Jika Kenan dan Arditha tengah dalam perjalanan pulang setelah menikmati liburan dadakan, maka ada seseorang yang sedang uring-uringan di kantor, pasalnya Arditha tiba-tiba tak masuk kantor tanpa pemberitahuan. Padahal sebagai mahasiswa magang tak seharusnya gadis itu bertingkah semaunya.
"Kenapa hanya karena ketidak hadiran seorang mahasiswa magang begitu berpengaruh padamu, bos ?!" Adam sangat penasaran melihat keanehan bosnya hari ini. Bukan hanya hari ini saja seorang karyawan absen tapi orang paling berkuasa di perusahaan ini pun tak seperti ini.
"Perusahaan menggajimu untuk bekerja ! Bukan mengurusiku !" Sarkas Abimana tak menyadari salah satu tugas khusus yang diberikan pada sekretarisnya adalah mengurus segala keperluannya.
"Tapi bos, konsentrasiku terganggu karena anda keluar masuk gak jelas seperti itu." Sang sekretaris menatap datar orang nomor satu di perusahaan.
Menyadari kesalahannya, Abimana kembali duduk di kursinya sambil memainkan benda pipih miliknya. Ingin menelepon Arditha namun ia tak ingin gadis itu besar kepala karenanya. Abimana melirik jam tangannya sambil menarik napas panjang. Jam segini adalah waktu sibuk-sibuinya sahabatnya, tak mungkin pula ia mengganggu Kenan hanya untuk menanyakan keberadaan gadis itu.
"Aarrrrgghh, ada apa denganku, kenapa aku merasa terganggu seperti ini ?" Abimana mengacak-ngacak rambutnya sambil bergumam. Pria itu kini menyadari keanehan dirinya.
Masih dengan posisi memikirkan keanehannya, pintu ruangannya pun terbuka dan menampilkan sosok pria kecil sumber permasalahannya. Dengan wajah imutnya pria kecil yang merupakan dilihat dirinya berjalan dengan santainya menuju kursi yang terletak di depan meja kerja sang ayah. Abimana tak melepaskan tatapan matanya pada buah hatinya, ia menunggu pria kecil namun terlalu dewasa saat berbicara itu mengungkapkan keinginannya .
"Ayah menyuruh mama berhenti kerja ?!" Pertanyaan sekaligus tuduhan yang dilontarkan Arsheno sontak membuat mata sang ayah membola.
"Eh, kok menuduh ayah seperti itu ?" Abimana sungguh tak terima ucapan sang anak. Apalagi tatapan Arsheno sangat tajam ke arahnya.
"Kan di perusahaan ini hanya ayah yang bisa memecat orang seenaknya," Arsheno tetap pada tuduhannya dan sepengetahuannya memang seperti itu.
Berkali-kali Arsheno melihat ayahnya memecat karyawan secara langsung dan tak ingin mendengar penjelasan dari yang bersangkutan. Pria kecil itu tak pernah mengetahui cerita dibalik pemecatan para karyawan tersebut.
"Sheno ke sini memangnya mau ngapain sih, ini kan masih jam 11. Kenapa gak langsung pulang ke rumah ?!" Abimana bertanya dengan serius, pasalnya boleh dihitung jari Arsheno datang ke perusahaan.
"Bertemu mama dong," Arsheno memasang senyum manisnya disertai mata berbinar saat menyebut kata mama. Hal yang tak pernah dilihat oleh Abimana sebelumnya. Sebahagia inikah putranya jika memiliki seorang ibu ? Sesuatu yang selama ini tak pernah dipikirkan oleh Abimana.
'Demi kalian, apapun yang akan terjadi, ayah akan memberikan seorang ibu untukmu nak. Ayah akan mengalah dan meminta maaf pada bunda karena harus menikah lagi. Tapi percayalah cinta ayah hanya untuk bunda, dulu, kini dan selamanya.' Batin Abimana merintih.
Sakit sudah pasti ia rasakan karena tak pernah sekalipun memikirkankan apalagi berniat menikah untuk kedua kalinya namun keadaan memaksa sehingga ia harus melakukannya.
Mendengar ucapan Arsheno, seketika otak cerdas Abimana bekerja. Rasa gelisah dan keingintahuannya menemukan titik terang. Putranya memang selain menjadi sumber masalahnya namun pria kecilnya juga terkadang menjadi pemecah masalahnya. Tanpa ia sadari, otak modus Abimana mulai kembali bekerja.
"Karena ayah gak tahu mama kemana, gimana kalau kita ke rumahnya ?" Abimana tersenyum menatap putranya penuh harap menunggu aggukan dari kepala kecil milik Arsheno.
"Boleh, tapi gimana dengan adik Ilha," Rupanya Arsheno pun ingin memperkenalkan adiknya dengan wanita yang diklaim sebagai mamanya.
"Jangan sekarang, adik Ilha sedang kurang sehat. Kasihan jika diajak ke tempat mama," Abimana tak kehabisan akal membujuk sang putra. Ia tak ingin pembicaraannya terganggu dengan kehadiran putri kecilnya yang manja. Kehadiran Arsheno saja cukup menyita perhatian Arditha apalagi jika ditambah dengan Arbilha.
"Sekarang kan, yah ?"
"Ntar dulu, tunggu jam istirahat. Ayah selesaikan dulu pekerjaannya setelah itu kita makan siang baru ke rumah mama," Walaupun tak terima dengan ucapan ayahnya namun tak urung Arsheno duduk tenang sambil memainkan game kesukaannya.
Abimana kemudian tenggelam dengan map yang tersusun di meja kerjanya yang sejak tadi tak ia pedulikan. Saking bersemangatnya hingga ia melupakan kehadiran pria kecilnya. Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing.
Hingga penunjuk waktu berhenti di angka 12.00 namun Abimana masih setia dengan berkas-berkas di hadapannya. Arsheno melirik tajam pria dewasa yang masih asyik bekerja. Sedetik, dua detik, tiga detik namun tak ada tanda-tanda sang ayah menyudahi pekerjaannya. Pria kecil itu sudah mulai kesal.
" Yah ! Ayaahhh !! Sudah jam 12, Sheno lapar," Teriakan Arsheno mengagetkan Abimana. Pria itu hanya bisa cengengesan melihat wajah kesal sang anak yang terlihat sangat lucu.
"Sabar sayang, orang sabar disayang Tuhan," Abimana segera menyingkirkan map yang sudah ia periksa agar terpisah dengan yang belum disentuhnya sama sekali. Setelahnya anak dan ayah itu keluar sambil berpegangan tangan.
"Dam, cancel semua jadwalku siang ini, dan map yang xebelah kiri sudah selesai tapi tumpukan sebelah kanan belum aku periksa. Kami akan keluar dan mungkin tidak kembali ke kantor. Jadi setelah pekerjaanmu selesai, kamu boleh pulang." Abimana kemudian melanjutkan langkahnya menuju lift sementara Adam menatapnya punggung bosnya hingga menghilang dibalik pintu lift.
Sebuah keajaiban yang baru saja terjadi. Bos yang selama ini ia kenal gila kerja bahkan hampir setiap hari selalu lembur namun hari ini sebuah perubahan besar, baru setengah hari kerja akan tetapi bosnya sudah meninggalkan kantor. Adam melirik jam tangannya, ia harus mengingat dengan baik peristiwa hari ini dan jam kejadiannya.
Ting
Kedua pria kembar beda generasi itu keluar dari lift dengan langkah santai. Keduanya berhasil menarik perhatian para karyawan yang kebetulan berpapasan saat menuju kantin perusahaan.
Jika Abimana tetap dengan sikapnya yang dingin dan acuh berbeda halnya dengan Arsheno yang ramah pada semua orang membalas sapaan mereka dengan senyuman manis membuat para karyawan gemes sendiri namun tak berani menampakkannya karena sedang bersama dengan pemilik perusahaan.
"Ck, kamu masih kecil sudah mulai tebar pesona," Abimana menundukkan kepalanya menatap pria dalam genggaman tangannya.
"Itu namanya ramah, ayah. Kata bu guru senyum adalah ibadah dan bentuk keramahan kita pada sesama," Arsheno menirukan ucapan gurunya di sekolah. Ia tak terima di tubuh sedang tebar pesona. Anak kecil itu sungguh sangat dewasa sehingga mengerti arti tebar pesona.
Abimana memilih mengalah, ia tak ingin berdebat dengan anak sendiri hanya karena persoalan sepele. Meskipun masih anak-anak namun Arsheno sangat pandai berdebat dan pandai memutar balikkan kata-kata. Anggota keluarganya terkadang kehabisan kata-kata jika berbicara dengan Arsheno. Mungkin kepintarannya berbicara menurun dari sang opa yang mantan pejabat negara.
Keduanya kemudian masuk ke dalam mobil menuju restoran terdekat sebelum melanjutkan tujuan utamanya berkunjung ke rumah Arditha.
🌷🌷🌷🌷🌷
Selamat pagi readers, pagi ini Makassar diguyur hujan,,,
Gimana dengan daerah kalian ? Semoga hujan dipenghujung tahun membawa berkah bagi kita semua.
Oh ya, othor tetap ingatkan dukungannya,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
halah.. udalah duda, songong, munafik lagi... sosok² an kara hati mencintai alnarhum istri sampai mati, gak akan jatu hati dan jatu cinta pd perempuan lain tp lihat Arditha gak masuk kantor langsung uring² an, kerja gak tenang.. itu apa namanya bos.. cacingan atau ambeyen.. 🤔🤔🤔🤔
2024-05-24
1
Annisa Chaer
lanjuuuuutkeeeeeen 😍😍😍😍😍
2022-12-24
1
Piko Rohati
lanjut Thor semangat
2022-12-24
0