Cinta Duda Kutub
Masih pagi namun sudah terjadi kekisruhan di rumah mewah mi kl ik seorang duda dua anak. Siapa lagi kalau bukan rumah Abimana dan kedua anaknya, Arsheno (5 tahun) dan Arbilha (4 tahun). Sungguh malang kedua anak kecil itu karena harus kehilangan bundanya saat melahirkan si bungsu yang cantik.
"Sheno maunya sama oma, mbak ,,," Pria kecil itu merengek ingin sarapan sama oma Kalisha padahal sang oma masih tidur.
Semalaman Arbilha sangat rewel karena demam tinggi hingga oma Kalisha dan opa Kuncoro meminta agar besannya datang membantunya. Jangan tanyakan ayah dari cucu-cucunya yang setiap hari selalu sibuk bekerja. Duda yang ditinggal mati oleh istrinya itu tak kekurangan sehingga harus bekerja keras. Ia hanya berusaha melupakan istri yang sangat dicintainya namun ternyata belum menampakkan hasil.
Empat tahun sudah sejak kepergian sang istri namun hatinya masih untuk ibu dari anak-anaknya. Baik mama Kalisha sebagai orang tua kandungnya maupun mama Rani yang tak lain adalah mama mertuanya sudah angkat tangan, menyerah dengan keputusan pria itu. Sudah banyak gadis cantik dan baik mereka perkenalkan namun tak satupun yang bisa menarik perhatian pria itu pun begitu halnya dengan kedua cucu kesayangannya.
"Bi, ada apa sih berisik banget ?!!" Mama Rani bergegas keluar kamar mendengar suara Arsheno merengek.
"Ini lho bu, den Sheno gak mau sarapan padahal kan harus sekolah." Mbak Mina menatap penuh kasih sayang pria kecil yang ia rawat sejak empat tahun yang lalu.
Hanya mbak Mina yang bisa menenangkan Arsheno dan Arbilha saat keduanya sedang menangis. Lain halnya jika sedang sakit maka keduanya akan sangat lengket dengan oma ataupun nenek mereka.
"Sayang, dek Ilha kan semalam sakit ,,, kasihan kan oma gak tidur semalaman. Bagaimana kalau sarapannya disuapin sama nenek ?" Dengan penuh kelembutan mama Rani membujuk cucu sulungnya.
"Tapi nek,aku rindu disuapin oma," Kali ini rengekan pria kecil itu disertai isakan.
"Eh, laki-laki sejati gak boleh nangis, Sheno kan pingin sepintar ayah kalau udah besar ,,," Mama Rani tahu betul kata-kata yang bisa membuat cucunya menurut. Sejak mulai pintar bicara Arsheno selalu ingin seperti ayahnya. Baginya ayahnya adalah super hero dalam hidupnya.
"Oke nek ,,,, gak ada oma nenekpun boleh." Arsheno kembali ceria. Dasar anak kecil selalu saja labil. Detik ini sedih detik berikutnya ceria seolah tak pernah sedih.
Mama Rani tersenyum melihat tingkah cucunya yang menggemaskan. Ada sebuah rasa yang sulit ia ungkapkan dari sudut hatinya. Mata bening Arsheno sangat mirip dengan mata putri sulungnya. Pria kecil itu makan dengan lahap dan dalam waktu sekejap nasi goreng favoritnya berpindah ke dalam perut mungilnya.
"Nah, itu baru anak pintar." Seru mama Rani tersenyum dibalik kesedihannya mengingat Sheila, putri sulungnya.
"Lho, kok masih disuap sih kak ,,, laki-laki harus mandiri." Timpal Abimana yang entah sejak kapan berada diantara mereka. Pantas saja mbak Marni langsung pergi.
Bukannya mbak Marni takut pada majikannya, hanya saja majikannya itu selalu memasang wajah datar dan dingin pada semua orang kecuali anggota keluarganya. mbak Marni takmtahan dengan sorot mata dingin majikannya.
"Sheno kan masih kecil, ayah ,,, kalau Sheno sudah besar gantian aku yang akan suapin nenek." Mendengar ucapan Arsheno membuat mama Rani terkekeh. Cucunya terdengar seperti orang dewasa saat berhadapan dengan ayahnya.
Anak berusia lima tahun itu layaknya orang dewasa, mungkin karena kecerdasan yang diwajibkan oleh Sheila. Selain mata bening Arsheno yang diwariskan oleh putrinya, kecerdasannya pun sepertinya menurun pada pria kecil itu.
"Buruan mandi boy, keburu telat ,,," Titah Abimana sambil meminum air putih. Kebiasaan yang tak pernah diabaikan oleh Abimana setiap kali bangun tidur.
Tanpa membantah, Arsheno segera mencari keberadaan pengasuhnya untuk melakukan ritual pagi sebelum berangkat ke sekolah. Kini tinggal mama Rani dan Abimana di meja makan.
"Kumohon ma, jangan lagi mendesakku untuk menikah. Anak-anak pun sudah terbiasa tanpa seorang ibu." Tukas Abimana sebelum mama mertuanya mulai memintanya agar segera menikah.
Abimana sudah hapal diluar kepala apa yang akan dibicarakan oleh mama dan mama mertuanya setiap kali mereka duduk bersama. Bukan Abimana tak ingin menikah, sebagai laki-laki normal tentu saja ia sangat ingin memiliki istri namun hingga saat ini dirinya belum menemukan gadis yang tulus menyayangi anak-anaknya. Gadis-gadis yang diperkenalkan oleh kedua wanita paruh baya itu hanya menginginkan harta dan dirinya.
"Ck, mama kan belum ngomong."
"Tapi aku tahu mama mau ngomong apa ,,, sudahlah ma, serahkan saja semuanya pada Yang Diatas." Hanya itu kata-kata yang selalu keluar dari bibir seorang Abimana. Ia tak ingin membahas hal yang satu itu karena sudah bisa dipastikan pembahasannya akan berkepanjangan.
"Iya nih, betah banget menduda. Apa selama ini gadis-gadis yang kami kenalkan ketuaan ?!" Timpal mama Kalisha membuat Abimana terlonjak kaget. Untung saja nasi gorengnya sudah ia telan.
"Astaga mama !! Hobby banget ngagetin orang ,,,"
"Oh maaf ya, mama hanya ngagetin duda yang terlempar dari kutub Utara dan kebetulan nebeng hidup di rahimku 30 tahun lalu." Mama Kalisha menatap sinis pria yang kini menatapnya datar.
Abimana menghela napas kasar, baru saja berhasil menangani mama mertuanya kini ia harus berhadapan dengan mamanya sendiri dengan persoalan yang pasti sama. Inilah salah satu penyebab sehingga hampir setiap hari ia memilih pulang tengah malam untuk menghindari pembicaraan dengan kedua wanita paruh baya itu.
"Ma, sudahlah ,,, lagian anak-anak gak ada masalah dengan kehidupan mereka saat ini."
"Mereka bukannya gak ada masalah, ABIMANA ,,, tapi belum karena mereka belum mengerti. Tapi lihatlah jika setiap hari Arsheno melihat teman sekolahnya diantar sama mama mereka atau mendengar teman-temannya memanggil mama maka saat itulah deritamu dimulai." Sarkas mama Kalisha dengan wajah serius.
"Jika Arsheno ataupun Arbilha memintanya maka aku berjanji akan memenuhi keinginan anak-anakku dan menikahi wanita yang mereka pilihkan dan mama berdua tidak terlibat sebagai provokator kedua anakku. Tapi ingatkami hanya akan menikah agar anak-anak memiliki seorang ibu, tidak lebih." Abimana yakin putra putrinya tak akan menginginkan seorang ibu. Arsheno dan Arbilha sudah terbiasa dan menikmati kehidupannya saat ini.
"Jangan asal ngomong. Mana ada seorang gadis yang rela membuat hidupnya sengsara. Menikah hanya untuk dijadikan pengasuh dua orang anak." Sinis mama Kalisha tak terima sifat sombong putranya.
"Selain Sheila tak ada lagi gadis yang bisa membuatku jatuh cinta. Dimana-mana semua wanita sama saja hanya ingin uang dan fasilitas yang mewah." Ucap Abimana dingin.
Hatinya benar-benar telah beku untuk sebuah cinta. Abimana kini bukan lagi seorang pria yang ramah pada semua orang. Ia telah membentang dirinya sedemikian rupa sehingga tak ada seorang gadispun yang bisa membobol benteng yang telah ia bangun.
🌷🌷🌷🌷🌷
Hai datang lagi nih othor ramadhan peyek.
Beri dukungan ya, apapun itu sangat berharga bagi othor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
ijin pindah kemari ya thor.. mau ngintip mr. songong yg ini... sumbat dia gak bakalan jatuh cinta lagi.. hai mr. duda itu krn situ belum ketemu dgn cewek yg klik di hati elu.. tar kalau udah ketemu, pengen lihat elu yg bucin bakal gimana konyolnya
2024-05-24
0
susi 2020
😍😍🥰
2023-06-25
0
susi 2020
🤩🤩🌹
2023-06-25
0