buruk mereka, saat ini sang mama, pasti tidak akan sakit-sakitan.
Arga bangkit dari tempat duduknya, lalu menghampiri Dirta yang sedang asyik ngobrol dengan Athar.
"Hei, ikut dong!"
"Memangnya mama kamu mengizinkan?
"Nggak tahu, tapi aku juga ingin mencari perubahan hidup. Nggak mungkin selamanya kita mulung terus 'kan? Apalagi dengan keadaan mama yang seperti itu."
"Iya Ga. Aku juga ingin mengadu nasib, barangkali kita punya kesempatan menjadi orang kaya nantinya," ucap Athar sambil tertawa.
"Bukan jadi orang kaya, tapi menjadi menantu kaya. Barangkali saja di sana bisa mendapatkan jodoh anak orang kaya," timpal Dirta nggak mau kalah.
Ketiganya pun tertawa. "Mana mungkin wanita kaya mau dengan kita, Dir. Apa yang bisa kita banggakan kepada mereka. Jadi keset mereka, iya!" ucap Artha.
"Ya, siapa tahu nasib baik sedang berpihak kepada kita."
"Iya sih, takdir tidak ada yang tahu. Bisa saja Arga bakal jadi Bos!" celetuk Dirta.
"Bos dari mana? rumah saja tidak punya."
"Siapa tahu mukjizat datang Ga, keluarga papa kamu mengenalimu? mereka 'kan orang kaya!"
"Nggak mungkin Dir. Setahu mereka, cuma Rendi anak papaku. Dan semua harta papa, pasti sudah ibu tiriku kuasai."
"Sabar ya Ga. Aku kok jadi penasaran, ingin tahu seperti apa wajah mereka yang sudah begitu kejam terhadap kalian."
"Heemm, nanti pasti ada masanya," jawab Arga.
"Lantas, tujuan kamu kesana apa Ga? Apa kamu tidak ingin membalas perlakuan mereka?"
"Aku ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak, hingga bisa membawa mamaku berobat ke rumah sakit terbaik. Aku hanya ingin membahagiakan mama di masa tuanya."
"Kalau masalah membalas, itu pasti. Tapi, aku tidak mau gegabah. Mereka kuat dan aku, hanya seorang pemulung."
"Tenang Ga, kami akan bantu kamu. Kita cari cara agar bisa masuk di keluarga mereka," ucap Dirta.
"Mereka masih mengenalimu atau tidak ya Ga?" tanya Athar.
"Ntahlah...kata mama, wajahku mirip papa, bisa saja 'kan mereka mengenaliku."
"Nanti kita pikirkan caranya, agar tidak ada yang mengenalimu di sana. Yang terpenting sekarang, kamu harus bisa mendapatkan izin dulu, dari mama mu," ucap Dirta.
"Iya benar kata Dirta. Kalau kami sudah mendapatkan izin Ga, lagipula keluarga ayahku ada yang tinggal di Jakarta. Jadi, ibu ku bilang agar menumpang di sana dulu untuk sementara, sampai kita mendapatkan pekerjaan."
"Syukur deh, kita nggak bakalan terlunta-lunta. Kalau untuk makan, kita bisa mulung dulu, sambil mencari pekerjaan," ucap Arga.
"Siiplah, rencana kita sudah matang. Semoga ada masa depan cerah menanti kita di sana!" ucap Dirta.
"Aamiin... baiklah, nanti malam aku akan coba bicara dengan mama. Setelah pengurusan ijazah selesai, kita bisa segera berangkat," lanjut Arga.
Arga harus bisa mendapatkan izin dari sang mama, apalagi dia tidak bakal sendirian di Jakarta.
Teman-temannya akan menjadi penyemangat dan akan membantu Arga mencapai tujuannya.
Membuat Gisella dan Rendi tinggal di jalanan serta merasakan apa yang pernah Arga dan mamanya rasakan, adalah tujuan utamanya, kembali menjejakkan kaki di ibu kota.
"Terimakasih teman-teman, kalau begitu ayo kita pulang. Mama pasti sudah menunggu, karena aku berjanji akan mengantar beliau pergi kontrol ke dokter."
"Kenapa tidak Om Fras yang antar Ga? bukankah biasanya beliau yang selalu menawarkan jasa. Apa beliau sudah jera dan mundur mengejar cinta mamamu?" tanya Dirta.
"Kalian ada saja, Om Fras itu baik lho, memang dia mencintai mama, tapi beliau tidak pernah memaksa. Beliau ikhlas menolong kami. Hari ini beliau sedang ke luar kota, katanya menjenguk ibunya yang sedang sakit."
"Oh, ternyata Om Fras masih memiliki orangtua. Soalnya kami tidak pernah bertemu keluarganya. Sejak dulu Om Fras selalu tinggal sendiri. Untung saja ada kalian, jadi beliau tidak kesepian. Dan yang pasti tidak makan terbang lagi," ucap Dirta.
"Aku heran sih, Om Fras itu gagah, memiliki usaha dan hidupnya bisa di bilang mapan, tapi kenapa tidak menikah. Padahal banyak gadis maupun janda yang mengincarnya," ucap Artha.
"Iya ya, sebelum kalian tinggal dengan Om Fras, ada seorang gadis yang pernah dekat dengan beliau, tapi setelah itu yang aku tahu, gadis itu malah menikah dengan orang lain," timpal Dirta.
"Eh...kok malah gibah masalah orang lain. Itu hak Om Fras dong, dia pasti punya alasan kenapa sampai sekarang belum juga menikah."
"Iya Ga, kamu benar. Tapi kasihan 'kan, kamu bujuk mama kamu dong. Toh papamu sudah meninggal, jadi apa salahnya jika mamamu mencari pengganti."
"Aku nggak masalah sih, asal mama ku bisa hidup bahagia. Tapi, aku nggak mungkin memaksa, itu hak pribadi mama, jika beliau hanya akan mencintai almarhum papaku saja, sepanjang hidupnya."
"Iya kamu benar Ga, kita bantu doa saja, mudah-mudahan orang baik seperti Om Fras akan mendapatkan jodoh yang baik pula suatu hari nanti," ucap Artha lagi.
"Ayo kita pulang!" seru Arga sambil menyambar tas dan keluar kelas.
Dirta dan Artha pun mengikuti Arga, ketiga sahabat itupun segera ke parkiran untuk mengambil motor mereka masing-masing.
Arga beruntung mengenal Fras, bahkan fasilitas motor pun Fras sediakan untuk Arga.
Apakah Arga akan mendapatkan izin dari sang mama? yuk, ikuti terus kelanjutannya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ana Laial
ada lnjutanya
2023-10-29
0
sri dilapanga
up lgi Thor...
2022-12-11
0
charis@ŕŕa
lanjut thor....spesial pkokny...😍😍
2022-12-11
0