Sang waktu terus bergulir tanpa bisa dihentikan, sinar matahari mulai menggigit hingga kulit putih bak susu milik Arditha kini memerah. Tanpa disuruhpun Arditha mengakhiri jalan-jalannya di tepi pantai. Kenan hanya mengawsinya dari jauh sambil menikmati kelapa muda.
"Nikmat banget kelihatannya bang," Arditha menghempaskan diri di depan sang abang.
"Iyalah, sambil menikmati indahnya pantai. Melupakan sejenak pekerjaan, kapan lagi usaha liburan seperti ini, walaupun dadakan." Kenan menyeruput air kelapanya.
"Mbak, aku juga mau dong," Arditha tak kuasa menahan godaan kelapa muda.
"Silahkan kak," Seorang gadis manis meletakkan kelapa muda di depan Arditha sambil tersenyum.
"Makasih mbak," Arditha meraih kelapa muda tersebut dan ikut menikmati segarnya air kelapa mudanya.
Sesaat keduanya terdiam sambil menatap air laut yang berwarna biru. Sangat menenangkan hati saat memandang ke arah laut lepas. Demikian luasnya hingga terlihat tak bertepi.
"Gimana perasaanmu dek ?! Abang ingin bicara serius tapi jika perasaan marah dan kesalmu masih menguasai hati dan pikiran sebaiknya di tunda dulu." Kenan menatap Arditha serius. Ia sengaja membawa Arditha ke pantai agar mereka bisa berbicara dengan leluasa.
Sesaat Arditha terdiam menatap sang abang dalam-dalam sebelum kembali menyeruput air kelapa muda yang sangat segar melewati kerongkongannya.
"Bicara soal duda itu ?!" Arditha menarik napas panjang. Ada rasa sesak dalam dadanya yang berusaha ia tahan. Gadis itupun bertekad akan berbicara serius dengan sang abang tanpa gangguan.
"Pria itu punya nama dek, jangan berlaku tidak sopan," Kenan menegur adiknya dengan nada lembut. Tak pernah sekalipun ia bersuara keras pada sang adik sehingga Arditha pun selalu berusaha menjaga agar lisan sang abang tidak naik hingga beberapa oktaf saat berbicara dengannya.
"Maaf bang," Arditha tersenyum kecut melihat wajah abangnya yang sedikit berubah namun tetap lembut padanya. Ekspresi yang sangat kontras dengan cara bicaranya yang lembut.
"Dek, dengarkan abang baik-baik. Bukan maksud abang menggurui atau apapun tanggapan terhadap abang. Tapi ketahuilah bahwa abang sangat menyayangimu dan tak ingin kamu menderita di kemudian hari." Kenan tak melepaskan tatapan matanya pada manik mata Arditha. Hal itu menandakan betapa seriusnya Kenan saat berbicara.
"Dengan menikahi pria yang masih mencintai mendiang istrinya ? Sementara akupun mencintai kekasihku ? Bang, jika ini diteruskan, bukan lagi tentang siapa yang melukai siapa dan siapa yang terluka pada akhirnya. Kami berdua sama-sama memiliki kisah, dan kisah itu akan selalu ada dalam kehidupan pernikahan kami nantinya." Arditha membalas tatapan mata abangnya. Tak ada yang harus ia sembunyikan, hari ini semua harus ia ungkapkan pada sang abang. Ada sebuah harapan dibalik terus terangnya seorang Arditha.
"Betul dek, abang sangat setuju tapi disini kita lihat pria mana yang lebih serius, yang datang dengan keluarganya bahkan dengan mertuanya sekligus, itu menandakan mereka setuju dan merestui pernikahan kalian. Artinya ke depannya tak akan ada masalah dengan para orang tua. Sisa kalian berdua yang berusaha untuk saling menerima dan berupaya menumbuhkan rasa cinta dalam hati. Ikhlas saling menerima dan komunikasi yang baik adalah kuncinya. Jangan ada rahasia diantara kalian berdua." Kali ini Kenan bertindak layaknya seseorang yang mengetahui segala hal tentang kehidupan sebuah pernikahan. Padahal diri sendiri jomblo abadi.
"Aku setuju yang abang katakan, akan tetapi abang pun harus tahu jika pria itu sudah menjelaskan mengapa dia menerima perjodohan ini. Semua karena anaknya yang hanya menginginkanku sebagai mamanya. Makanya kami sepakat untuk bertunangan selama satu tahun sambil mencari jalan agar pertunangan itu batal." Arditha membeberkan pembicaraan yang telah ia dan Abimana sepakati.
Kenan terhenyak mendengar kata-kata Arditha. Ia menatap manik mata sang adik mencari kebohongan namun sayangnya tak ia temukan. Adiknya berkata jujur. Walaupun Kenan tahu jika sahabatnya sangat mencintai mendiang Sheila namun tidak seharusnya mengungkapkan kebenarannya di depan adiknya yang pasti akan berpikiran pendek. Arditha masih sangat muda dan tentu saja egonya pun masih belum bisa dikelola dengan baik. Apalagi Arditha bukan tipe gadis yang sabar.
"Semua pria yang ditinggal mati oleh istrinya akan seperti itu dek. Abang yakin Abimana gak memiliki maksud apa-apa saat mengatakan hal itu, mungkin saja ia melihat bahwa kamu sangat menentang perjodohan kalian makanya dia berkata seperti itu." Kenan berusaha berkata bijak agar sang adik bisa sedikit melunakkan hatinya.
"Bagaimana kalau semua itu adalah kebenaran ? Abang mau tanggung jawab ?" Arditha menyerang sang abang. Ia yakin semua yang dikatakan duda itu adalah benar adanya.
"Dan apa kamu yakin dengan pria yang kamu cintai akan benar-benar tulus padamu ? Bagaimana jika pada kenyataannya pria itu justru mengkhianatimu ? Apq kamu memiliki jaminan kesetiaannya ? Gini deh, kita hidup di dunia nyata dan butuh kepastian hidup. Jika ada pria yang ingin bertanggung jawab dan sudah membuktikan keseriusannya untuk apa lagi kita mempertahankan pria yang bahkan berkenalan dengan keluarga pun belum. Cinta itu memang buta dek, tapi kita juga harus memakai logika." Sebenarnya Kenan sudah mulai putus asa berdebat dengan Arditha. Sudah setengah hari mereka duduk dan saling beradu argumen namun belum juga ada tanda-tanda jika gadis keras kepala ini akan menyerah.
"Aku setuju dengan semua yang abang katakan akan tetapi biarkan aku dengan cintaku dan akupun tak akan mengusik cinta dan perasaannya pada mendiang istrinya. Jika abang dan mama terus memaksaku untuk menikah maka aku akan lakukan tapi jika terjadi sesuatu yang buruk nantinya akupun meminta agar mama ataupun abang jangan pernah ikut campur." Arditha menegaskan setiap kata-katanya.
"Baik, abang berjanji asalkan bukan kamu yang melakukan kesalahan itu. Dan sebagai langkah awal, kamu harus putuskan hubunganmu dengan pria yang bernama Pras itu." Tandas Kenan. Ia tak ingin jika Arditha terus menerus memikirkan pria yang belum ia ketahui wujudnya.
"Maaf bang, kalau masalah itu aku gak bisa melakukannya. Anggapan sebagai kompensasi karena mengikuti kemauan kalian." Arditha tak mungkin memutuskan jalinan yang sudah mereka jalani. Lagipula Abimana pun masih mencintai istrinya. Rasa yang misterius dan tak bisa dipaksakan kehadirannya ataupun diatur pada siapa rasa itu akan berlabuh.
Kenan mengusap wajahnya kasar, dalam hati ia menyimpan rasa penasaran yang sangat besar pada pria yang berhasil memenangkan hati sang adik. Kenan sangat mengenal Arditha yang tak akan pernah sembarangan memberikan hatinya pada seseorang. Gadis itu adalah tipe wanita yang sangat sulit jatuh cinta.
"Kamu gak berniat bercerai kan, dek ?"
"Aku gak busa memastikannya, bang. Tapi untuk saat ini aku melakukannya demi mama dan abang." Arditha masih memasang wajah seriusnya.
"Pikirkan juga anak kecil yang sejak awal sudah menyayangimu layaknya rasa sayang anak pada ibunya." Kenan mencoba menyentuh hati sang adik dengan menggunakan pria kecil yang lucu nan cerdas itu.
"Aku akan berusaha menyayangi anak itu dan setiap hari akan memberinya pengertian jika sesungguhnya aku bukanlah mamanya. Abang jangan khawatir, aku tidak sekejam itu." Mendengar ucapan sang adik membuat Kenan tersenyum puas. Walaupun Arditha masih kukuh dengan pendiriannya namun setidaknya ia bisa sedikit tenang karena keberadaan kedua anak kecil itu.
Misi selanjutnya, Kenan akan berbicara dari hati ke hati dengan sahabatnya. Meskipun pembicaraannya dengan Arditha tidak tergolong berhasil namun pun tidak juga gagal. Semoga saja kelak Arditha dan Abimana tidak melakukan kesalahan yang akan berakibat berakhirnya hubungan mereka berdua.
"Kita makan siang yuk, abang sudah lapar nih," Kenan memilih mencari makan daripada meneruskan pembicaraan yang boleh dikata tak ada titik temunya.
"Makannya dipertahankan pulang aja bang, tadi aku lihat banyak lesehan yang kita lewati. Kayaknya asyik makan di tempat seperti itu."
Kenan membayar kelapa mereka berdua kemudian berjalan sambil bergandengan tangan dengan mesra menuju parkiran mobil. Beberapa pasang mata yang melihat mereka tersenyum, mungkin mereka mengira keduanya adalah pasangan yang sedang di mabuk asmara.
🌷🌷🌷🌷🌷
Selamat pagi readers,,,
Trima kasih ya, atas dukungannya selama ini
Mudah-mudahan siang nanti bisa up satu bab lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
gak salah juga kalau Arditha berpikiran buruk ke Abi, krn Abi sendiri yg membuat Ditha agar gak terlalu berharap pd hubungan mereka kan..
2024-05-24
1