Satu bulan dilewati oleh Arditha dan kawan-kawan dengan aman, damai dan tentram. Arditha sangat menikmati perannya sebagai resepsionis karena setiap hari bisa menikmati wajah-wajah tampan para pria yang berkunjung ke perusahaan. Entah itu tamu yang akan mengadakan kerjasama dengan perusahaan atau untuk meeting di perusahaan tersebut.
Pembawaan Arditha yang ceria dan wajah yang cantik tentu saja menjadi buah bibir para rekanan perusahaan yang berinteraksi dengannya. Hal itu sampai pula ditelinga presdir perusahaan. Walaupun beliau tak tertarik dengan makhluk yang bernama perempuan namun tetap saja ia merasa penasaran.
‘Ck, kenapa aku sepenasaran ini pada seseorang yang hanya mahasiswa magang ,,,’ Batin Abimana menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pria itu berusaha mengusir rasa penasarannya. Terus terang saja selama ini ia tak pernah memperhatikan wajah para karyawannya termasuk mahasiswa yang saat ini sedang magang di perusahaannya.
“Jery, tolong pesan makan siang. Jadwalku siang ini kosong, kan ?!”
“Siap pak. Seperti biasa kan ?!” Jery tak ingin terjadi kesalahan saat memesan makanan di restoran depan perusahaan.
“Hmmm.”
“Gak apa-apa kan pak kalau aku minta tolong bagian resepsionis mengantarnya kemari ? Soalnya pekerjaanku padat merayap pak.” Jery berkata apa adanya. Sekretaris itupun tak ingin mendapatkan ceramah dari sang presdir jika meminta bantuan orang lain.
“Hmmm.”
Jery tersenyum mendengar deheman orang nomor satu perusahaan PT. Bhi_Lha. Bagi Jery itu adalah jawaban yang berarti “YA”, hal biasa dan sudah menjadi ciri khas pria tampan itu. Tanpa membuang-buang waktu, Jery segera menghubungi bagian resepsionis dan meminta agar pesanan makanan sang bos diantar ke lantai tertinggi perusahaan.
“Dit, aku ke toilet dulu, jika pesanan pak Jery datang tolong kamu antar ke lantai lima, ya ,,,” Tanpa menunggu persetujuan Arditha, Maya langsung ngibrit ke toilet desakan alam tak mungkin ia tahan.
“Jangan lama-lama, kak ,,,” Arditha berteriak namun tak digubris oleh Maya yang dalam sekejap sudah menghilang dari pandangannya.
Suasana sunyi dijadikan sebagai kesempatan oleh Arditha untuk berselfie ria seorang diri kemudian mengirim ke sosial medianya. Tak lupa ia kirimkan pada abang kesayangannya dengan caption “Bang jangan lupa transferannya”.
“Selamat siang, mbak ,,,” Sapa seseorang dengan kresekan yang berisi beberapa dos makanan di dalamnya.
“Selamat siang mas ,,, ada yang bisa kubantu ?!” Balasnya dengan senyum manisnya. Seorang Arditha selalu ramah pada siapa saja tanpa melihat status seseorang. Baginya setiap manusia sama saja karena mereka tak pernah memilih tempat atau status dimana mereka akan dilahirkan.
“Makanan pesanan pak Jery, mbak ,,,” Pria itu mengacungkan kresekan yang dibawanya.
“Langsung aja mas.”
“Pesan pak Jery hanya mengantar ke bagian resepsionis.”
“Tapi pembayarannya gimana ?!”
“Urusan pak Jery, mbak.”
Setelah serah terima kresekan yang berisi makanan pesanan sekretaris Jery, pria itupun akhirnya pergi. Tanpa membuang-buang waktu, Arditha segera mengayunkan langkahnya menuju lift karyawan. Dari arah yang berlawanan Maya pun berjalan ke arah bagian resepsionis untuk kembali bertugas.
Ting
Pintu lift terbuka ketika tiba dilantai lima. Arditha pun bergegas keluar menghampiri meja sekretaris Jery. Bersamaan dengan pintu ruangan besar pun terbuka dan menampilkan seorang pria tampan. Namun kali ini wajah tampan itu tak menarik minat seorang Arditha untuk diberikan tatapan khas miliknya. Arditha teringat kata-kata Maya bahwa bos mereka adalah seorang duda dua anak.
“Kamu ??!!” Abimana menatap lekat-lekat Arditha. Ia mengenali Arditha yang tak lain adalah adik sahabatnya. Mereka pernah bertemu sekali.
“Ya pak, aku mahasiswa magang dan kebetulan ditempatkan pada bagian resepsionis makanya aku yang mengantarkan pesanan pak Jery. Sesuai perintah pak.” Arditha berbicara dengan sangat lancar membuat Abimana kembali dengan tatapan datarnya.
Rupanya gadis belia itu tak mengenalinya. Abimana diam-diam tersenyum kecut karena rupanya hanya dirinya yang mengingat gadis itu. Wajar saja jika ia tak bisa melupakannya karena hanya gadis itu yang berani dengan blak-blakan menolak pesonanya hanya karena dirinya seorang duda.
“Oh hanya mahasiswa magang ?!” Sinis Abimana karena merasa kesal entah mengapa kekesalannya tiba-tiba menguasai dirinya.
“Maksud bapak apa ?” Arditha merasa tersinggung mendengar ucapan orang nomor satu di perusahaan.
Abimana tak membalas perkataan Arditha. Pria itu hanya meraih kresekan dan memutar tubuhnya memasuki ruang kerjanya. Hal itu membuat Arditha semakin murka.
“Bosnya pak Jery benar-benar gak ada akhlak, ya ?! Sombong banget jadi orang.”
“Jangan menantang pak presdir nona, ingat nilai magangmu tergantung beliau.” Jery mencoba menenangkan Arditha yang kesal tingkat dewa. Mahasiswa mana yang ingin menyelesaikan magangnya dengan nilai B atau lebih parahnya mengantongi nilai C.
Arditha kemudian berjalan ke arah lift setelah berpamitan pada sekretaris Jery. Pria yang cukup tampan menurut penglihatan Arditha. Gadis itu memang sangat jeli dengan pria tampan. Walaupun hatinya belum menemukan pilihannya namun sebagai wanita normal tentu saja ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Sementara itu di dalam ruang kerja Abimana, pria itu tak percaya jika adik sahabatnya ternyata sedang magang di perusahaannya. Ia pun tak menyangka jika gadis itu sama sekali tak mengenalinya.
‘Ahhh ,,, kenapa aku berharap gadis itu mengingatku ?’ Abimana bermonolog seraya memindahkan nasi beserta lauknya ke dalam perutnya yang sedang memerlukan asupan gizi. Hingga makanan siangnya tuntas, Abimana terus memikirkan gadis belia itu.
Ada desiran aneh yang tiba-tiba saja ia rasakan namun segera ditepisnya karena rasa itu begitu asing baginya.
Berbeda halnya dengan Arditha yang masih merasa kesal dengan keangkuhan presdir PT. Bhi_Lha. Ia sangat tersinggung saat mendengar perkataan pria angkuh itu. Memang dirinya hanya mahasiswa magang tapi bukan untuk direndahkan seperti itu, kan ?! Apa salahnya dengan mahasiswa magang ? Bukankah setiap kampus memiliki persyaratan seperti itu ? Mereka juga bekerja seperti karyawan tetap perusahaan.
Arditha terus berjalan dengan wajah masam hingga tanpa sadar ia telah berdiri di depan Maya. Sontak saja gadis cantik itu terlonjak kaget.
“Astaga, Dithaaa ,,, kamu ngagetin aja ih,” Setengah berteriak Maya menatap wajah masam rekan kerja sementaranya.
“Aku lagi kesal, kak ,,,”
“Iya, aku tahu kok. Wajahmu mencerminkan suasana hatimu, memangnya ada apa ?” Maya berubah serius dan memperhatikan wajah cantik Arditha.
“Di perusahaan ini emang mahasiswa magang gak dianggap ya, kak ?!” Tatapan Arditha menuntut jawaban dari Maya yang notabene adalah karyawan tetap perusahaan.
“Enggak tuh, kami menganggap kalian adalah rekan kerja walaupun hanya sementara.” Balas Maya apa adanya. Ia tak mengerti arah pembicaraan gadis ceria yang sebulan terakhir ini menemaninya dengan candaan dan segudang kejahilannya namun justru membuat Maya lebih santai dalam bekerja.
“Tapi barusan bos kak Maya merendahkanku sebagai mahasiswa magang.”
“Lho, kok bisa ?!”
“Ceritanya panjang, intinya bos kak Maya mengataiku OH HANYA MAHASISWA MAGANG.” Arditha memberi penekanan pada kata OH HANYA MAHASISWA MAGANG. Kesal dan marah sudah pasti akan tetapi iapun sadar akan posisinya saat ini.
“Jangan diambil hati, kata-kata presdir memang sepedas cabe rawit 1 kontainer.” Maya terkekeh mengetahui sebab kekesalan Arditha.
Seluruh penghuni perusahaan sudah terbiasa dengan suara datar dan dingin plus kata-kata pedas duda dua anak itu. Selama beliau tidak sedang dalam keadaan marah hingga mengeluarkan tanduknya maka para karyawan akan tetap tenang dan santai menanggapinya. Akan tetapi jika presdir sedang marah maka seluruh karyawan seolah ingin masuk ke dalam perut bumi agar terhindar dari singa jantan itu.
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
tenang Arditha... Abu bersikap begitu krn sebenarnya dia itu penasaran ama mu yg terang² menolak pesonanya...
2024-05-24
0
susi 2020
🤣🤣😂🤣🤣😂
2023-06-25
0
susi 2020
🤣🤣😂
2023-06-25
0