Jam menunjukkan pukul 06.30 saat Abimana bersama mama Kalisha dan papa Kuncoro tiba di kantor. Satu per satu karyawan mulai berdatangan namun meja bagian resepsionis sama sekali tak menampakkan penghuninya. Diam-diam Abimana menarik napas lega karena dengan demikian kedua orang tuanya tak melihat langsung gadis yang membawa putranya.
Mengetahui jika kedua orang tuanya akan berkunjung ke kantornya membuat Abimana melajukan mobilnya dengan kecepatan sedikit diatas rata-rata sehingga mereka tiba lebih cepat.
"Kita langsung ke ruanganku aja ya ma, pa," Abimana menggandeng tangan sang mama sehingga mau tak mau mama Kalisha mengikuti langkah putranya itu. Papa Kuncoro pun mengikuti mereka dari belakang.
Abimana tak melepaskan gandengan tangannya hingga memasuki lift khusus tamu dan pemilik perusahaan. Papa Kuncoro hanya bisa menatap pasrah tangan sang istri yang kini berada dalam genggaman putra tunggalnya. Kesan datar dan dingin seorang Abimana seketika luntur kala bersama dengan keluarganya.
Ting
Lift berhenti dan pintu pun terbuka. Masih dengan posisi tangan yang sama Abimana bersama mama dan papanya keluar dari benda berbentuk kotak tersebut. Melihat sang bos datang bersama kedua orang tuanya, Adam segera berdiri dan menyambut mereka.
"Assalamualaikum om dan tante,". Sapa Adam seperti biasanya.
"Waalaikumsalam nak Adam, gimana kabarnya ?" Mama Kalisha membalas salam asisten putranya dengan lembut khas seorang ibu.
"Ck, kamu kayak bertamu aja, Dam." Abimana menimpali sambil mencebikkan bibirnya mendengar salam asistennya.
Adam mengikuti presdir dan kedua orang tuanya memasuki ruang kerja orang nomor satu di perusahaan. Dengan meletakkan setumpuk map berisi berkas yang memerlukan sentuhan tangannya di lembaran terakhir setiap kertas tersebut.
"Banyak banget, Dam ? Kamu sudah periksa dengan teliti, kan ?!" Abimana membuka map tersebut satu per satu. Ia tak mungkin memeriksanya satu per satu karena akan memakan waktu yang lama apalagi kedua orang tuanya berada di dalam ruangannya yang busa dipastikan sebentar lagi akan ramai saat Arsheno tiba.
"Jangan khawatir bos, semua sudah kuperiksa."
"Oh ya Dam, tolong tanyakan bagian resepsionis yang kemarin membawa putraku menginap di rumahnya, kalau sudah datang, tolong kamu jemput Arsheno. Oma dan opanya sudah menunggu tuh." Abimana berkata dengan sangat pelan agar pasangan suami istri itu tak mengetahui siapa yang membawa putranya.
Tidak mungkin mama dan papanya menanyakan satu per satu karyawan yang demikian banyaknya. Rupanya Abimana melupakan satu hal tentang mamanya.
Adam hanya membalas dengan anggukan tanda mengerti kemudian ia keluar dan melaksanakan perintah bos sekaligus sahabatnya. Ia sangat memahami keadaan Abimana yang setiap saat di desakan agar segera menikah kembali. Satu hal yqng sangat dihindari oleh seorang Abimana.
Bagi duda dua anak itu, jatuh cinta hanya sekali seumur hidup pun begitu halnya dengan pernikahan yang hanya ia lakukan bersama almarhumah istrinya. Adapun kedua anaknya membutuhkan kasih sayang seorang ibu, suatu saat anak-anaknya akan mengerti. Bukannya ia egois akan tetapi semua dilakukannya larang ia tak ingin menghianati cinta pertamanya yaitu Sheila, wanita yang mampu membuat dunianya penuh warna. Kenangan mereka tak akan pernah hilang dan akan selalu ia abadikan di dalam hatinya.
Tak selang berapa lama, pintu ruang kerja Abimana terbuka dan menampilkan sosok pria kecil. Sontak saja mama Kalisha dan opa Kuncoro tersenyum lebar menyambut cucu kesayangannya.
"Duh, cucu oma dari mana aja sih, sampai nginap segala,". Mama Kalisha merajuk memulai dramanya. Papa Kuncoro dan Abimana hanya menatap keduanya dengan tatapan berbeda.
"Sheno tidur di rumah mama, oma,"
Wajah mama Kalisha dan papa Kuncoro seketika berubah sendu. Pasangan suami istri itu mengalihkan tatapannya pada putra tunggalnya. Sedemikian rindunya cucunya pada sosok seorang ibu sehingga mahasiswi magang pun dianggapnya sebagai mamanya.
"Mama gak mau tahu, pokoknya nanti malam kita ke rumah teman mama mertuamu. Kemarin Rani menelepon mama dan menyampaikan maksudnya untuk menjodohkanmu dengan anak temannya. Kami gak menerima penolakan demi kedua cucu kami. Jangan menolaknya hanya karena alasan cinta hanya sekali seumur hidup. Ini kehidupan nyata bukan sebuah drama ataupun sinetron apalagi novel yang selalu mengagungkan cinta." Tandas mama Kalisha panjang lebar dan hanya dengan sekali tarikan napas.
Abimana hanya bisa pasrah, ia tahu hari ini akan tiba hanya saja ia tak pernah menyangka akan secepat ini.
"Benar kata mamamu nak, sudah 4 tahun kamu menduda. Mertuamu tak mungkin memilihkan gadis yang tidak bermutu, mereka sangat menyayangimu layaknya anak sendiri. Lagipula sangat disayangkan senjatamu yang perkasa akan berakhir karatan jika tak pernah dipakai." Papa Kuncoro terkekeh melihat ekspresi duda kutub di depannya.
"Apa ? Ayah punya senjata, opa ? Kok Sheno gak pernah lihat ?" Tatapan mata bening Arsheno tampak berbinar menatap ayah dan opanya secara bergantian.
"Oh itu senjata khusus sayang, gak boleh diperlihatkan karena hanya bisa ditembakkan pada mamamu." Papa Kuncoro mencoba memberikan pengertian pada pria kecil kesayangannya dengan bahasa sederhana.
"Jadi Sheno akan punya mama ? Tapi Sheno hanya mau mama yang semalam bobo sambil meluk Sheno. Pelukannya enak dan hangat." Ucap Sheno polos.
Abimana mengusap wajahnya kasar mendengar pengakuan putranya. Ia membayangkan putranya tertidur dalam pelukan gadis belia itu. Seketika sesuatu yang telah lama tertidur tiba-tiba bangun hanya membayangkan putranya dipeluk oleh gadis itu.
"Nanti malam kita ikut nenek sama kakek aja, ya ? Kita bertamu ke rumah teman nenek dulu baru setelah itu kita mengunjungi rumah mama, ok ?!" Soal bujuk membujuk mama Kalisha memang ahlinya, terbukti Arsheno yang keras kepala pun langsung menurut.
Padahal Abimana berharap putranya akan ngotot menolak ajakan omanya. Anak kecil memang tak bisa diharapkan, selalu berubah-ubah tergantung siapa yang menghadapinya.
Sejak Arsheno datang, diam-diam Abimana memperhatikan baju yang di kenakan oleh putranya itu namun ia tak berani bertanya karena tak ingin menarik perhatian mama serta papanya. Baju yang dikenakan putranya begitu pas di badannya. Sekecil itukah gadis magang itu ? Tapi kemarin ia lihat orangnya tidak kecil kok, walaupun juga tidak besar-besar amat.
Abimana terus tenggelam dengan pikirannya, hingga papa dan mamanya berdiri dan berpamitan pulang untuk mempersiapkan diri nanti malam.
"Kami pulang, ingat kamu harus pulang lebih awal. Jangan kecewakan mama mertuamu." Mama Kalisha sengaja memakai besannya karena ia tahu duda keras kepala itu sangat menyayangi mama mertuanya dan tak ingin mengecewakannya.
Dengan liatnya tangan Abimana mengirimkan sebuah organisasi pada asisten andalannya agar menyuruh Arditha melakukan sesuatu sehingga saat putranya dan kedua orang tuanya melewati meja resepsionis, mereka tak melihat keberadaan gadis itu.
"Iya ma, jangan khawatir. Tapi kalian harus berjanji akan menghormati keputusanku dan kedua anakku. Jika mereka tak setuju maka akupun tak akan menikahi gadis itu." Abimana sangat yakin jika Arsheno akan menolak gadis itu seperti biasanya. Ia tahu jika putranya itu hanya mengakui gadis magang itu sebagai mamanya dan Abimana sengaja menyembunyikan gadis itu agar mama dan papanya tak melihatnya.
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
tolaklah sepuas hatimu, Abi... tp yg namanya jodoh itu emang ketentuan yg udah di gariskan jd kamu gak bakal bisa mengelak
2024-05-24
0
susi 2020
👍👍👍
2023-06-25
0
Zainab ddi
author kok blm update ya jd penasaran nih
2022-12-19
0