Hari terus berlalu, kesibukan Arditha di kampus semakin menyita waktu hingga tanpa terasa kini waktunya untuk magang sebagai salah satu persyaratan di universitas tempatnya menuntut ilmu. Arditha sangat antusias menyambutnya, sejak lama ia sangat ingin merasakan dunia kerja apalagi kampus merekomendasikannya pada salah satu perusahaan besar. Bersama ke empat temannya, Arditha magang disalahkan satu perusahaan besar di tanah air.
“Kenapa gak magang di perusahaan kita aja sih, dek ?”
“Ogah, di tempat kakak semua mengenalku jadi gak ada tantangan kerja.” Balas Arditha apa adanya. Gadis itu terlalu menyukai sebuah tantangan.
Seluruh karyawan pada perusahaan abangnya sudah mengenal Arditha dan bisa dipastikan jika ia magang disana maka semuanya pasti dimudahkan. Dan itu sangat dibencinya.
“Emang kamu dapat perusahaan mana ?”
“PT. Bhi_Lha, kak. Itu lho perusahaan besar yang bergerak diberbagai bidang. Hebat kan aku ? Hanya ada lima orang lho, semua penerima beasiswa yang artinya hanya orang pintar yang mereka terima.” Ucap Arditha sedikit jumawa.
“Wah, hebat dong. Bos perusahaan itu teman abang, lho dek.”
“Oh ya ? Tapi bang, jangan bilang-bilang kalau aku adalah adik abang. Biarkan aku merasakan kerja tanpa koneksi.” Pinta Arditha memelas.
Kenan tersenyum mengacak-ngacak rambut adik kesayangannya. Arditha memang gadis yang mandiri dan tak pernah ingin memanfaatkan koneksi sang abang. Walaupun jika berhubungan dengan uang selalu berhasil mengerjai sang abang.
“Kapan magangnya dimulai ?”
“Besok bang, doakan ya agar semuanya lancar.”
“Semoga dapat jodohnya disana.” Timpal mama Sherly tersenyum lebar.
Puas rasanya jika setiap hari menggoda putrinya seperti saat ini. Gadis itu akan sangat kesal jika sang mama selalu berbicara soal jodoh. Bagi Arditha, masa mudanya harus dinikmati dengan baik dan tak ingin memikirkan pernikahan. Ia memiliki kriteria tersendiri tentang calon imamnya dan sejauh ini belum ada yang benar-benar memenuhi kriterianya. Pernah sekali ia merasa kagum pada teman abangnya namun hanya sekedar rasa kagum karena pria itu ternyata seorang duda.
“Apa mama gak sayang lagi sama Ditha ?”
“Jangan suka ngomong sembarangan, sayang. Orang tua mana yang tak menyayangi darah dagingnya sendiri.”
“Tapi kenapa mama selalu saja ingin agar aku segera mendapatkan jodoh ? Mama tahu kan, masa muda itu tak akan terulang jadi biarkan aku menikmati sepuasnya. Kalau mama pingin dapat menantu, noh bang Ke suruh nikah, umurnya juga sudah cukup untuk menikah hidupnya juga mapan.” Kesal Arditha.
Mendengar panggilan adiknya membuat Kenan mendelik tajam, ia tak terima dengan panggilan sang adik. Sementara mama Sherly hanya bisa tertawa. Kenan yang terlalu menyayangi dan memanjakan adiknya hanya bisa mendelik setiap kali sang adik memanggilnya dengan sebutan bang Ke. Pria berparas tampan itu tak pernah tega meskipun hanya sekedar berbicara dengan nada tinggi pada adik semata wayangnya.
“Abang gak akan menikah sebelum kamu bekerja dan menikah, dek.” Tukas Kenan tersenyum lebar.
“Yah, lama dong. Abang keburu tuir.” Arditha lagi-lagi meledek abangnya.
“Gak usah dibahas, pokoknya kamu fokus sekolah sampai abang gak mampu membiayai sekolahmu agar masa depanmu secerah mentari pagi.” Ucap Kenan tak ingin dibantah.
Tak ada lagi percakapan diantara mereka bertiga. Arditha terlihat sangat antusias karena besok adalah hari pertamanya magang. Semoga saja semua berjalan lancar hingga tiga bukan ke depan. Syukur-syukur jika bos perusahaan tersebut menyukai hasil kerjanya dan dijadikan karyawan tetap.
Hingga malam hari Arditha begitu antusias, kemudian gadis itu masuk ke dalam kamar. Sebelum tidur, Arditha menyiapkan baju yang akan ia kenakan besok. Kemeja putih dan bawahan hitam. Arditha yang tak menyukai rok memilih kulot untuk bawahannya. Arditha tipe gadis yang tak menyukai hal-hal yang ribet termasuk berdandan dengan make up tebal seperti gadis-gadis pada umumnya. Cukup dengan bedak dan liptint serta lotion agar kulitnya tetap lembab.
Malam semakin larut, Arditha pun mengistirahatkan tubuhnya. Ia tak ingin terlambat dihari pertamanya magang. Arditha tak ingin memberi kesan buruk di hari pertamanya. Bukankah kesan pertama yang baik merupakan sebuah penilaian yang baik pula bagi orang-orang disekitar kita ?
Suara binatang malam mengantar penduduk bumi untuk menggapai dunia mimpi agar keesokan harinya kembali segar dan beraktifitas sebagai makhluk sosial. Tak sabar rasanya menunggu pagi. Arditha pun tertidur dengan pulas.
🌟🌟🌟🌟
Sang mentari perlahan menggeser bulan yang menguasai malam. Kini Suara binatang malam pun tergantikan dengan nyanyian merdu burung-burung menyambut mentari pagi. Para penghuni semesta pun berlomba-lomba meninggalkan peraduannya.
Seperti biasa mama Sherly pun bernyanyi mengalahkan nyanyian burung-burung. Arditha yang tak terusik masih berada dibawah selimut dengan mata tertutup rapat. Hingga suara sang mama naik beberapa oktaf barulah gadis cantik itu membuka matanya.
“Dithaaaaa !!!” Teriakan mama Sherly menggelegar memenuhi kamar gadis cantik itu.
Sontak saja gadis itu tersadar dan seketika seluruh nyawanya terkumpul. Melirik kearah jendela yang berada disisi kiri tempat tidurnya mulai menampakkan sinar mentari, seketika Arditha berlari ke arah kamar mandi. Ia teringat jika pagi ini adalah hari pertamanya magang.
Setelah berpakaian rapi, Arditha segera turun ke lantai bawah. Kenan sudah duduk manis menunggu sang adik untuk sarapan bersama.
“Selamat pagi cantik, tumben cepat bangun.” Sapa Kenan dengan senyum meledek.
“Selamat pagi juga abang ganteng ,,,” Balas Arditha mengedipkan sebelah matanya.
“Astaga, kalian adik kakak bukannya sarapan malah saling menggoda.” Tegur mama Sherly seraya duduk dikursinya.
“Abang tuh ma, kelamaan jomblo jadinya adik sendiri digombalin.”
“Sesama jomblo memang harus saling menggoda agar kejombloannya gak kerasa.” Balas Kenan tak mau kalah.
Arditha dan Kenan lalu tertawa. Setelah puas saling menggoda dan tertawa akhirnya mereka sarapan bersama. Kehangatan keluarga kecil itu sangat terasa manakala sedang sarapan. Karena saat itulah kakak dan adik itu bertemu, siang hari keduanya sibuk dengan urusan masing-masing sedangkan malam hari terkadang Kenan lembur atau sekedar nongkrong dengan teman-temannya.
Selesai sarapan, keduanya berpamitan pada mama Sherly kemudian mencium punggung tangan wanita yang selalu ada untuk mereka. Secara beriringan keduanya meninggalkan rumah mereka sementara mama Sherly melambaikan tangan hingga kedua mobil tersebut hilang dari pandangan.
Tiba di persimpangan jalan Kenan dan Arditha mengambil arah yang berbeda. Tujuan mereka tak searah. Kenan mengambil arah timur sedangkan Arditha arah selatan. Dengan saling membunyikan klakson sebagai salam perpisahan.
Arditha terus melajukan mobilnya dan sesekali mendahului mobil yang lain dengan cara sedikit ekstrim sehingga pengendara yqng menjadi korbannya membunyikan klaksonnya sekeras mungkin. Bukan Arditha namanya jika terpengaruh atau kena mental mendapatkan perlakuan seperti itu. Gadis itu hanya menarik ujung bibirnya kemudian kembali menancap gas saat kendaraan kurang dan ada celah untuk ia lewati.
Tujuan sudah di depan mata dan Arditha pun melajukan mobilnya dengan pelan. Melewati pos penjagaan ia melihat keempat temannya dengan seragam yang sama dengannya pun baru saja memarkirkan mobilnya.
🍒🍒🍒🍒
Dua bab sore ini semoga cukup
Jangan bosan dengan updatenya, ya
Goyangkan jempol beri dukungan pada cerita ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
bakal ketemu sama mas duda dong neng..
2024-05-24
1
susi 2020
🥰🥰
2023-06-25
0
susi 2020
😘😍
2023-06-25
0