Jam menunjukkan pukul 18.35 saat Kenan dan Arditha beriringan memasuki halaman rumah. Arditha menunggu sang abang keluar dari mobilnya kemudian berjalan sambil bersangkutan memasuki rumah bergaya minimalis itu. Keduanya melongo melihat sang mama menata meja makan dengan berbagai menu dan tak lupa hidangan penutupnya.
"Lho lok makanannya banyak banget, ma ?" Arditha bertanya mewakili sang abang yang memang tak suka banyak bicara.
"Teman mama dan keluarganya akan datang, sekalian kita makan malam bersama."
"Teman mama yang tempo hari itu ?"
"Ia, cepat buruan kalian berdua mandi. Gak enak lho kalau mereka datang dan kalian masih kucel gini." Mama Sherly mendorong kedua anaknya agar ke kamarnya untuk bersiap.
Mau tak mau Arditha dan Kenan menuruti kemauan mamanya tersayang. Bisa bahaya jika tak mengikuti keinginan ibu ratu, bisa-bisa mereka tak di kasih jatah makan malam ini.
"Bang, kok perasaanku gak enak, ya,". Arditha menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap sang abang yang telah siap membuka pintu kamarnya.
Kamar keduanya memang terletak bersebelahan. Hanya beda suasana dalam kamarnya saja. Jika kamar Kenan bernuansa putih karena memang orangnya sangat pembersih maka berbeda halnya dengan kamar Arditha yang lebih menyukai warna biru laut, tenang tapi terkadang bergelombang.
"Jangan berprasangka buruk, dek. Buruan mandi sebelum mama memulai konsernya." Kenan segera masuk dan menutup pintu kamarnya membuat Arditha mencebikkan bibirnya.
Entah mengapa perasaan Arditha kali ini tak tenang, padahal bukan hanya kali ini mama kedatangan tamu dan makan malam bersama. Walaupun begitu ia tak urung segera membersihkan diri dan memakai pakaian rapi. Sangat tidak sopan jika ia memakai baju seadanya seperti biasanya jika sedang berada di rumah.
Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah dan tak lama kemudian terdengar pintu mobil dibuka dan kembali tertutup menandakan penumpangnya sudah keluar. Arditha meraih hair driyer dan mulai mengeringkan rambutnya.
"Ini kan rumah mama, nek," Mata Arsheno berbinar bahagia. Pria kecil itu berlari ke dalam rumah tanpa memperduikan kebingun kakek nenek dan oma opanya. Sejak mereka berangkat wajahnya selalu cemberut gara-gara mereka harus mengunjungi rumah teman neneknya sebelum mengunjungi rumah gadis yang dalam sebagai mamanya.
"Hei, Sheno dengan siapa ?!" Mama Sherly pun terkejut melihat Arsheno tiba-tiba muncul padahal baru pagi tadi meninggalkan rumahnya.
"Sama oma, nek." Arsheno terus berlari menaiki tangga menuju kamar Arditha.
Mama Sherly bergegas menuju pintu untuk melihat siapa yang membawa pria kecil itu berkunjung malam-malam ke rumahnya. Melihat teman sekolahnya yang datang membuat mama Sherly menduga-duga dalam hati.
'Apa mungkin Sheno adalah cucu Rani ?!' Batin mama Sherly.
"Ha ?! mama ?!" Rani dan mama Kalisha serta para suami mereka saling berpandangan bingung. Sedangkan Abimana pura-pura tak mendengar orang tua dan mertuanya.
Pada dasarnya sejak awal ia tahu siapa Arditha sebenarnya. Abimana pun tak kalah kagetnya manakala mama mertua membawanya ke rumah sahabatnya sekaligus rumah mahasiswa magangnya. Namun ia sama sekali tak menampakkan keterkejutannya.
"Ma, jangan diskusi, kasihan yang punya rumah udah nungguin kita tuh." Abimana menghentikan pembicaraan para orang tua yang bersamanya dan berusaha menguasai rasa terkejutnya.
Mereka kemudian berjalan beriringan menuju ke arah pemilik rumah yang telah berdiri di depan pintu. Rani dan mama Sherly berpelukan sejenak sebelum memperkenalkan anggota keluarganya.
"Assalamualaikum ,,,"
"Waalaikumsalam, ayo masuk," Mama Sherly mempersilahkan para tamunya masuk.
Rani berjalan lebih dulu dan diikuti oleh yang lainnya. Setelah mereka duduk, Rani kemudian memperkenalkan anggota keluarga yang bersamanya.
"Oh ya Sherly, kenalkan suamiku, kedua besanku dan menantuku."
"Lho, Abi ?! Kok kamu disini ?! Lalu Sheno ?!" Kenan terkejut melihat sahabatnya berkunjung malam-malam.
"Iya, akupun gak nyangka akan dibawa kemari. Dan mengenai Sheno, dia adalah putraku." Abimana menatap sahabatnya seperti biasa, datar. Banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Kenan namun sepertinya bukan saat yang tepat. Ia kemudian duduk bersebelahan dengan sahabatnya itu.
"Kalian saling kenal ?!" Kompak para orang tua menatap keduanya bergantian.
Kedua pria tampan berbeda status itu yang satunya duda abadi dan yang lainnya jomblo abadi hanya mengangguk sebagai jawaban. Keduanya sepakat diam dengan pikiran masing-masing.
"Cucu kami kemana ?!" Kalisha tiba-tiba teringat cucunya yang tak lagi terlihat.
Masih dengan kebingungan yang berbeda, mereka semakin bingung mendengar suara Arsheno melengking.
Dug dug dug
"Mama !!!" Suara Arsheno terdengar hingga ruang tamu.
"Ah, aku pasti salah dengar." Gumamnya melanjutkan mengeringkan rambutnya. Suara hair driyer yang ribut membuat Arditha tak mendengar dengan baik keributan di depan pintu kamarnya.
Hingga akhirnya Arditha menyelesaikan urusan rambutnya. Ia kemudian bersiap keluar kamar tak lupa mengambil ponselnya untuk berjaga-jaga jika Pras menghubunginya. Akhir-akhir ini mereka intens berdiri pesan via WA.
Ceklek
"Mama, Sheno rindu, ".
"Lho, adik kecil kesini dengan siapa ?!" Arditha tentu saja heran karena kemarin ia membawa anak bosnya tanpa diikuti oleh siapapun.
"Sama oma, opa, ayah dan kakek nenek." Gadis cantik itu menganga tak percaya mendengar ucapan pria kecil itu.
'Kok mereka bisa tahu rumah kami ? Apa jangan-jangan ,,,' Batin Arditha tak berani menebak.
Tak ingin terlalu lama penasaran, Arditha menarik Arsheno turun untuk memastikan kebenaran dugaannya. Alangkah terkejutnya Arditha ketika melihat mamanya dan para tamu terlihat akrab bahkan abangnya dan presdirnya tampak sangat akrab seolah mereka adalah teman lama.
Arditha mematung di tempatnya, ia tak berani mendekat hingga Arsheno menarik tangannya.
"Ayo ma, jangan malu-malu,". Suara Arsheno berhasil menarik perhatian mereka. Seketika wajah Arditha memucat ketika semua mata menatap kearahnya.
"Sayang, sini dekat mama. Kenalkan putriku namanya Arditha." Mama Sherly memperkenalkan gadis belia itu
Arditha jadi salah tingkah ditatap sedemikian rupa. Semua menatapnya seolah meminta penjelasan termasuk mama dan abangnya sendiri.
"Jadi gadis ini yang kemarin membawa cucuku ?!" Kalisha menatap putra tunggalnya. Pagi tadi memang ia tak bertemu dengan mahasiswi magang itu.
"Aku gak tahu apa-apa tiba-tiba saja adik kecil ini memanggilku mama padahal ketemu dengannya aja baru kemarin." Arditha menjelaskan apa adanya. Tanpa memperdulikan sang mama yang memperkenalkannya.
Mama Kalisha yang masih memiliki ingatan kuat berdiri sambil tersenyum dan membimbing Arditha agar duduk bersamanya. Dengan tatapan lembut mama Kalisha perlahan menanyai Arsheno.
"Sayang, coba cerita ke oma, kok bisa Sheno memanggilnya mama ?"
"Karena dia memang mamaku, oma. Dulu pernah bertemu tapi mama pergi lagi, hiks hiks hiks." Dasar anak kecil bicaranya semakin membuat orang-orang pada bingung. Kecuali oma Kalisha yang malah semakin tersenyum lebar.
Ingatannya kembali satu tahun yang lalu dimana cucu kesayangannya merengek ingin bertemu dengan mamanya. Sehingga putranya membawa banyak gadis ke rumah mereka namun siapa sangka kini sosok gadis yang mereka cari selama ini ternyata magang di perusahaan ayah cucunya.
"Binggo !!" Seru oma Kalisha bahagia.
"Ma, jangan bikin kami tambah bingung dong." Papa Kuncoro ikut angkat bicara. Sejak tiba di rumah ini hanya kebingungan yang disuguhkan. Mulai dari Arsheno yang tampak menguasai rumah ini hingga panggilan mama pada gadis cantik di depannya. Hal yang sama pun dirasakan oleh Shehzad hanya saja pria paruh baya itu memilih untuk menunggu penjelasan.
Tak ingin membuat yang lain berlarut-larut dalam kebingungan, akhirnya mama Kalisha menceritakan apa yang diingatnya. Abimana terdiam mendengar cerita sang mama. Sedangkan mama Sherly menatap putrinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Dek, apa itu bener ?" Kenan bukannya tak percaya dengan cerita tante Kalisha akan tetapi iapun harus mendengar langsung dari adiknya.
"Mungkin bang, tapi sungguh Ditha gak begitu mengingatnya." Balas Arditha ragu. Samar-samar memang ia sedikit mengingatnya namun tak mungkin ia membenarkan ucapan wanita paruh baya itu, bisa berbahaya baginya.
"Yah sudah, gak apa-apa. Bicaranya nanti aja. Sebaiknya kita makan malam dulu, nanti makanannya keburu dingin." Mama Sherly berinisiatif mempersilahkan para tamunya untuk makan malam daripada menghabiskan waktu hanya membahas sesuatu di masa lalu yang sama sekali tak diingat oleh yang bersangkutan.
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
berasa mau di lamar ya Ditha...
2024-05-24
0
susi 2020
🙄🙄🙄
2023-06-25
0
susi 2020
😍😍😘
2023-06-25
0